"Puspa Wangi," gumamnya.
"Awas akan kukejutkan kau,"
Hi hi hi...
Hi hi hi
Puspa Wangi yang asyik melamun
tiba-tiba terperanjat mendengar suara seperti suara hantu. Puspa Wangi langsung
meloncat dan mencari asal suara muncul.
Pangeran Kumara yang bersembunyi
di balik batu yang lokasinya tidak terlalu jauh tak kuasa menahan tawa. Sambil
menutup mulutnya, Pangeran Kumara pun kembali tertawa menakut-nakuti.
Hi hi hi
Suaranya kembali terdengar dan
membuat Puspa Wangi semakin takut.
"Hai gadis muda. Aku butuh
darahmu. Jangan ke mana-mana!"
"Siapa kau?" tanya Puspa
Wangi dengan nada ketakutan.
"Aku penghuni taman ini. Aku
butuh darah segar gadis perawan," jawab Pangeran Kumara sambil tersenyum
dan menampakkan diri.
‘’Sialan, kanda Kumara. Puspa
pikir siapa tadi,’’ ujarnya sambil memukul punggung Pangeran Kumara.
‘’Kok Dinda ngelamun? Apa yang
Dinda pikirkan?’’ tanya Pangeran Kumara penasaran. ‘’Pasti Dinda mikiran Kanda,
ya?’’ tambahnya sambil duduk di dekat Puspa Wangi.
‘’Enak saja,’’ jawabnya pendek.
‘’Kalau bukan pikiran Kanda, pasti
mikirin si Dagul. Iya kan?’’ tanya Pangeran Kumara sambil duduk di dekat Puspa
Wangi.
Puspa Wangi tidak menjawab. Tangannya,
malahan meremas-remas bunga-bunga kembang sepatu yang ada di dekatnya. Sementara,
matanya mulai merah, seperti mau menangis.
‘’Ada apa? Ayo ceritakan pada
Kanda?’’
Puspa Wangi kembali tidak
menjawab. Dia malah memeluk Pangeran Kumara sambil menangis.
Pangeran Kumara membiarkan Puspa
Wangi melampiaskan tangisannya di pelukannya. Setelah itu, dia mengusap wajah Puspa
Wangi yang basah karena air mata.
‘’Sudahlah! Nanti cerita pada
Kanda,’’ ujarnya sambil menatap wajah Puspa Wangi.
‘’Kanda,’’ ujar Puspa Wangi sambil
terisak.
‘’Iya. Ada apa?’’ jawab Pangeran
Kumara sambil bertanya balik.
‘’Apa Kanda sudah punya pacar?’’
tanyanya.
‘’Kalau pacar masih belum punya,
tapi calon kira-kira ada,’’ jawabnya sambil berseloroh.
‘’Kira-kira siapa nama calon
Kanda?’’
‘’Ada deh,’’ jawab Pangeran Kumara
pendek. ‘’Kenapa Dinda tanya itu,’’ tanyanya balik.
‘’Hanya pingin tahu saja,’’
‘’Apa benar seperti itu?’’
‘’Ah bohong. Tadi Dinda menangis. Pasti
Dinda menangis, karena persoalan cowok ya?’’
Puspa Wangi terdiam dan tidak mau
menjawab. (BERSAMBUNG)
Mana lanjutan ceritanya bos? kita jadi penasaran. Kayaknya bagus untuk dibukukan......
ReplyDelete