Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, bersama Gubernur NTB, Dr.H.Zulkieflimansyah, menjajal sirkuit Mandalika menggunakan sepeda listrik dalam kunjungan ke lokasi pembangunan sirkuit Mandalika, Kamis (6/5/2021). Menparekraf menjajal jalur track yang dipersiapkan untuk gelaran MotoGP sepanjang 4,3 km tersebut, bersama Gubernur NTB Dr.H. Zulkieflimansyah, Direktur Utama ITDC Abdul M. Mansoer, Bupati Loteng, H.L. Pathul Bahri, S.IP., beserta jajaran direktur ITDC lainnya.
-
Nanggu, Sudak dan Kedis, Tiga Gili Nan Memesona di Sekotong Lombok Barat
Pemandangan alam di tiga gili di Sekotong yang begitu memesona.
-
Tiga Ribu Dulang Warnai Pesona Budaya Desa Pengadangan Lombok Timur
Sebanyak 3.000 dulang tengah diarak (betetulak) dari empat arah dalam Pesona Budaya II Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lotim, Rabu (30/10/2019)
-
Usaha Masker, Yang Untung Selama Pandemi Corona
Seorang penjahit di Rumah Produksi Sasambo Bumi Gora Lombok Barat sedang membuat masker berbahan baku kain).
-
Sabut Kelapa Desa Korleko Lombok Timur Diekspor ke Cina
Sabut kelapa dari Desa Korleko Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur yang dijadikan coco fiber untuk bahan baku pembuatan jok mobil dan diekspor ke Cina .
-
Gubernur dan Wagub Serah Terima Jabatan dengan TGB dan H. Muh.Amin
Serah terima jabatan dari mantan Gubernur NTB, TGH.M.Zainul Majdi kepada Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, Jumat (21/9/2018).
Thursday, 6 May 2021
Keren, Menparekraf Sandiaga Uno dan Gubernur Zulkieflimansyah Jajal Sirkuit Mandalika
Kunjungi Gili Trawangan, Menparekraf Sandiaga Uno Berenang 100 Meter
Untuk memastikan eksistensi pariwisata kembali bergeliat di 3 Gili Kabupaten Lombok Utara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno dan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc., memilih cara tidak biasa mengunjungi gugusan pulau tersebut, yaitu berenang sejauh 100 meter dari perahu yang ditumpanginya ketika akan bersandar di Gili Trawangan Kabupaten Lombok Utara (KLU).
"Kami berenang untuk menikmati keindahan spot air laut yang jernih dan bersih di 3 Gili, dan merasakan suasana yang nyaman untuk mendapatkan masukan dari pelaku pariwisata di sini," kata Menparekraf dan Gubernur Zul, dalam kunjungan kerjanya ke NTB dalam rangka dialog dengan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, Kamis (6/5/2021).
Itu artinya, saat semua pintu dibuka pada tanggal 17 Mei mendatang, wisatawan dapat berkunjung dan berlibur ke Gili dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam mencegah Covid-19.
"Kami berkomitmen untuk bangkitkan dan pulihkan pariwisata di Gili, dengan beberapa program dan langsung dirasakan oleh masyarakat,"jelasnya.
Beberapa strateginya adalah memperbanyak event yang diminati wisatawan dalam negeri. Selama ini yang dilakukan fokus terhadap wisatawan mancanegara. Padahal masih banyak wisatawan nusantara yang belum tersentuh.
Upaya lain, akan dibangun travel pattern, karena Gili merupakan Zona hijau, yang dapat di interkoneksikan dengan zona hijau lain seperti di Sanur Bali. Membangun kerjasama untuk menjual paket agar bisa menjadi alternatif sementara saat pandemi.
Selain itu, upaya lainnya adalah membangun pariwisata berkualitas dan berkelanjutan di NTB, sehingga harus ada dukungan dari semua pihak termasuk pelaku pariwisata ekonomi kreatif dan pemerintah.
"Termasuk berbagai fasilitas dan sarana prasarana dan penguatan ekonomi kreatif menjadi perhatian khusus kami, karena ini destinasi dunia,"tutupnya
Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. Zulkieflimansyah, mengapresiasi semangat pemerintah pusat memberikan perhatian untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata di NTB.
Diakui Doktor Zul -- sapaan akrabnya kunjungan Menparekraf sudah kedua kalinya. Kepedulian ini harus benar-benar dijaga, sehingga ke depan banyak program yang dapat membantu pelaku pariwisata memulihkan kembali geliatnya.
"Saya juga memberikan apresiasi kepada Bupati dan Wakil Bupati KLU telah bersinergi bersama masyarakat setempat untuk dapat menjaga wilayahnya tetap dalam zona hijau. Ini menjadi modal untuk pariwisata," kata Doktor Zul.
Beberapa pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif menyambut baik kunjungan ini. Sehingga usulan konkrit dan masukan dapat segera dieksekusi oleh Pemda dan pusat.
Sebelumnya, dalam dialog Ketua Asosiasi Tiga Gili, Lalu Kusnawan mengaku sudah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan disiplin di area deetinasi wisata. Termasuk SOP untuk memasuki Gili telah dibuat bersama. "Bahkan kita sudah vaksin masal sebanyak 3.500 pelaku pariwisata," ungkapnya.
Ia juga menjelaskan pelaku pariwata terus berbenah dalam rangka upaya menggeliatkan pariwisata di KLU.
Mewakili rekan-rekannya ia meminta pemerintah juga membangun fasilitas umum seperti puskesmas yang layak dan berstandar untuk wisatan dan masyarakat di 3 Gili.
Ditambahkan Lalu Suratman pelaku pariwisata 3 Gili, berbagai upaya dan langkah telah dilakukan untuk memulihkan pariwisara. Sehingga ia meminta kolaborasi dan sinergi bersama semua stakeholder baik pusat dan daerah merecovery pariwisata agar membangkitkan ekonomi masyarakat juga.
Menurutnya KLU terutama di 3 Gili harus memiliki kultur sebagai branding destinasi wisata. Misalnya sport tourism, untuk menggelar event motorcross. " Apalagi wilayah di KLU cukup layak untuk event itu,"pintanya.
Karena menurutnya, membranding destinasi itu perlu waktu. Minimal 4 tahun, sehingga nantinya akan terkenal. Turut hadir dalam kunjungan kerja Menparekraf, Kepala Dinas Pariwisata NTB, Wakil Bupati KLU, Kapolres KLU dan rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (Marham)
Wednesday, 5 May 2021
Dinas Pariwisata NTB Gagas Wisata Ramah Pandemi Covid-19
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat H. Yusron Hadi |
Pandemi Covid-19 belum menunjukkan grafik menurun. Pariwisata dan ekonomi warga dirasakan paling terdampak dari virus mematikan ini. Namun pariwisata Lombok-Sumbawa ingin tetap eksis di masa pandemi. Ide menciptakan wisata ramah pandemi Covid-19 menjadi gagasan baru Dinas Pariwisata NTB. Menuju wisata Lombok-Sumbawa ramah pandemi covid-19.
"Kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) 6-7 Mei nanti kita harapkan memberi berkah tersendiri. Kami harapkan Menparekraf membangkitkan pariwisata nasional berdampak pertumbuhan ekonomi berawal dari NTB," harap Kepala Dinas Pariwisata NTB, H. Yusron Hadi, S.T., M.U.M., Rabu (5/5/2021)
Pihaknya, lanjut mantan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB ini, ingin kedatangan Menparekraf ke Lombok nanti sekaligus me-launching sejumlah destinasi ramah pandemi covid-19. Kami beri nama bubble destination dan bubble island. Kami memberi jaminan di destinasi yang kami tetapkan sebagai destinasi ramah pandemi ini akan memberi rasa aman dan nyaman selama berwisata.
"Semua yang menyangkut masalah kesehatan di masa pandemi ini, kami sudah siapkan protokol dan standar berwisata aman dan ramah Covid-19," imbuhnya merahasiakan destinasi yang dimaksud.
Untuk membenahi dan pemulihan pariwisata Lombok-Sumbawa pascapandemi, Yusron berharap percepatan dana hibah yang diperluas Kemenparekraf. Dinas Pariwisata, pelaku dan industri pariwisata di NTB, berharap dukungan Menparekraf menetapkan tiga gili, Sembalun dan kawasan Gunung Rinjani sebagai bubble destination.
Dari sisi pembenahan, Yusron merinci beberapa sektor untuk mendukung pemulihan pariwisata pasca pandemi. Salah satu sektor yang menjadi sorotan adalah sektor transportasi. Lombok-Sumbawa membutuhkan tambahan slot penerbangan langsung dari dalam maupun luar negeri (penerbangan internasional dan domestik).
Sektor pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung menjadi perhatian selanjutnya. Menciptakan destinasi buatan untuk memperkaya objek wisata di NTB menjadi sangat penting. "Pentingnya dukungan investor datang dan berinvestasi di NTB menciptakan destinasi buatan. Ini akan menjadi perhatian wisatawan karena ada tawaran paket wisata yang baru. Nah...kami harap Menparekraf bisa memfasilitasi kami mendatangkan investor atau memotivasi UMKM lokal mau berinvestasi di destinasi buatan ini," jelas Yusron panjang lebar.
Meski demikian, pihaknya menyiapkan banyak terobosan-terobosan baru yang akan dilakukan sebagai leader pariwisata NTB setelah menggantikan Kepala Dinas Pariwisata sebelumnya. Terutama dalam bidang promosi dan pemasaran. "Untuk tahap awal ini, kami menyiapkan sejumlah destinasi yang ramah pandemi covid-19. Jadi ayo ke Lombok-Sumbawa. Jangan takut. Kami menjamin selama Anda disiplin dengan protokol kesehatan semua akan aman dan nyaman selama berwisata di Lombok-Sumbawa," ajak Yusron Hadi berpromosi. (Marham)
Tuesday, 27 October 2020
Antisipasi Libur Panjang, Pengelola Tempat Wisata di NTB Harus Terapkan Standar Covid-19
Pemerintah telah menetapkan hari Rabu tanggal 28 Oktober dan Jumat tanggal 30 Oktober sebagai cuti bersama. Sementara hari Kamis tanggal 29 Oktober 2020 adalah libur nasional serangkaian memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sejak pekan lalu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengingatkan agar libur panjang di pekan terakhir Oktober tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Indonesia, termasuk di NTB.
Untuk itu, antisipasi harus dilakukan semua pihak agar penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas. Objek wisata yang menjadi tujuan wisata warga di saat libur panjang ini wajib menerapkan standar protokol kesehatan. Pengelola objek wisata wajib menyediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer, termasuk melarang pengunjung yang tidak memakai masker. Tidak hanya itu, pengelola objek wisata juga meminta pengunjung agar menjaga jarak. Jika ada pengunjung yang tidak mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan, pengelola objek wisata bisa meminta mereka keluar dari objek wisata.
Begitu juga pada pengelola objek wisata yang tidak mematuhi atau menerapkan standar protokol kesehatan, pemerintah atau tim gugus tugas bisa menutup atau membubarkan aktivitas kegiatan wisata. Ketegasan ini penting dilakukan, sehingga penyebaran Covid-19 bisa diminimalisir.
Untuk itu, pemerintah pusat pada hari Kamis (22/10/2020) dipimpin Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Moh. Mahfud MD, menggelar rapat koordinasi mengantisipasi libur panjang cuti bersama. Di NTB, rapat koordinasi ini diikuti Sekda NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., bersama unsur Forkompinda NTB.
Menurut Mahfud MD, setiap ada libur panjang selalu ada potensi kerumunan atau tumpukan orang. Misalnya di transportasi umum, atau di tempat-tempat seperti terminal, stasiun, bandara, tempat rekreasi dan sebagainya. Tentu semua potensi ini harus diantisipasi supaya jangan sampai menjadi pusat-pusat penularan baru. Ini akan berakibat pada menurunnya tingkat kesembuhan pasien yang sudah bagus.
‘’Kemudian persentase penularan, tingkat kematian juga sudah bagus, karena sedikit. Di tingkat kematian itu tiga koma sekian persen. Masih lumayan meskipun tidak sama dengan rata-rata dunia, bisa menurun lagi. Nah itu semua harus diantisipasi,’’ katanya.
Penegasan serupa juga disampaikan Pengamat Pariwisata NTB Dr. Farid Said. Kepada Suara NTB, Senin (26/10), Pembantu Dekan I Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok ini, mengantisipasi liburan panjang ada 2 hal yang harus diperhatikan. Pertama, kelompok pembawa atau pengunjung dan kelompok yang dikunjungi. Dalam hal ini, ujarnya, dua-duanya harus memahami penerapan protokol Covid-19.
Jika kelompok pengunjung mengetahui dirinya sebagai pengidap Covid-19 disarankan tetap di rumah. Namun, kalau tetap harus rekreasi disarankan harus ke tempat terbuka, seperti pantai. ‘’Kalau di pantai kan tidak terlalu berkerumun banyak. Di Lombok, banyak pantai-pantai terbuka yang bisa dikunjungi. Karena refreshing juga perlu,’’ terang mantan Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB ini.
Selain itu, sarannya, bagi yang merasa kurang sehat untuk tidak masuk ke tempat wisata tertutup, seperti Desa Wisata Sade, Museum Negeri dan tempat tertutup lainnya. ‘’Kalau pun ada masih menerima wisatawan, harus ada kuota berapa orang per hari. Ini harus dipahami pengunjung. Jadi pengunjung harus pintar-pintar memilih tempat rekreasi dengan menghindari kerumunan,’’ tambahnya.
Bagi pengelola, ujarnya, harus membuat peraturan atau membatasi jumlah wisatawan. Cara membatasinya seperti apa? Pertama, membuat zona parkir dengan kapasitas tertentu. Kedua, pengelola menyiapkan fasilitas untuk protokol Covid-19, seperti tempat cuci tangan, hand sanitizer dan lainnya. Bagi pengelola yang tidak mematuhi standar Covid-19, ujarnya, pemerintah harus membubarkan kegiatan liburan. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas.
Sementara Manajer Eksekutif Divisi Taman Narmada Kamarudin, menegaskan kesiapan pihaknya menerapkan protokol kesehatan bagi wisatawan yang datang berkunjung. Pada wisatawan yang akan masuk harus menggunakan masker, mencuci tangan dan tetap menjaga jarak. Hal ini, katanya, penting dilakukan agar Taman Narmada tidak menjadi salah satu sumber penularan Covid-19. (ham)
Aktivitas Guru Pelosok di Masa Pandemi, Harus Jadi Guling dan Intens Sosialisasikan Standar Protokol Kesehatan
Guru di SMPN 1 Terara Lotim yang langsung datang ke rumah siswa untuk mengajar. |
Nyasar mencari rumah siswa tidak sekali dialami oleh guru SMPN 1 Terara Lotim Mursyid Azmy, S.Pd. Saat bertugas mengajar sejumlah siswa di rumahnya, dirinya harus rela nyasar ke lokasi yang cukup jauh dari tujuan. Namun, saat bertugas di lapangan tetap menerapkan protokol kesehatan saat bertugas, seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan cuci tangan.
Sebagai seorang guru yang bertugas langsung di lapangan, dirinya juga tetap menjadi juru bicara pemerintah agar masyarakat khususnya siswa yang dikunjungi tetap mematuhi protokol kesehatan. Siswa yang tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker atau mencuci tangan langsung diberikan nasihat agar tidak mengabaikan standar protokol kesehatan.
Terkadang dirinya sering menemukan siswa di saat belajar bersama atau tidak menjaga jarak di satu kampung dan tidak menggunakan masker langsung diberikan peringatan. Dirinya tidak ingin saat belajar bersama ada siswa dan guru yang tertular Covid-19, karena banyak orang tanpa gejala (OTG) yang bisa menularkan virus ke orang lain.
Untuk itu, semuanya ini dilakoni dengan penuh tanggung jawab, sehingga penyebaran Covid-19 di Lotim tidak semakin bertambah. Hal inilah juga, ujarnya, yang mendasari pihak SMPN 1 Terara dengan jumlah siswa yang lebih dari 1.000 orang memilih menerapkan sistem pembelajaran daring, luring dan guling.
Pada sistem pembelajaran cara daring, ujarnya, siswa dan guru berinteraksi dengan cara virtual, yakni menggunakan aplikasi Zoom, Google Classroom atau yang lainnya. Namun, kendalanya tidak semua siswa dan sekolah memiliki jaringan internet yang memadai.
‘’Terlebih di daerah pelosok, ada siswa punya HP Android, namun kendala di kuota, begitu juga dengan gurunya. Belum lagi jaringannya yang lelet,’’ tutur Guru Bahasa Inggris ini pada Suara NTB, Jumat (23/10/2020).
