Be Your Inspiration

Friday 27 March 2020

Pimpinan BAZNAS NTB Periode 2020-2025 Dilantik Gubernur H. Zulkieflimansyah

Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah melantik pimpinan BAZNAS NTB periode 2020-2025, Jumat (25 Maret 2020)
Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc mengambil sumpah dan melantik pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi NTB untuk masa bakti 2020-2025 di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB, Jumat 27 Maret 2020.

Lima pimpinan yang dilantik tersebut antara lain, Drs. TGH. Munajib Kholid, Dr. TGH. Muhammad Said, Abdul Hakim, H. L. Pattimura Farhan, Drs. H. Maad Umar.

Mengawali sambutannya, Gubernur menyampaikan bahwa saat ini NTB dalam situasi yang tidak biasa, karena pandemi dari virus Corona belum berakhir. Oleh karena itu tugas BAZNAS  berbeda dari sebelum-sebelumnya karena akan menjadi salah satu garda terdepan dalam berinteraksi dengan masyarakat di NTB terkait upaya pencegahan virus Corona.

Gubernur berharap dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, para pengurus mampu membesarkan BAZNAS NTB, sehingga ke depan tidak hanya mengumpulkan zakat dan sedekah tapi mampu mengembangkan BAZNAS yang sifatnya produktif.

"BAZNAS kita salah satu yang terbaik di Indonesia, kesinambungan pekerjaannya harus terus ada. Sehingga ini akan menjadi estafet yang bagus di masa yang akan datang," tuturnya.

Di akhir sambutannya, Gubernur mengucapkan selamat kepada lima orang pimpinan yang telah dilantik. Gubernur yakin bahwa BAZNAS mampu bekerja dengan maksimal. Terlebih dengan potensi dari umat Islam yang luar biasa, maka BAZNAS mampu menjadi garda terdepan untuk penanganu virus corona dan kemiskinan di NTB.

"Selamat kepada yang telah dilantik, pekerjaan ini sangat berat dan betul-betul dipertanggungjawabkan bukan hanya di masyarakat tetapi juga dihadapan Allah SWT. Mari bersinergi," tutupnya. (Marham/Humas NTB)
Share:

Antisipasi Penyebaran Corona, Pasar Tradisional di Kota Mataram Disemprot Disinfektan

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah memberikan arahan sebelum penyemprotan pasar tradisional di KOta Mataram, Jumat (27/3/2020)
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB), salah satunya dengan melakukan penyemprotan cairan disinfektan di fasilitas publik dan tempat-tempat keramaian. Jumat (27/03/2020) hari ini, pemerintah provinsi bersama Pemerintah Kota Mataram, TNI, Polri dan relawan bersinergi melakukan penyemprotan disinfektan di tiga lokasi yakni Pasar Cakranegara, Pasar Pagesangan dan Pasar Karang Jasi.

Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah yang juga hadir pada kegiatan tersebut mengatakan bahwa pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah akan lebih maksimal jika masyarakat ikut berpartisipasi dengan tetap mengikuti aturan yang ada.

"Yang paling utama adalah waspada, hati-hati, karena virus Corona itu telah berada di sekitar kita. Oleh karena itu, penyemprotan disinfektan ini sangat diperlukan," terang Gubernur.

Yang menjadi penekanan Gubernur adalah bagaimana masyarakat tidak cemas dan takut berlebihan terhadap pandemi ini. Namun, ia tetap meminta masyarakat untuk waspada dan menjalani hidup dengan penuh kebersihan.

"Jangan sampai masyarakat menjadi sakit justru karena katakutan dan kekhawatiran yang berlebihan," tuturnya.

Bang Zul, sapaan akrabnya menyampaikan apresiasi kepada seluruh petugas dan relawan yang ikut dalam kegiatan penyemprotan ini. Ia berharap masyarakat menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan.

