-
Nanggu, Sudak dan Kedis, Tiga Gili Nan Memesona di Sekotong Lombok Barat
Pemandangan alam di tiga gili di Sekotong yang begitu memesona.
-
Tiga Ribu Dulang Warnai Pesona Budaya Desa Pengadangan Lombok Timur
Sebanyak 3.000 dulang tengah diarak (betetulak) dari empat arah dalam Pesona Budaya II Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lotim, Rabu (30/10/2019)
-
Usaha Masker, Yang Untung Selama Pandemi Corona
Seorang penjahit di Rumah Produksi Sasambo Bumi Gora Lombok Barat sedang membuat masker berbahan baku kain).
-
Sabut Kelapa Desa Korleko Lombok Timur Diekspor ke Cina
Sabut kelapa dari Desa Korleko Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur yang dijadikan coco fiber untuk bahan baku pembuatan jok mobil dan diekspor ke Cina .
-
Gubernur dan Wagub Serah Terima Jabatan dengan TGB dan H. Muh.Amin
Serah terima jabatan dari mantan Gubernur NTB, TGH.M.Zainul Majdi kepada Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, Jumat (21/9/2018).
Sunday, 11 June 2023
Desa Wisata Ende, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut Lombok Tengah Tujuan Berwisata
Desa wisata ini menjadi tujuan berkunjung dari anak-anak
sekolah yang menggelar perpisahan setelah selesai mengikuti ujian sekolah.
Mereka ingin tahu seperti apa desa, rumah adat dan juga peninggalan dari nenek
moyang di masa yang lampau.
Salah satu sekolah yang menggelar perpisahan bagi anak
didiknya dengan menguji desa wisata Ende adalah SDN 10 Mataram. Rombongan guru,
murid dan beberapa orang tua murid melihat secara langsung bagaimana kondisi
desa wisata Ende yang selama ini ada di buku pelajaran sekolah.
Di bawah koordinasi gurunya, anak-anak berinteraksi dengan
ketua ataupun masyarakat yang ada di desa wisata Ende. Mereka melihat
peninggalan rumah-rumah adat yang masih kental dengan nuansa tradisionalnya.
Bangunan rumah masih menggunakan kayu, berdinding pagar
beratap ilalang dan berlantaikan tanah. Bahkan pada waktu tertentu, lantai
tanah dibersihkan dengan menggunakan kotoran sapi yang ada di kawasan wisata
Ende.
Para pengunjung juga disajikan dengan pementasan peresean
oleh pemuda ataupun masyarakat yang ada di desa wisata tersebut. Selesai
pementasan, para pengunjung akan memberikan uang saweran yang tidak ditentukan
jumlahnya. Bahkan khusus di kalangan pelajar berapapun jumlah uang saweran
tidak dipermasalahkan, yang penting para pelajar memahami tentang peninggalan
nenek moyang suku Sasak.
“Kalau wisatawan mancanegara, biasanya kalau memberikan
saweran di atas Rp 50 ribu. Tapi kalau anak-anak sekolah, biasanya uang saweran
sebesar Rp 10 ribu. Atau berapa ikhlasnya,” ujar tokoh adat Desa Wisata Sasak
Ende Papuq Lenik didampingi salah satu pemandu wisata yang ada di tempat itu.
Selain itu, para pengunjung juga dipersilakan untuk mencoba
menjadi pepadu peresean. Sebagaimana pepadu profesional, mereka harus bertarung
adu kemampuan dengan lawannya, meski hanya diperbolehkan memukul perisai saja.
Mereka tetap mempertahankan adat maupun tradisi yang sudah
menjadi peninggalan leluhur. Rumah-rumah maupun fasilitas yang ada di tempat
tersebut tidak ada perubahan seperti sebelumnya. Hal ini, ujarnya, yang menarik
kunjungan wisatawan ke desa wisata Ende.