Namun, pada sistem pembelajaran daring ini tidak semua guru menguasai IT dan tidak semua siswa memiliki fasilitas HP Android/laptop, sehingga tingkat keaktifan siswa hanya 65. Di satu sisi, meski siswa punya fasilitas HP, kuota yang dimiliki siswa tidak cukup. ‘’Siswa punya HP Android jaringan kurang bagus,’’ ujarnya.
Sementara yang kedua, tambahnya, sistem pembelajaran dengan cara luring. Sistem ini diterapkan bagi sekolah dan siswa yang tidak memiliki jaringan internet yang memadai, sehingga guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah pada anak untuk dikerjakan di rumah.
Meski demikian, ujarnya, tidak semua siswa bisa dijangkau dengan sistem pembelajaran daring dan luring ini. Untuk itu, pihak sekolah dan guru harus siap turun langsung ke rumah-rumah siswa memberikan pelajaran agar siswa yang tidak bisa mengakses daring dan luring tidak ketinggalan mata pelajaran.
‘’Pilihan ketiga ini, yakni guling ini termasuk pilihan yang banyak diambil sekolah-sekolah yang tidak siap dengan daring dan luring. Prosesnya seperti belajar kelompok, namun didampingi oleh guru. Guru yang berkeliling mencari kelompok siswa ke kampung-kampung untuk dibimbing dan diberikan materi seperti proses belajar mengajar di kelas,’’ terangnya.
Nantinya, pada sistem belajar guling ini, siswa dan guru akan menumpang belajar di rumah salah satu siswa yang sudah disepakati oleh siswa sendiri. Di sinilah, ujarnya, saat guru turun lapangan, banyak kendala yang dihadapi, terutama saat guru nyasar ke desa lain akibat miskomunikasi siswa dan guru. Belum lagi, ujarnya, saat guru sampai di lokasi yang sudah disepakati, siswa secara sepihak memindahkan lokasi belajar ke tempat lain tanpa ada konfirmasi dengan sekolah.
Selain itu, tambahnya, kendala lainnya jika sekolah yang memiliki jumlah siswa lebih dari 1.000 orang, guling ini menjadi tidak efektif, karena materi pelajaran yang diberikan tidak maksimal. Tidak hanya itu, secara administratif pihak sekolah kesulitan dalam mengumpulkan data siswa ataupun memberikan informasi kepada siswa secara menyeluruh.
‘’Di guling ini, intensitas pertemuan antara guru dan siswa terbatas hanya 2 kali seminggu, sehingga jika anak memiliki permasalahan dalam proses belajar mengajar agak sulit untuk menanyakan pada guru bina,’’ ujarnya.
Meski demikian, ujarnya, sebagus apapun sistem pembelajaran pada masa pandemi ini para siswa punya kerinduan yang mendalam untuk bersekolah dengan normal seperti biasanya. ‘’Tak jarang terdengar pertanyaan mereka, kapan kita mulai sekolah pak? Pertanyaan ini muncul ketika proses BDR( belajar di rumah) atau guling sedang berlangsung. Sebagai seorang guru saya juga berharap pandemi ini cepat berlalu agar siswa siswi bisa belajar normal seperti sedia kala di bawah bimbingan para guru di sekolah,’’ harapnya. (ham)
Gubernur NTB Ingatkan Santri Terapkan Protokol Kesehatan di Ponpes
Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah menghadiri acara Adz-Zikrol Hauliyyah atau pelepasan santri NW ke-55 MDQH al-Majidiyyah Asy-Syafi'iah NW di Anjani, Lombok Timur. |
Sejumlah lembaga pendidikan di NTB masih terus berjalan di masa pandemi Covid-19. Namun, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan tidak melupakan protokol kesehatan. Seperti Minggu (18/10), Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah menghadiri acara Adz-Zikrol Hauliyyah atau pelepasan santri NW ke-55 MDQH al-Majidiyyah Asy-Syafi'iah NW di Anjani, Lombok Timur.
Gubernur mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan di masa pandemi. Ia meminta masyarakat untuk tidak meremehkan Covid-19 agar risiko dari wabah pandemi ini dapat ditekan.
"Kita sedang berada pada situasi yang tidak biasa, oleh sebab itu, jangan meremehkan Covid-19 ini, tetap terapkan protokol kesehatan, menjaga jarak, tetap mencuci tangan, dan menggunakan masker," pesannya.
Gubernur juga meminta masyarakat agar terus melakukan aktivitas positif guna meningkatkan imunitas tubuh agar dapat terhindar dari wabah ini. "Mari kita berolahraga, kemudian menghiasi pikiran kita dengan hal-hal positif, mudah-mudahan Allah melindungi kita semua," ajak Bang Zul – sapaan akrabnya.
Sementara itu Ketua Panitia Acara, M. Zainal Muhibbinallah, menegaskan, acara ini diadakan dengan konsep Internal Ma'had. Artinya tidak ada jama'ah dan wali yang hadir. Akan tetapi hanya dihadiri oleh Masyaikh, tamu undangan dan Thullab dan Tholibat.
"Acara berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini acara diadakan dengan jumlah jamaah terbatas, tidak mengundang para wali dan alumni sebelumnya, tapi acara bisa disaksikan melalui daring fanspage FB Nahdlatul Wathan Official," terangnya.(ham)
Friday, 28 August 2020
Menko PMK Kampanyekan Gerakan Pakai Masker Lewat Khutbah Jumat di NTB
Menko PMK Muhadjir Effendy jadi Khatib Shalat Jumat di Masjid Agung Lombok Tengah, Jumat (28/8/2020) |
Pentingnya menjalankan protokol kesehatan ini disampaikan oleh menteri PMK dengan menceritakan sebuah kisah salah satu nabi yaitu cerita nabi Ibrahim yang akan mengorbankan nyawa anaknya yakni Ismail demi mengikuti perintah Allah. Dalam risalah tersebut, sesaat nabi Ismail, lanjutnya diganti dengan seekor domba dan akhirnya bukan Ismail yang disembelih, melainkan domba tersebut.
Ia menyampaikan kepada masyarakat bahwa dalam kisah ini, betapa berharganya nyawa manusia, sehingga kita sebagai umat yang taat kepada Allah senantiasa diperintahkan untuk menjaga sesama. "Satu hal yang kita petik, bahwa nyawa manusia tidak boleh dikorbankan dengan alasan apapun," tegasnya.
Protokol kesehatan ini, lanjutannya, adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penularan COVID-19 yang sedang melanda dunia khususnya di Indonesia ini, dengan menerapkan protokol kesehatan, artinya masyarakat turut serta dalam pencegahan penularan COVID-19 ini. Oleh sebab itu, Muhadjir mengajak masyarakat untuk kesekian kalinya menaati protokol kesehatan demi kemaslahatan bersama. "Marilah kita perangi Covid ini dengan menerapkan protokol kesehatan, dimanapun kita berada," ajaknya.
Di akhir khotbahnya ia meminta masyarakat untuk senantiasa berusaha menjaga kesehatan berdoa agar Pandemi COVID-19 ini segera berakhir agar kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia kembali pulih seperti biasanya. "Mari kita terus berdoa agar tetap dalam lindungan Allah agar kita tetapbisa melakukan ibadah di masjid kita tercinta ini," tutupnya. (Humas NTB)
Tuesday, 25 August 2020
Mau Lihat Peninggalan Islam Wetu Telu, Mari Datangi Masjid Raudatul Muslimin Dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong
Penghulu dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong Tengah menunjukkan naskah Khutbah Jumat yang ditulis pakai tangan di Masjid Raudhatul Muslimin, Minggu (23 Agustus 2020) |
Hal ini dibuktikan dengan benda-benda peninggalan yang masih disimpan rapi di masjid itu berupa bong (kendi) dan Al-Qur'an serta khutbah tulis tangan. Masjid itu kini dibangun oleh warga setempat. Namun masyarakat tetap mempertahankan dan menjaga benda-benda peninggalan di masjid tersebut. H. Abdul Hamid, penghulu dusun setempat saat acara peletakan batu pertama pembangunan masjid berukuran 17x20 m2 tersebut, Minggu (23 Agustus 2020), menunjukkan bukti benda-benda peninggalan tersebut.
Dia menceritakan sejarah masa lampau napak tilas penyebaran Islam Wetu Telu di daerah itu dengan gamblang. Mantan sekretaris desa ini menceritakan penggalan cerita yang diperoleh dari almarhum orang tuanya, sepuh dan ulama (tuan guru). Dulu, di daerah Sekotong (dulu mencakup Lembar), ada masjid bagi kaum (penganut) Islam waktu lima.
Lalu kedua, masjid di dusun Telaga Lebur ini di mana saat itu masyarakat menganut Islam wetu telu. Kaum yang datang beribadah ke masjid ini dari seluruh daerah Sekotong. Warga saat itu pun hanya datang beribadah dua kali setahun, yakni di saat hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.
Sedangkan ibadah lain tidak ada. Ibadah pun dilakukan hanya oleh orang disebut kiyai di zaman itu. Sedangkan di luar itu (warga biasa) tidak ikut shalat. Ia pun bertanya kepada kakeknya ketika itu, kenapa disebut wetu telu?.
Menurut penjelasan kakeknya bernama Papuq Darsiah yang menjadi penghulu saat itu, bahwa ibadah shalat yang dilakukan hanya tiga waktu, yakni Subuh, Zuhur dan Isya. “Makanya disebut saat itu Islam tahun wetu telu (tiga waktu),” beber dia. Konon pada waktu itu, warga bernama Amak Beleq mengajak warga lain di daerah itu membangun masjid dengan ukuran 8x8 m2.
Setelah jadi masjid ini, dibawakanlah Al-Qur'an ditulis tangan dengan menaiki sampan dari pelabuhan Carik Desa Anyar, Kecamatan Bayan, KLU dan turun di Tanjung Batu (Sekotong). Al-Qur'an itu pun ditaruh di masjid wetu telu di dusun (dulu disebut pegubukan) Telaga Lebur tersebut. “Ini bukti fisik (Al-Qur'an) tulis tangan itu, sampai saat ini kami simpan bagus,” tutur dia sambil menunjukkan ke hadirin.
Seiring waktu masjid itu pun sudah mengalami tiga kali rehab dengan ukuran yang tetap. Namun mengingat kondisi saat ini, warga semakin bertambah maka dibangunlah masjid ini lebih lebar. Selain Al-Qur'an tulis tangan, ada juga peninggalan benda berupa bong (kendi). Orang tuanya sendiri tidak tahu kalau bong ini dibawa dari Bayan. Namun Ia mendapatkan cerita dari seorang ulama (tuan guru) sekitar tahun 1980 silam.
Di saat itu, bong ini memiliki keanehan karena di saat almarhum orang tuanya mengambil air di sungai menggunakan kuali untuk mengisi kendi itu. Justru disaat diisi air banyakpun tidak bisa penuh. “Sekali tumpah empat kuali, dari jam 12 siang sampai jam 5 sore diisi tapi tidak bisa penuh bong ini, itu cerita dari almarhum bapak dan paman saya,”ujar dia.
Selain cerita zaman dulu tentang bong yang dinilai ajaib, bong ini juga sampai saat ini tidak bisa lumutan. Tidak seperti kendi pada umumnya, jika ditaruh dan diisi air selama sekian bulan saja pasti berlumut. Selain bong, ada juga khutbah panjang bertulis tangan.
Khutbah ini terdiri dari khutbah Jumat dan hari raya haji. Ia dipesan oleh almarhum kakeknya, kalau khutbah ini tidak boleh dibaca sembarangan. Namun dibaca saat ada penyakit. “Saya pun kemarin baru membacanya, karena saat ini terjadi corona,” imbuh dia.
Selain itu kiyai sepuh di Sekotong ini juga menuturkan asal muasal warga Dusun Telaga Lebur pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahui hal ini. Asal usul nenek moyang warga dusun itu dari Bayan- KLU. Konon ceritanya, dulu ada warga bernama Amaq Beleq (warga Bayan), pergi ke daerah Sekotong. Lalu Amaq Beleq ini yang beranak pinak sehingga warga pun semakin banyak tinggal di daerah itu.
Bukti keberadaan amaq Beleq ini pun dibuktikan dengan adanya makam di pemakaman umum setempat. Ukuran makamnya tak seperti warga pada umumnya, karena ukurannya yang cukup luas. “Karena itu disebut amaq Beleq (besar red),” terang dia. Lalu dari sisi budaya dan bahasa, warga dusun Telaga Lebur ini sama dengan Bayan.
Uniknya, warga setempat menyebut utara disebut selatan sedangkan selatan disebut utara. “Ini aneh, dan ini satu-satunya di Lombok, bahasa ini lah dibawa dari Bayan,” jelas dia. (Heruzzubaidi/Lombok Barat)