"Kepada masyarakat agar tetap waspada, hati-hati, di sisi yang lain, kita juga harus menyadarkan masyarakat agar tidak cemas, tidak takut, dan tetap menjaga kebugaran tubuh," imbau Bang Zul.
Penyemprotan pasar tradisional di Kota Mataram, Jumat (27/3/2020)
Sementara itu Asisten I Setda Kota Mataram, Lalu Martawang mengatakan bahwa kegiatan penyemprotan dan sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat terhindar dari virus Corona. Ia meminta masyarakat untuk menaati imbauan pemerintah agar terhindar dari pandemi ini.

"Mari masyarakat, kita berjuang untuk melawan COVID-19 ini, tetap jaga jarak (phsycal distancing). Ini penting karena kita ingin kehidupan kita berlanjut," kata Lalu Martawang.

Ia berharap Kota Mataram dapat menjadi pionir dalam pencegahan wabah virus Corona ini.

Kegiatan penyemprotan ini dilaksanakan oleh 12 orang petugas inti yang dibagi menjadi tiga tim. Penyemprotan menyisir seluruh kios yang berada di pasar-pasar tersebut.

Salah seorang warga Mayura, Cakranegara, Komang Suartana mengatakan bahwa kegiatan ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencegah penyebaran virus Corona di wilayah pasar Cakranegara. Dengan begitu, perekonomian yang ada di tempat ini dapat berjalan lancar.

"Kami mengucapkan terimakasih kepada pemerintah karena telah diperhatikan seperti ini, kami berharap wabah ini segera berakhir agar perekonomian kembali normal," tutur Komang. (Humas NTB)
Share:

Langka, Penyandang Disabilitas di Lombok Buat Masker

Kalangan disabilitas di Kota Mataram membuat masker dari kain. Masker dari kain bisa menjadi solusi bagi masyarakat di tengah langkanya masker di pasaran

Di tengah kelangkaan masker di pasaran akibat mewabahnya virus corona tidak membuat penyandang disabilitas di Kota Mataram berhenti berkreasi. Di bawah bimbingan Lombok Disability Center Endris Foundation, penyandang disabilitas ini membuat masker dari kain. Bahkan, masker yang dibuat penyandang disabilitas ini sudah disalurkan secara gratis pada warga yang membutuhkan. 

Ketua Endris Foundation, Endri Susanto dalam siaran pers yang diterima, Minggu (22/3/2020), menjelaskan, pembuatan masker ini bertujuan untuk mengantisipasi peyebaran virus corona atau Covid- 19 melalui udara. ‘’Secara ekonomi kita ingin program atau project ini ditiru oleh semua penjahit di seluruh Indonesia untuk membuat masker yang dapat dikerjakan didalam ruangan atau di rumah tanpa harus berinteraksi dengan dunia luar,’’ ujarnya.

Nantinya, masker yang dibuat sendiri, dapat digunakan untuk diri sendiri, keluarga bahkan dapat menjadi penunjang peningkatan ekonomi tanpa harus berpikir takut beraktivitas di luar. Apalagi, hasil pembuatan masker dapat dijual, karena saat ini banyak masyarakat yang membutuhkan masker, sementara di satu sisi masker menjadi barang langka pascawabah virus corona yang mendunia.

Dalam membuat masker ini, ujarnya, pihaknya melibatkan penjahit-penjahit disabilitas. Selain dapat meningkatkan ekonomi mereka, juga menjadi salah satu solusi untuk membantu masyarakat dalam mempermudah mendapatkan masker. ‘’Program ini sudah kami mulai sejak awal bulan Maret 2020 lalu dengan melibatkan lima orang pejahit difabel, per satu penjahit dapat menghasilkan 50 pcs masker per harinya,’’ terangnya.

Diakuinya, hingga saat ini jumlah produksi yang sudah dihasilkan sebanyak 1.500 pcs masker dengan berbagai model dan jenis. Bahkan, sudah disalurkan secara gratis untuk pasien dan keluarga pasien dampingan Yayasan Endris. Untuk itu, pihaknya menargetkan satu miliar masker dapat diproduksi untuk membantu masyarakat. Pihaknya juga berharap pemerintah juga mengadopsi program ini dengan melibatkan semua penjahit di seluruh Indonesia, sehingga donasi atau bantuan masker dapat lebih banyak untuk masyarakat.

