Ibadah haji dan kurban
memiliki pesan penting dalam pranata kehidupan. Yaitu mengokohkan ukhuwah
islamiah yang berlandaskan pada ketundukan dan kepasrahan diri kepada Allah SWT
sesuai dengan makna Islam.
Hal tersebut dikatakan
Khatib Salat Idul Adha 1438 H, Dr. H. M. Zaidi Abdad di Masjid Hubbul Wathan
Islamic Center NTB, Jumat (1/9/2017) . Hadir juga pada Salat Idul Adha ini,
Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH.,
MSi., Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Sekda NTB Ir. H. Rosiady H. Sayuti,
MSc., PhD., Wakil Walikota Mataram H. Mohan Roliskana, pimpinan SKPD lingkup
Pemprov NTB dan Kota Mataram.
Ibadah haji dan kurban,
ujarnya, pada dasarnya melatih dan memotivasi umat Islam untuk memperkuat
ukhuwah islamiah. "Berkumpulnya umat Islam dari seluruh penjuru bumi di
satu tempat yaitu Ka'bah, padang Arafah, Muzdalifah dan Mina dengan pakaian
yang sama yaitu ihram berwarna putih," katanya.
Dikatakan, ini adalah
pelajaran dan pelatihan ukhuwah bahwa semua sama di mata Allah, tidak ada
perbedaan kaya dan miskin, pejabat dan rakyat jelata, suku dan bangsa semua
sama di hadapan Allah SWT. Untuk itu, Allah menjadikan nilai-nilai ukhuwah sebagai
syarat utama menjadi haji mabrur.
Berbuat fasik dan
berbantah-bantahan adalah perusak ukhuwah. Oleh karena itu, harus ditinggalkan
bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji. Demikian juga ibadah kurban,
akan melahirkan persaudaraan yang kokoh. Hal ini terlihat karena adanya manfaat
bagi sesama mukmin berupa saling memberi bantuan dan makanan serta saling
tolong menolong.
Zaidi Abdad
mengatakan,untuk mengokohkan kembali konstruksi ukhuwah islamiah melalui ajaran
ibadah haji dan kurban perlu dilakukan beberapa strategi. Pertama, meluruskan
barisan dengan memurnikan dan meluruskan niat dari orientasi keduniaan yang
membawa pada cinta dunia, yang pada akhirnya melahirkan lemahnya ukhuwah,
saling menghargai dan menghormati sesama umat Islam.
"Kita harus mampu
mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok dari kepentingan umat secara
luas. Mau menerima kebenaran dari siapapun. Sehingga kita menjadi umat yang
kuat, berwibawa, maju dan bersatu," katanya.
Kedua, memahami Islam
sebagai agama yang komprehensif dan moderat. Islam meiputi semua dimensi
kehidupan, baik politik, ekonomi, pendidikan maupun budaya. Islam bukan sekedar
akidah dan ibadah, tetapi mengatur seluruh dimensi kehidupan dunia dan akhirat.
Terakhir,
mengimplementasikan Islam sebagai agama yang luas, mudah dan mengandung
maslahat. Bukan sebagai agama yang sempit, sulit dan mengandung mudarat. Islam
bukan agama yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang. Tetapi Islam
menerima ijtihad dan perbedaan pendapat dalam masalah sunnah dan muamalat
sebagai rahmat dan kemudahan.
Bukan sebagai perbuatan
bid'ah dan pelanggaran karena para sahabat, tabiin dan generasi salaf, mereka
juga berbeda pendapat. Tetapi tidak saling membid'ahkan. Apalagi mengkafirkan
yang lain. "Mereka sangat mengetahui bahwa perbedaan pendapat adalah
niscaya. Bahwa Islam adalah mudah dan tidak menyulitkan umatnya,"
tutupnya. (Muhammad Nasir)
No comments:
Post a Comment