Salah satu orang tua murid,
Baiq Ika mengaku cukup menikmati kunjungan ke desa wisata ini. Adanya
kunjungan ke desa wisata ini, ujarnya, menjadi bahan pengetahuan bagi anak-anak
mengenai sejarah masa lalu. Termasuk para orang tua murid yang belum pernah
datang ke desa wisata Ende ataupun lainnya. (ham)
Wednesday, 28 September 2022
Melihat Koleksi Deposit di Perpustakaan, Pusat Referensi Sejarah NTB hingga Terbitan Perdana Koran
Ingin tahu tentang NTB dari dulu hingga sekarang. Ruang Koleksi Deposit pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTB adalah tempatnya. Di tempat ini para pembaca bisa mengetahui sejarah NTB dan juga budayanya dari dulu hingga sekarang. Bahkan terbitan perdana surat kabar, khususnya Harian Suara NTB ada di tempat ini.
MEMASUKI ruang koleksi deposit pada Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan NTB cukup adem. Suasana hening dan tempat koleksi yang bagus
membuat para pengunjung yang pertama kali datang ke tempat ini merasa betah. Meski
hanya menggunakan kipas angin untuk mendinginkan ruangan para pengunjung masih
bisa berlama-lama di tempat ini.
Yang namanya ruang koleksi deposit tentunya
berisi buku-buku tentang NTB, baik dari sisi sejarahnya, budayanya, tokoh-tokohnya
hingga struktur bangunan khas NTB. Tidak heran tempat ini menjadi lokasi
favorit bagi mahasiswa tingkat akhir untuk mencari referensi tentang NTB dan
sejarahnya. Tidak hanya itu para peneliti baik dari dalam maupun luar NTB juga
memanfaatkan ruang koleksi deposit untuk mencari tentang sejarah NTB di masa
silam.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTB Drs.
Tri Budiprayitno, M.Si., melalui Kepala Bidang Deposit dan Pelestarian Bahan
Pustaka Dwi Murtiningrum, S.H., mengakui koleksi yang ada di lokasi ini masih belum
lengkap. Namun keberadaan koleksi ini bisa membantu para mahasiswa maupun
peneliti yang ingin mempelajari tentang NTB maupun peninggalan yang ada.
“Biasanya setiap hari ada mahasiswa atau
peneliti yang datang. Sebelumnya, ada dari mahasiswa Fakultas Teknik Unram yang
ingin tahu bagaimana latarbelakang pendirian rumah adat Mbojo. Filosofisnya
juga dan semuanya,” ungkapnya menjawab Suara
NTB, Senin (26/9/2022).
Tidak hanya itu, banyak peneliti yang datang
dari berbagai instansi yang ingin melihat budaya dan tradisi yang ada di NTB.
Seperti peresean maupun dokumen terkait merarik kodek atau nikah dini, masakan
khas NTB dan lainnya. Termasuk tokoh-tokoh NTB yang berjasa dalam membangun dan
NTB di masa lampau.
Meski demikian pihaknya mengakui banyak
koleksi yang mesti harus dilengkapi. Terkadang materi bacaan yang dicari oleh
para peneliti ataupun mahasiswa tidak menemukan koleksi yang ada di ruang
koleksi deposit. Hal ini menjadi mengevaluasi di masa yang akan datang.
Termasuk akan melengkapi bahan-bahan sesuai dengan sejarah maupun perkembangan
pembangunan di NTB.
Dwi Murtiningrum juga mengakui pihaknya
menjilid terbitan terbitan media lokal yang terbit di NTB. Bahkan terbitan
harian Suara NTB sejak Maret 2004 hingga sekarang ini masih bisa ditemukan di
ruang koleksi deposit.
“Kami menjilid koran -koran yang terbit di
NTB. Bahkan, kami terbitkan buku referensi untuk mencari koran-koran yang sudah
dijilid,” tambah Mohammad Nor, salah satu pustakawan yang mendampingi.
Pihaknya selalu melakukan perawatan terhadap
koleksi yang ada di ruang deposit. Bagi mereka kebahagiaan yang paling penting
adalah ketika pengunjung bisa menemukan koleksi ataupun buku yang tidak
ditemukan di tempat lain.
BACA JUGA : Perpustakaan Nasional dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTB Gelar Bimtek Pengukuran IPLM dan TGM
Sediakan
Informasi pada Anak
Pada bagian lain, Pustakawan pada Perpustakaan
dan Kearsipan NTB Hermin Riu menambahkan, pihaknya berusaha memberikan layanan
maksimal pada anak-anak.
Dengan menjadikan perpustakaan sebagai Pusat
Informasi Sahabat Anak (PISA), pihaknya telah menyediakan koleksi sesuai dengan
bahan bacaan pada anak.
Dua pustakawan di Ruang Koleksi Deposit sedang melihat koleksi judul buku. |
Tidak
hanya itu, pihaknya juga mempersiapkan wi fi gratis bagi para pengunjung,
sehingga mereka selain mendapatkan informasi dari buku koleksi, juga melalui
layanan digital. “Namun, kita bimbing anak untuk menggunakan internet sehat.
Malahan, banyak anak-anak yang dekat rumahnya dengan Pocadi Islamic Center
mengerjakan pekerjaan rumah di Pocadi,” terangnya. (Marham)
Thursday, 26 May 2022
Ubah Peradaban di Eropa, Gubernur Minta Bangun Museum Khusus Tambora
Lokasi Gunung Tambora yang ada di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Letusan gunung ini tahun 1815 cukup besar dan mengubah peradaban dunia, khususnya di Benua Eropa. |
Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc., mengingatkan jika NTB memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan, baik di bidang ekonomi, sport tourism, hingga sejarah masa lalu. NTB juga menjadi tuan rumah dari pagelaran event berskala internasional, seperti World Superbike (WSBK) tahun 2021, MotoGP pada bulan Maret 2022, MXGP bulan Juni ini, hingga GT Challenge Asia dan WSBK akhir tahun ini.
‘’Dengan banyak event ini tentu banyak akan datang menonton ke NTB. Namun, mereka ke NTB tidak hanya datang menonton balap saja, tapi ingin berziarah ke masa lalu melihat kekayaan budaya yang dimiliki NTB. Seperti datangnya tamu dari seluruh daerah di Indonesia yang hadir pada Gebyar Budaya 2022 di Taman Mayura,’’ ujarnya saat membuka Gebyar Budaya 2022 di Taman Mayura, Kota Mataram, Sabtu, tanggal 21 Mei 2022.
Terkait dengan ziarah ke masa lalu, Gubernur mengungkapkan, jika ada pihak yang mengusulkan ke Pemprov NTB untuk belajar ke daerah lain. Yakni, NTB mesti memiliki museum yang khusus menghidangkan sejarah dan dampak dari letusan Gunung Tambora dan Gunung Rinjani kepada perubahan peradaban dunia.
Untuk itu, Gubernur menugaskan pada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB dan Kepala Bidang Kebudayaan membuat tim kecil pembentukan museum khusus Tambora dan Rinjani. Gubernur memberi batas waktu sebelum WSBK 2022 di Sirkuit Mandalika sudah ada 2 museum sederhana ini bisa dihadirkan pada publik.
Diakuinya, ada satu alasan kenapa dirinya ingin ada museum khusus yang menyajikan sejarah dan dampak letusan Gunung Tambora dan Gunung Rinjani. Saat dirinya bersama Ketua TP PKK Hj. Niken Widyawati Saptarini Zulkieflimansyah berada di Desa Five di Skotlandia melihat stan kecil yang memajang tentang sejarah dan dampak letusan Gunung Tambora yang mengubah peradaban dunia.
‘’Mereka mengatakan, ‘’The year without summer, because the erruption of Tambora. Oleh karena itu saya membayangkan nanti di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia, terutama penonton MotoGP dan WSBK bisa menceritakan tentang Tambora itu di mana, ke mana letusannya, impact-nya terhadap peradaban di seluruh dunia. Begitu juga dengan Rinjani,’’ ujarnya.
Menanggapi permintaan gubernur ini, Kepala Dinas Dikbud NTB Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., mengaku sudah mendiskusikan hal ini dengan Kepala Bidang Kebudayaan Achmad Fairuzzabadi. Tidak hanya itu, gubernur sudah memrintahkan agar nanti NTB juga memiliki mini NTB di salah satu negara yang sudah ditunjuk. Bahkan, pihaknya sudah bertemu dengan atase kebudayaan di negara yang menjadi lokasi pembangunan mini NTB.
‘’Ikon NTB yang utama, adalah Tambora dan Rinjani . detailnya seperti apa, dua gunung yang mengubah peradaban kita harus sajikan deskripsi sejarahnya dan harus didukung dengan replikasi dari dua gunung ini, kearifan lokal tradisi dua pulau ini. Kebetulan juga dua pulau ini ada di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa,’’ ujarnya. (Marham)Tuesday, 25 August 2020
Mau Lihat Peninggalan Islam Wetu Telu, Mari Datangi Masjid Raudatul Muslimin Dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong
Penghulu dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong Tengah menunjukkan naskah Khutbah Jumat yang ditulis pakai tangan di Masjid Raudhatul Muslimin, Minggu (23 Agustus 2020) |
Hal ini dibuktikan dengan benda-benda peninggalan yang masih disimpan rapi di masjid itu berupa bong (kendi) dan Al-Qur'an serta khutbah tulis tangan. Masjid itu kini dibangun oleh warga setempat. Namun masyarakat tetap mempertahankan dan menjaga benda-benda peninggalan di masjid tersebut. H. Abdul Hamid, penghulu dusun setempat saat acara peletakan batu pertama pembangunan masjid berukuran 17x20 m2 tersebut, Minggu (23 Agustus 2020), menunjukkan bukti benda-benda peninggalan tersebut.
Dia menceritakan sejarah masa lampau napak tilas penyebaran Islam Wetu Telu di daerah itu dengan gamblang. Mantan sekretaris desa ini menceritakan penggalan cerita yang diperoleh dari almarhum orang tuanya, sepuh dan ulama (tuan guru). Dulu, di daerah Sekotong (dulu mencakup Lembar), ada masjid bagi kaum (penganut) Islam waktu lima.
Lalu kedua, masjid di dusun Telaga Lebur ini di mana saat itu masyarakat menganut Islam wetu telu. Kaum yang datang beribadah ke masjid ini dari seluruh daerah Sekotong. Warga saat itu pun hanya datang beribadah dua kali setahun, yakni di saat hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.
Sedangkan ibadah lain tidak ada. Ibadah pun dilakukan hanya oleh orang disebut kiyai di zaman itu. Sedangkan di luar itu (warga biasa) tidak ikut shalat. Ia pun bertanya kepada kakeknya ketika itu, kenapa disebut wetu telu?.
Menurut penjelasan kakeknya bernama Papuq Darsiah yang menjadi penghulu saat itu, bahwa ibadah shalat yang dilakukan hanya tiga waktu, yakni Subuh, Zuhur dan Isya. “Makanya disebut saat itu Islam tahun wetu telu (tiga waktu),” beber dia. Konon pada waktu itu, warga bernama Amak Beleq mengajak warga lain di daerah itu membangun masjid dengan ukuran 8x8 m2.
Setelah jadi masjid ini, dibawakanlah Al-Qur'an ditulis tangan dengan menaiki sampan dari pelabuhan Carik Desa Anyar, Kecamatan Bayan, KLU dan turun di Tanjung Batu (Sekotong). Al-Qur'an itu pun ditaruh di masjid wetu telu di dusun (dulu disebut pegubukan) Telaga Lebur tersebut. “Ini bukti fisik (Al-Qur'an) tulis tangan itu, sampai saat ini kami simpan bagus,” tutur dia sambil menunjukkan ke hadirin.
Seiring waktu masjid itu pun sudah mengalami tiga kali rehab dengan ukuran yang tetap. Namun mengingat kondisi saat ini, warga semakin bertambah maka dibangunlah masjid ini lebih lebar. Selain Al-Qur'an tulis tangan, ada juga peninggalan benda berupa bong (kendi). Orang tuanya sendiri tidak tahu kalau bong ini dibawa dari Bayan. Namun Ia mendapatkan cerita dari seorang ulama (tuan guru) sekitar tahun 1980 silam.
