Perajin lampu dari pipa paralon di Karang Kemong Cakranegara Kota Mataram |
IDE kreatif seseorang bisa datang secara kebetulan
dengan melihat sesuatu benda di sekitarnya. Seperti yang dilakukan oleh
Muhammad Khota yang terinspirasi membuat kerajinan dari pipa paralon.
“Idenya setelah melihat mertua yang memiliki sisa
paralon air yang terbuang sia-sia, makanya saya terpikir membuat kerajinan dari
itu,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB
di Karang Kemong, Cakranegara, Rabu (26/7/2017).
Dirinya mulai membuat kap lampu dinding dari
paralon bulan
April 2017. Namun, ide membuat kap lampu dinding sudah ada sejak Februari. Sebelum membuat kap lampu paralon
ini, dirinya lebih
dahulu membuat kerajinan ukiran menggunakan gabus.
Untuk membuat satu buah kap lampu dinding, Khota
biasanya menggunakan pipa paralon berukuran 3 - 4 inchi. “Tetapi yang paling
tepat digunakan yang berukuran 4 inchi karena diameternya lebih besar,” ujar
pria 45 tahun ini.
Lampu dari pipa paralon buatan Karang Kemong Cakranegara Kota Mataram |
Panjang kap lampu yang dibuat berukuran 35 cm yang
kemudian diberikan berbagai macam ukiran untuk mempercantik tampilan. “Yang
paling banyak saya buat adalah ukiran kaligrafi, hewan, sketsa, sesuai pesanan
yang diinginkan pembeli,” katanya.
Dari semua jenis ukiran tersebut, yang paling diminati
konsumen adalah ukiran sketsa, terutama sketsa diri sendiri. “Mengukir di
paralon itu sama seperti mengukir di kayu dan gabus, membutuhkan keterampilan
seni,” kata Khota.
Dalam membuat kap lampu paralon ini, ia dibantu oleh
anak keduanya, Bagus Septianto, yang masih duduk di bangku SMK. “Agar nantinya
ada yang melanjutkan usaha ini, juga karena dia memiliki kemampuan,” tukasnya.
Khota dan Bagus bisa menyelesaikan 1 buah kap lampu
dalam waktu 3 jam saja. Untuk mempercepat proses pembuatan, dirinya membuat alat khusus agar
proses mengukirnya menjadi mudah dan tidak memakan waktu yang lama.
Untuk mengukir sendiri, ia menggunakan alat ukir
khusus.
sehingga hasilnya terlihat rapi. “Paralon yang kita gunakan untuk kap lampu ini
bukan paralon bekas, karena saya belum tahu di sini di mana bisa mendapatkannya,”
jelasnya.
Harga untuk 1 kap lampu paralon ini sendiri berkisar
antara Rp 125 – 150 ribu tergantung jenis ukiran dan lampu yang digunakan.
Sementara ini, Khota menjual barang produksinya hanya melalui sosial media atau
melalui pembeli yang sudah tahu sebelumnya. “Karena produksinya yang masih
terbatas akibat mahalnya harga bahan baku, jadi belum sempat untuk promo ke
toko oleh-oleh,” katanya. Selain itu, keterbatasan alat produksi menjadi
kendalanya dalam membuat produk lebih banyak lagi. Tetapi produk kap lampunya
ini sudah dikirim sampai Bandung.
“Tanggapan masyarakat sangat bagus akan produk ini.
Karena kita pernah jualan di Sangkareang banyak yang terjual,” jelasnya.
Untuk itu, ia ingin ke depannya bisa memajukan usahanya kerajinannya ini. “Saya berencana membuat berbagai macam model dan bentuk kerajinan dari paralon ini sehingga bisa menjadi oleh-oleh khas Lombok,” tutupnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment