Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Gubernur NTB periode 2008-2018 |
Senin (17/9/2018), kepemimpinan Dr. TGH. M. Zainul Majdi sebagai
Gubernur NTB berakhir setelah 10 tahun berkhidmat. Selama 10 tahun memimpin NTB,
gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini, telah banyak berkiprah
dengan beragam tantangan. Di antara banyak tantangan itu, tak sedikit
penghargaan diraihnya. Namun ada tantangan terberat yang dihadapinya. Apa
tantangan itu?
MENGAWALI pengkhidmatannya di periode pertama (2008-2013) memimpin NTB,
TGB didampingi Wakil Gubernur, Ir. H. Badrul Munir,MM (BM). Tercatat sebagai
gubernur termuda di Indonesia, apatisme masyarakat terpatahkan ketika mengawali
pengabdiannya, TGB meluncurkan berbagai program terobosan. Di era TGB-BM lahir
program-program unggulan. Ada Pijar (sapi, jangung dan rumput laut). Ada
program Bumi Sejuta Sapi. Kemudian program 3 A (Absano, Akino dan Adono) serta
sejumlah program unggulan lainnya.
Program-program teroboson itu, mampu secara perlahan tapi pasti menekan
angka kemiskinan NTB yang tahun 2008 (pada awal pasangan TGB-BM memimpin)
menyentuh angka 23,8 persen.
Program-program terobosan terus dimaksimalkan pada periode ke dua TGB
berkhidmat untuk NTB, dengan memperkuat industri hilir. Di periode ke dua, TGB
didampingi Wakil Gubernur H.Muh.Amin, SH.M.Si (TGB-Amin), semakin meyakinkan
mampu menekan angka kemiskinan di daerah yang dipimpinnya.
Data
terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) periode September 2017 - Maret 2018,
persentase angka kemiskinan di NTB turun menjadi 14,75 persen. Jadi selama 10
tahun berkhidmat untuk NTB, TGB mampu menekan angka kemiskinan dari 23,8 persen
menjadi 14,75 persen. Sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa.
Tidak saja mampu menekan
angka kemiskinan secara signifikan. Melalui program-program terobosan dan
beragam inovasi, 10 tahun di era kepemimpinan TGB, angka pengangguran juga
menurun cukup besar.
Tingkat
pengangguran menurun dari 6,25 persen di tahun 2009 menjadi 3,32 persen di
tahun 2017.
Pertumbuhan ekonomi juga melaju pesat. Bahkan pada tahun 2017,
pertumbuhan ekonomi NTB mencapai 7,1 persen melampaui pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang 5,6 persen. Sektor pariwisata menggeliat cukup meyakinkan.
Seiring dengan pembangunan fasilitas pendukung, angka kunjungan wisatawanpun meningkat
tajam.
kiri Wakil Gubernur NTB Ir. H. Badrul Munir, MM., (2008-2013), Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi (2008-2018), kanan (Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH., MSi., periode 2013-2018) |
Buah dari ketekunan dan
keseriusan menghadapi setiap tantangan di sektor pariwisata, hasilnya berbuah
manis. Ketika dilantik sebagai Gubernur NTB periode pertama pada 17 September
2008, angka kunjungan wisatawan ke NTB
hanya 544.501 orang. Jumlah itu kini meningkat tujuh kali lipat dan pada 2017.
Angka kunjungan wisatawan ke NTB pada 2017 mencapai 3.508.903 orang.
Apa yang telah dicapai itu,
memang tidak diraih dengan mudah. Dalam wawancara khusus dengan Tim Redaksi
Harian Suara NTB dan Radio Global FM Lombok, Kamis (13/9/2018) di
Pendopo Gubernur, TGB mengakui bahwa di awal kepemimpinannya pada 2008 silam,
deposit kepercayaan diri masyarakat NTB hampir kosong. Masyarakat NTB
memilih menerima apa adanya. Keadaan
atau situasi yang ada dianggap
bahwa itulah bagian dari nasibnya.
‘’Dari kondisi itu, tantangannya bagaimana menciptakan
kepercayaan diri kita secara kolektif sebagai orang NTB melalui visi misi yang
ada. Dan relatif dalam 10 tahun ini kita bisa bersyukur dan berbangga menjadi
masyarakat NTB,’’ kata TGB.
Dengan pencapaian-pencapaian kolektif yang diikhtiarkan bersama-sama,
kata TGB, selama 10 tahun terakhir mulai terbangun kepercayaan diri masyarakat
NTB. Ke depan, dengan karakter dunia yang berubah cepat, TGB mengatakan perlu
inisiatif-inisiatif dan kreativitas secara kolektif dilakukan, bukan
individual.
Menurutnya, hal itu membutuhkan leadership
atau kepemimpinan yang terus
menerus menginspirasi. Leadership yang bisa menjadi role model.
Kepemimpinan yang memanusiakan dan
menggerakkan. ‘’Saya yakin dari pemimpin yang akan segera
didefenitifkan, kita berharap sifat-sifat itu ada. Saya optimis,’’ tegasnya.
TGB mengatakan bahwa setiap zaman ada orangnya. Dan setiap orang ada
zamannya. Ia yakin dengan membangun kepercayaan diri secara kolektif itulah
menjadi pendekatan yang terbaik.
Ke depan, dengan lingkungan strategis yang sangat dinamis, TGB berharap
pendekatan kebijakan yang sudah baik dapat dilanjutkan. Begitu juga jika ada
pendekatan kebijakan yang dianggap perlu untuk disesuaikan dengan tantangan
yang ada.
Kepemimpinan adalah menarik
gerbong dari seluruh masyarakat NTB. Dari Ampenan sampai Sape yang punya
harapan agar lebih sejahtera, makmur, berkeadilan. NTB diharapkan menjadi rumah yang nyaman bagi semua dengan segala
keberagaman dan kekayaan kultural yang ada.
Selama 10 tahun memimpin NTB, banyak pencapaian-pencapaian pembangunan
dan prestasi tingkat nasional dan internasional yang ditorehkan. Namun, TGB
mengatakan masih ada mimpi yang belum dicapai.
Ia berharap pertumbuhan ekonomi NTB lebih inklusif dari yang ada
sekarang. Dalam arti, aktor-aktor ekonomi di daerah ini adalah masyarakat NTB.
Selain pertumbuhan ekonomi yang inklusif, TGB juga berharap gini rasio terus
ditekan.
Menurutnya, ketenteraman sosial tidak mungkin akan terwujud jika
masyarakat belum merasakan keadilan. Atau adanya kesenjangan antara kaya dan
miskin yang cukup lebar. ‘’Tidak berarti semua orang harus kaya. Tapi, dia
merasa aturan main yang tidak hanya memfasilitasi yang besar. Tapi juga yang
kecil,’’ terangnya.
Artinya, ada aturan atau norma-norma yang dirasakan masyarakat baik
untuk semua. Yakni aturan yang dapat memberikan
peluang yang sama bagi siapapun. Meskipun gini rasio NTB lebih rendah dibanding
rata-rata nasional, TGB berharap pemerataan ekonomi NTB ke depannya harus lebih
baik dari sekarang.
No comments:
Post a Comment