Di saat itu, bong ini memiliki keanehan karena di saat almarhum orang tuanya mengambil air di sungai menggunakan kuali untuk mengisi kendi itu. Justru disaat diisi air banyakpun tidak bisa penuh. “Sekali tumpah empat kuali, dari jam 12 siang sampai jam 5 sore diisi tapi tidak bisa penuh bong ini, itu cerita dari almarhum bapak dan paman saya,”ujar dia.
Selain cerita zaman dulu tentang bong yang dinilai ajaib, bong ini juga sampai saat ini tidak bisa lumutan. Tidak seperti kendi pada umumnya, jika ditaruh dan diisi air selama sekian bulan saja pasti berlumut. Selain bong, ada juga khutbah panjang bertulis tangan.
Khutbah ini terdiri dari khutbah Jumat dan hari raya haji. Ia dipesan oleh almarhum kakeknya, kalau khutbah ini tidak boleh dibaca sembarangan. Namun dibaca saat ada penyakit. “Saya pun kemarin baru membacanya, karena saat ini terjadi corona,” imbuh dia.
Selain itu kiyai sepuh di Sekotong ini juga menuturkan asal muasal warga Dusun Telaga Lebur pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahui hal ini. Asal usul nenek moyang warga dusun itu dari Bayan- KLU. Konon ceritanya, dulu ada warga bernama Amaq Beleq (warga Bayan), pergi ke daerah Sekotong. Lalu Amaq Beleq ini yang beranak pinak sehingga warga pun semakin banyak tinggal di daerah itu.
Bukti keberadaan amaq Beleq ini pun dibuktikan dengan adanya makam di pemakaman umum setempat. Ukuran makamnya tak seperti warga pada umumnya, karena ukurannya yang cukup luas. “Karena itu disebut amaq Beleq (besar red),” terang dia. Lalu dari sisi budaya dan bahasa, warga dusun Telaga Lebur ini sama dengan Bayan.
Uniknya, warga setempat menyebut utara disebut selatan sedangkan selatan disebut utara. “Ini aneh, dan ini satu-satunya di Lombok, bahasa ini lah dibawa dari Bayan,” jelas dia. (Heruzzubaidi/Lombok Barat)
Sunday, 24 November 2019
Tempat Pemujaan Zaman Kuno Ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah
Umpak batu bermotif kala tanpa rahang tipe zaman klasik Jawa Tengah abad 10 - 12 dan
keramik China Dinasti Sung ditemukan di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah
|
Keramik dari China yang ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah |
Misalnya Papuk Saidi (80) menuturkan, situs petilasan Pedewa tersebut dulunya tempat orang mencari berkah. Terdapat bangunan semacam tempat pemujaan yang lokasinya berada di dekat sungai dan sumber mata air. ‘’Dulu ada bangunan di sini, saat kita masih kecil. Kalau ada orang mau begawe, kita ke sini dulu baru dikasi makan,’’ katanya. (Zainuddin Safari/Suara NTB)
Mencari Jejak Kerajaan Kuno di Desa Sintung Lombok Tengah
Tim peneliti Balai Arkeologi Bali tengah melakukan penelitian terkait temuan benda kuno tersebut. Tim peneliti saat turun di Desa Sintung, Jumat (22/11/2019) |
Wednesday, 14 August 2019
Kerajaan Pamatan dalam Babad Lombok
Naskah kuno Babad Lombok |
Letusan Gunung Samalas yang Mengubur Kerajaan Pamatan Lombok
Kepala Desa Tanak Beak Maknun menunjuk ke arah sisa galian tanah uruk yang diperkirakan di bawahnya tertimbun Kerajaan Pamatan. |
Kepala Balai Arkeologi Bali Wilayah Kerja Provinsi Bali, NTB, NTT, Drs. I Gusti Made Suarbhawa, kepada Suara NTB, menyampaikan, pihaknya sudah melakukan penelitian awal pada tahun 2018 lalu. Laporan penelitian itu merupakan laporan kegiatan insiden berdasarkan laporan masyarakat dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB tentang adanya temuan di lokasi penambangan pasir di Dusun Ranjok, Kecamatan Batukliang Utara.
