Barapan Kebo di Sumbawa. Tahun 2018, Pemkab Sumbawa masih mengandalkan event ini untuk dijual pada wisatawan. |
Tradisi Barapan Kebo atau Karapan Kerbau masih menjadi aktivitas event yang
diandalkan di Kabupaten Sumbawa. Selain mengangkat kearifan lokal, event ini
juga menjadi salah satu ajang promosi wisata budaya yang dimiliki Sumbawa.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbawa,
Junaidi mengatakan bahwa pihaknya akan menggelar event karapan kerbau sebagai
bentuk promosi wisata. Wisatawan yang datang bisa mencoba sensasi melakukan
karapan kerbau seperti yang sering dilakukan oleh warga Sumbawa.
“Kita sudah membuat kalender
event juga. Salah satu kegiatannya itu adalah karapan kerbau. Kita ingin
memberdayakan masyarakat untuk menarik minat wisatawan. Ini merupakan salah
satu event untuk menarik wisatawan untuk berkunjung ke Sumbawa,” ujarnya, Jumat
(5/1/2018).
Karapan kerbau ini akan dikemas
dalam sebuah kejuaraan. Di mana warga akan menjadi peserta dan memperebutkan
sejumlah hadiah. Ini bertujuan untuk memeriahkan kegiatan itu dan untuk terus
membuat karapan kerbau sebagai salah satu budaya yang terus dilestarikan hingga
saat ini.
Biasanya karapan kerbau Sumbawa
ini diselenggarakan pada awal musim tanam padi. Lokasi atau arena karapan
kerbau adalah sawah yang telah basah atau sudah digenangi air sebatas
lutut. Perlakuan pemilik kerbau jargon Barapan Kebo sama seperti perlakuan
audisi Main Jaran. Kerbau-kerbau peserta dikumpulkan tiga hari atau empat hari
sebelum event budaya ini digelar, untuk diukur tinggi dan usianya. Hal ini
dimaksudkan, agar dapat ditentukan dalam kelas apa kerbau-kerbau tersebut dapat
dilombahkan. Durasi atau lamanya event adalah ditentukan dari seberapa banyak
jargon kerbau yang ikut dalam event budaya Barapan
Kebo.
“Budaya ini sudah ada sejak lama,
jadi sebagai generasi penerus kita harus terus melestarikannya. Di sisi lain,
ini juga berpotensi untuk mendatangkan wisatawan. Terutama wisatawan yang
menyukai tentang kebudayaan,” ujarnya.
Pasangan kerbau yang berhasil
meraih juara adalah pasangan kerbau tercepat mencapai tujuan sekalian dapat
menyentuh atau menjatuhkan kayu pancang tanda finish yang disebut dengan Sakak.
Tradisi ini dapat diikuti oleh semua usia. Biasanya yang mengikuti karapan
kerbau ini laki-laki berusia antara 20-40 tahun. Namun demikian, wisatawan yang
datang pada saat kegiatan ini berlangsung dapat mencoba sensasi melakukan
karapan kerbau di Sumbawa. (Linggauni/Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment