|
Kondisi Pasar Seni Sesela Gunungsari Lombok Barat yang sepi dari pembeli. Akibat sepinya wisatawan membuat perajin belum bisa berkreasi membuat suvenir untuk MotoGP.
|
Pelaksanaan MotoGP di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika tahun
2021 mendatang sudah menggema. Apalagi Sabtu (23/11/2019), telah dilaksanakan pra-launching MotoGP Mandalika di Jakarta. Bahkan, penjualan tiket juga
telah dibuka secara online. Lalu, seperti apa kesiapan masyarakat, khususnya
peranjin dalam menyambut momentum ini?
Minggu (8/12/2019) siang, suasana di Pasar Seni Sesela Kecamatan Gunungsari
Lombok Barat (Lobar) tampak sepi. Sejumlah pemilik artshop memilih duduk di
berugak yang ada di bagian depan. Mereka menunggu mobil bus atau minibus datang
membawa tamu-tamu mancanegara atau nusantara untuk berbelanja.
Sementara di bagian dalam, sebagian pemilik artshop memilih tidak
membuka usahanya. Di bagian aula berjejer beragam seni kerajinan di etalase
kaca. Ada pula beberapa kerajinan berupa patung kuda dan kerajinan lain yang
diletakkan di bagian atas etalase.
Jika beberapa tahun sebelumnya, selalu ada perajin di tempat ini yang
membuat berbagai macam kerajinan, seperti cukli, patung hingga hiasan dinding.
Namun, semenjak beberapa bulan terakhir, para perajin lebih memilih tidak
membuat kerajinan. ‘’Sudah berbagai
macam upaya kami lakukan agar bisa bertahan. Tapi, beginilah tamu sepi,’’ ujar
Dul, pemilik Kenzu Artshop Sesela.
Dul tahu pada Minggu ini ada kapal pesiar singgah di Pelabuhan Gili
Mas, Lembar. Namun, karena tidak memiliki kesepakatan dengan pemandu wisata dan
travel yang membawa tamu, ia bersama pemilik artshop di Sesela hanya bisa menjadi
penonton. Meski demikian, besar harapannya, tamu-tamu kapal pesiar mau datang
singgah di artshop yang ada di Sesela.
Untuk itu, ujarnya, kondisi perajin artshop di Sesela – khususnya dan
Lombok Barat umumnya yang sepi pengunjung, menjadikan dirinya belum terlalu berpikir
untuk membuat suvenir bagi para penonton MotoGP di KEK Mandalika. Bagi para
perajin, sekarang ini adalah bagaimana caranya bisa bertahan dan memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Menurutnya, jika kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sesela meningkat,
maka perajin bisa berkreativitas. Termasuk, dalam mengantisipasi event MotoGP
di Lombok Tengah. Mereka akan menyiapkan suvenir untuk oleh-oleh khas Lombok
terkait MotoGP.
|
MotoGP Lombok |
Diakuinya, dalam memasarkan kerajinan di Pasar Seni Sesela dilakukan
dengan berbagai cara. Seperti menyebar brosur, promosi ke beberapa daerah
hingga mempromosikan lewat media sosial. Namun, kunjungan wisatawan ke Pasar
Seni Sesela masih saja sepi.
‘’Termasuk kita adakan pementasan peresean dengan mengundang travel agent. Tapi karena sudah
keseringan, wisatawan tetap sepi dan yang nonton adalah sebagian besar warga
kita sendiri, sehingga berhenti kita gelar,’’ akunya.
Untuk itu, pihaknya mengharapkan pemerintah segera bertindak agar nasib
perajin di sejumlah sentra kerajinan tidak semakin rugi. Paling tidak, ada
kebijakan pemerintah mengatasi persoalan yang dihadapi perajin, khususnya
adanya persamaan harga terhadap hasil kerajinan yang dijual. Diakuinya, masalah
harga dan komisi bagi pemandu wisata perlu segera dituntaskan, sehingga perajin
dan sentra-sentra produksi kerajinan tetap eksis berkarya. Jangan sampai,
karena minim memberikan komisi pada pemandu wisata, tidak mau mengajak tamu
untuk singgah di Pasar Seni Sesela.
Pendapat senada disampaikan Ketua Pasar Seni
Sesela Fathul Anwar. Diakuinya, belum ada persiapan apapun para perajin,
terutama di Sesela yang menjadi pusat industri kerajinan. Meskipun mereka sudah
tahu tentang MotoGP yang akan digelar di Lombok, Indonesia.
Perajin memiliki peluang membuat suvenir atau
cinderamata MotoGP. Menurut Atta – sapaan akrabnya, untuk menghasilkan
kerajinan – kerajinan kecil seperti itu tak rumit. “Cepat membuat suvenir yang
begitu. Cuma banyak yang harus dipersiapkan,” katanya belum lama ini.
Ada beberapa bintang lintasan yang namanya saat ini
sangat familiar. Misalnya Valentino Rossi, lalu Mark Marquez. Tahun 2021
mendatang, bukan tidak mungkin ada bintang-bintang lintasan baru yang akan
muncul. ‘’Kita juga masih menunggu itu sebagai ikon untuk membuat suvenir,”
jelas Atta.
Perajin juga punya keinginan besar untuk
memanfaatkan momen besar yang akan dilaksanakan di KEK Mandalika. Pengalaman
sebelumnya, event nasional Musabaqah
Tilawatil Quran (MTQ) ke – 27 tahun 2016 lalu, perajin juga dilibatkan.
Beberapa jenis kerajinan untuk suvenir yang dibuat misalnya rehan (dudukan Al
Qur’an), kerajinan cukli, termasuk kaos Lombok. Atau produk-produk yang gampang
dibawa.
Meski begitu, ada juga kekhawatiran perajin lokal
akan kehilangan kesempatan. Kekhawatiran mereka, pengusaha-pengusaha luar yang
memproduksi dan memasok suvenir dengan brand
Lombok. Karena itu, mereka menunggu gerak pemerintah daerah. Mulai dari Dinas
Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan OPD terkait lainnya. ‘’Bagaimana
membina, menyadarkan para perajin apa langkah-langkah yang sedikit gemilang
revolusioner ke teman-teman ini. agar jangan sampai tertinggal terlalu jauh,’’ ujarnya.
Perajin menunggu arahan dari pemerintah daerah. Bagaimanapun tidak
bisa di pungkiri pengaruh pengusaha-pengusaha besar yang mendominasi secara
modal, dan teknologi. Kekhawatiran ini diharapkan pemerintah juga hadir
melakukan pendampingan untuk bersaing merebut peluang yang telah ada di depan
mata.
Persiapan perajin masih normatif. Para perajin juga banyak yang belum recovery secara total. Mental dan finansial.
Karena itu butuh sentuhan dua kali lebih kuat dari yang biasanya agar terarah
ke jalan keluar menghadapi pasar yang demikian besar. ‘’MotoGP ini ibarat
menghadapi perang besar. Tidak bisa dengan senjata-senjata sederhana
menghadapinya,’’ demikian Atta mengibaratkan peluang pasar 2021.
Kondisi serupa juga di Pasar Seni Sayang-Sayang Kota Mataram. Event
MotoGP di KEK Mandalika Lombok Tengah seolah-olah menjadi milik bagi perajin yang ada di Lombok Tengah.
Para perajin yang ada di tempat ini untuk sementara masih memajang kerajinan
khas lokal, seperti kerajinan dari batok kelapa, cukli, gelang, kalung dan
lainnya. Belum ada artshop yang memajang kerajinan untuk menyambut pagelaran
MotoGP di KEK Mandalika.
Salah seorang pengelola artshop mengaku, belum tertarik memajang
oleh-oleh khas MotoGP, karena beranggapan MotoGP tidak digelar di Kota Mataram
atau Lombok Barat. ‘’Itu kan lokasinya
di Lombok Tengah, paling-paling perajin yang ada di sana yang buat,’’ jawab
salah satu penunggu artshop yang tidak mau dikorankan namanya dengan enteng.
Sekarang ini yang ditunggu perajin, katanya, adalah tamu yang datang
berkunjung dan membelanjakan uang untuk membeli oleh-oleh di Pasar Seni
Sayang-Sayang. Apalagi, katanya, akhir bulan Desember ini merupakan waktu libur
Natal dan Tahun Baru, sehingga kunjungan wisatawan yang datang berbelanja
sangat diharapkan. (Marham)