Tuesday, 19 March 2019
Objek Wisata Dende Seruni, Lokasi Pemandian Putri yang Melegenda di Pulau Lombok
Objek wisata Dende Seruni Desa Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur. |
Monday, 5 December 2016
Legenda Mata Air Sari Gangga (26)
Waktu pun berlalu. Hari sudah beranjak malam. Putri Ambarwati sudah sampai di istana. Setelah mandi dan istirahat beberapa saat, dia memanggil dayang-dayang. Putri Ambarwati meminta dayang-dayang memanggil Putri Faradilla ke tempat pertemuan keluarga secepatnya.
Tak berapa lama kemudian Putri Faradilla sudah berada di ruang pertemuan.
"Maaf, hamba telat ibu," ujarnya sambil duduk di lantai. Kemudian sungkem pada ibunya.
"Tak apa-apa," jawabnya pendek. "Sekarang, kamu duduk dan kita bicara tentang pamanmu, Pangeran Sentanu," tambahnya.
"Emang kenapa dengan paman?" tanyanya.
"Kamu harus hati-hati dengan pamanmu! Saya curiga pamanmu, ingin membuat kerajaan kita tidak damai," jawabnya.
"Benar bunda. Tadi pas di Kopang hamba dijadikan umpan untuk membunuh Pangeran Kumara," ujarnya sambil menceritakan apa yang dialaminya di Kopang.
"Sudahlah bunda sudah tahu. Bahkan, bunda melihat langsung di sana,"
"Jadi bunda ikut juga ke Kopang?" tanyanya penasaran.
"Bunda cuma melihat dari kejauhan saja. Bahkan, bunda melihat langsung di kawasan Lendang Kekeh, situasi keamanan di sana terganggu,".
"Terganggu bagaimana?" tanyanya tambah penasaran.
"Ada kawanan menyerang dusun itu. Masyarakat jadi takut, sehingga mereka bersembunyi di tempat aman,"
"Jangan-jangan ini ulah paman?" celetuk Putri Faradilla.
"Bunda tidak tahu. Tapi yang jelas kita semua harus waspada. Kita harus hati-hati berbicara pada orang-orang di sekitar kita. Siapa tahu, mereka itu kaki tangan pamanmu,"
"Baik bunda. Makanya tadi, saya marahi Kacek yang membocorkan rencana pertemuan hamba dengan Pangeran Kumara di Kopang," (Bersambung)
Thursday, 19 May 2016
Legenda Mata Air Sari Gangga (25)
Setelah itu, Putri Ambarwati segera menaiki kudanya disusul prajuritnya yang lain. Mereka kemudian meninggalkan dusun Lendang Kekeh sambil tetap waspada dengan kondisi sekitarnya.
Sementara Amaq Cangking dan 6 prajurit Kerajaan Mantang menuju rumah salah satu penduduk. Mereka kemudian beristirahat sambil tetap berjaga-jaga dengan kondisi sekitarnya.
Salah satu dari penduduk yang sebelumnya bersembunyi keluar dari persembunyiannya terlihat berlari-lari di kejauhan. Sejumlah warga mengikuti di belakangnya. Dengan membawa barang-barang berharga mereka menuju rumah masing-masing.
Kenjung, salah satu komandan prajurit mendekati salah satu di antara mereka dan bertanya mengenai kondisi warga yang berada di persembunyian.
"Gimana keadaan warga yang lain?" tanyanya.
"Mereka semua selamat. Tak ada satupun yang terluka," jawabnya pendek.
"Bagus," ujar Kenjung. "Sekarang benahi rumah dan fasilitas kalian yang dirusak gerombolan penjahat. Dan jangan lupa tetap berjaga-jaga," tambahnya.
"Siap tuan prajurit," jawabnya.
"Amaq Cangking," teriak Kenjung.
"Ada apa prajurit," jawab Amaq Cangking.
"Dusun ini kan selalu diserang orang tidak bertanggung jawab. Gimana kalau Amaq Cangking sudah sehat melatih warga yang lain ilmu bela diri dan membuat pertahanan dari serangan," ujarnya.
