Perbandingan pendidikan di Lombok
Barat (Lobar) sangat nyata terlihat antara perkotaan dengan daerah pelosok dan
terpencil. Bahkan disparitas ini dirasakan tidak adil bagi warga yang berada di
daerah terpencil, terluar dan terjauh (3T) seperti di Gili Gede,
Sekotong. Meski ada sekolah, namun sekolah ini
tergolong sekolah satu atap (satap) yang kondisi dan lokasinya menyebabkan anak-anak lebih memilih sekolah ke pulau seberang. Mereka terbiasa ke sekolah mengarungi lautan yang tidak jarang gelombang mengancam.
Seperti apa potret pendidikan di daerah Gili Gede?
tergolong sekolah satu atap (satap) yang kondisi dan lokasinya menyebabkan anak-anak lebih memilih sekolah ke pulau seberang. Mereka terbiasa ke sekolah mengarungi lautan yang tidak jarang gelombang mengancam.
Seperti apa potret pendidikan di daerah Gili Gede?
SIANG itu panas matahari Sekotong
Barat terasa membakar kulit. Tanaman-tanaman milik petani banyak yang
mengering. Begitu juga dengan pohon-pohon yang menghijau di musim hujan,
terlihat banyak yang layu.
Di pelabuhan penyeberangan Desa Gili
Gede di Dusun Tembowong persis di perbatasan Sekotong Barat dengan Desa
Pelangan, tampak sejumlah anak-anak berseragam sekolah sedang duduk menunggu di
bawah pohon yang tak kelihatan rindang karena daunnya banyak berjatuhan.
Pulang sekolah, anak-anak di Gili Gede harus naik boat ke Pulau Lombok daratan |
Ternyata anak-anak ini berasal dari
Gili Gede yang sedang menunggu boat yang biasa menyeberang ke desa
setempat. Mereka mengaku baru saja pulang dari sekolah, “Kami tunggu kapal
menyeberang ke Desa Gili, kami baru saha pulang sekolah,” ungkap salah seorang
anak ketika ditanya malu-malu memperkenalkan namanya.
Tak lama kemudian boat
yang ditunggu pun sandar dan siap mengangkut penumpang. Rombongan wartawan
kebetulan menaiki perahu yang sama dengan beberapa anak-anak tadi. Satu per satu
penumpang menaiki boat itu, anak-anak yang terbiasa menyeberang tampak girang
menaiki boat tanpa ada rasa takut sedikitpun. “Biasa kami naik perahu setiap
pergi ke sekolah,” ujar Ari salah satu anak.
Setelah semua penumpang naik, kapal
penangkut penumpang ini melaju ke arah Desa Gili. Di tengah perjalanan, anak-anak
ini bercanda satu sama lain. Mereka sepertinya tidak takut meski sesekali
gelombang menghantam boat, sehingga menyebabkan kapal oleng.
Supar, salah serang guru honorer
yang juga ikut rombongan menyeberang mengaku sebagian anak Gili sekolah di
daerah daratan di Dusun Tembowong dan Pelangan. Di Gili Gede, katanya, ada sekolah
satu atap SD dan SMP namun lokasinya
yang jauh menyebabkan anak-anak lebih memilih sekolah di daerah Tembowong.
“Sebagian anak memang pergi sekolah ke daerah seberang,”aku guru di daerah Batu
Bawi ini.
Di Desa Gili sendiri ada lima dusun,
anak-anak dari Dusun Anjungan biasanya pergi menyeberang sekolah. Ketika iklim
tidak bersahabat, anak-anak kerap kali tidak bisa sekolah karena takut.
Karena kondisi ini, warga setempat sangat berharap agar sekolah yang lebih representatif
dibangun agar anak-anak tidak menyeberang ke daerah lain.
1 komentar:
Apakah sekarang masih pakai perahu ke sekolahnya?
Post a Comment