"Bagus ide itu, Prajurit Kenjung. Dalam sehari dua hari ini, mudahan saya sehat. Setelah itu, kami akan berlatih ilmu bela diri dan membuat jebakan agar dusun kami tidak selalu jadi sasaran serangan," terang Amaq Cangking.
Warga Dusun Lendang Kekeh kemudian bergotong royong membenahi rumah mereka yang sudah dirusak. Mereka sepakat berlatih ilmu bela diri untuk pertahanan dan keamanan warga di dusunnya.
Sementara di Mantang, Putri Faradilla terlihat sedang kesal. Pedang yang selalu terselip di pinggangnya kini berada di genggamannya. Sejumlah tanaman bunga yang ada di dekatnya menjadi sasaran pedangnya.
Kacek hanya melihat dari kejauhan dengan kondisi tetap siaga.
"Huhhh.... Paman Sentanu, sialan," teriaknya dengan kesal.
"Awass kau, paman,"
Kacek kemudian mendekati Putri Faradilla dan berusaha membujuk agar tidak emosi.
"Ampun Gusti Putri," ujarnya pelan.
"Ada apa Kacek?" tanyanya dengan nada tinggi.
"Gusti Putri jangan emosi begitu," ujar Kacek mengingatkan.
"Kamu lagi. Kamu sudah bersekongkol dengan Paman Sentanu menghalani hubungan saya dengan Pangeran Kumara. Sekarang, kamu pergi dari hadapanku," perintahnya dengan kesal.
"Maafkan hamba Gusti Putri. Perintah Putri Ambarwati tetap hamba jalani, yakni mengawal Gusti Putri Faradilla dengan segenap jiwa raga hamba," terangnya. (Bersambung)
Legenda Mata Air Sari Gangga (24)
Sementara kakek tua itu merintih kesakitan sambil memegang perutnya yang berdarah.
Legenda Mata Air Sari Gangga (23)
"Baik, Gusti Ratu," jawab sosok laki-laki tegap sambil menyembah.
"Sudahlah Ambara. Sekarang kamu awasi pergerakan Sentanu dan anak buahnya," ujar Putri Ambarwati pada Ambara, sang panglima kerajaan.
Monday, 25 April 2016
Legenda Mata Air Sari Gangga (22)
''Ngapaian kalian di sini? Bersembunyi sambil mengendap-endap lagi,'' tanya mereka dengan keras.
''Kami mencari kepeng. Tadi jatuh di sekitar pohon pisang ini,'' jawab Pangeran Kumara sambil pura-pura membongkar daun pisang yang jatuh di dekatnya.
Sunday, 24 April 2016
Legenda Mata Air Sari Gangga (21)
"Siapa kalian? Aku tak punya urusan dengan kalian?"
"Kau tidak kenal suaraku?" tanyanya lagi.
Legenda Mata Air Sari Gangga (20)
Setelah berpamitan pada kakaknya, Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul memacu kudanya menuju Kopang. Dengan menyamar sebagai pengelana, Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul ingin segera sampai di lokasi.
Monday, 11 April 2016
Legenda Mata Air Sari Gangga (19)
"Saya pikir tidak," jawab Pangeran Kumara pendek. "Kalau memang dia mau balas dendam, kenapa tak dia lakukan saat tidur bersama beberapa waktu lalu," tambahnya.
"Tapi kenapa Kanda tertarik pada dia? Padahal Kanda belum melihat wajahnya yang asli,"
"Yah.. Mungkin itulah jodoh," jawabnya sambil mengangkat kedua bahunya. "Kalau memang jodoh, biar tidak cantik juga tidak masalah," tambahnya.
"Kanda cinta banget ya sama dia?" tanya Puspa Wangi penasaran.
Legenda Mata Air Sari Gangga (18)
"Tertarik pada seorang pria? Apa Kanda Kumara kurang normal?" tanyanya sambil duduk menjauh.
"Ya begitulah," jawab Pangeran Kumara santai.
"Apa Dinda kurang cantik Kanda, sehingga Kanda jatuh cinta pada lelaki," tanya Puspa Wangi semakin penasaran.