Dicontohkannya, saat ini ada sekitar 2 juta penjahit di Indonesia dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa lebih. Jika semua terlibat maka program ini akan menjadi salah satu solusi bagi masyarakat Indonesia dalam mengatasi ancaman wabah virus corona.

‘’Semangat kami adalah bergotong royong untuk mebuat masker untuk seluruh masyarakat Indonesia, dengan harapan program ini didengar dan diikuti oleh Presiden Republik Indonesia agar melibatkan dan menginstruksikan seluruh penjahit di Indosesia untuk terlibat langsung dalam membantu pemerintah dan masyarakat,’’ tambahnya. (Marham)
Share:

Hotel Paceklik Kunjungan, Karyawan Mulai Dirumahkan Sementara


Ketua PHRI NTB Ni Ketut Wolini
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTB mendapat tekanan yang tidak kecil atas dampak mewabahnya virus Corona ke lebih dari 185 negara di dunia. Tingkat hunian hotel terjun bebas. Aktivitas di hotel dan restoran tidak lagi kita menjumpai seperti biasa. sangat sepi, lengang. Jumlah orang yang masuk hotel bisa dihitung sejumlah jari yang ada. Pegawai hotel juga tak lagi nampak sebanyak yang biasanya.

Penyebaran virus Covid-19 turut menggemparkan Indonesia, setelah kepala negara, Presiden Joko Widodo awal Maret lalu resmi mengumumkan terdeteksi penularannya di Indonesia. Saat ini penularan virus hingga ke sejumlah provinsi di Indonesia. NTB sampai posisi pekan ketiga 2020 masih aman. Namun dampak yang dirasakan sangat dahsyat. Sektor pariwisata terpukul hebat.

Ketua PHRI Provinsi NTB, Ni Ketut Wolini nampak kehabisan materi menggambarkan situasi saat ini. Hotel, home stay, resort, di destinasi wisata maupun di dalam kota merasakan hal yang sama. Okupansi (jumlah tamu yang menginap) hotel dihitung 10-20 persen, menuju nol persen. ‘’Bulan depan bisa nol persen. kalaupun ada tamu di hotel saat ini, sisa-sisa dari pesanan sebelumnya,’’ kata Wolini ditemui di Mataram belum lama ini.

Apalagi di hotel–hotel yang ada di destinasi wisata, Senggigi Kabupaten Lombok Barat diakuinya bahkan ada di antaranya zero kunjungan. PHRI menurutnya turut mengikuti arahan pemerintah. Tidak lagi menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang banyak.

Karyawan – karyawan hotel dan restoran sebagian sudah dirumahkan. Sejauh ini, belum ada rencana sampai dilakukan pemutusan hubungan kerja. Merumahkan sebagian karyawan dilakukan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. ‘’Paling ndak, jam bekerja diatur. Mau bagaimana lagi. Tidak ada tamu yang dilayani,” kata Wolini.

Terbatasnya kegiatan di hotel tidak saja berdampak kepada pembatasan jumlah karyawan. Usaha ikutan lainnya juga terdampak. Sebut saja untuk kebutuhan makan minum tamu hotel turut turun drastis. Misalnya untuk kebutuhan sayur mayur yang selama ini dipasok oleh petani, otomatis dihentikan sementara, atau dikurangi sampai hanya sekebutuhan. “Semua jasa ikutan lainnya terdampak. Tapi kita harus legowo. Karena bukan kita saja yang mengalaminya, seantero dunia yang merasakannya,” tegas Wolini

Di tengah paceklik tamu yang berkunjung ke hotel, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi NTB ini mengatakan, tetap bertahan. Hotel tetap beroperasi semampunya. Tanpa mengurangi kewaspadaan terhadap potensi penularan virus Corona.

Pengamanan dilakukan oleh masing-masing hotel. SOP-nya jelas diatur. SOP yang berlaku di tataran pegawai hotel, maupun tamu demikian juga pelayanannya. “Masing-masing hotel punya safety sendiri-sendiri,” demikian Wolini.

Keluhan serupa juga disampaikan Ketua Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB, Ernanda Agung Dewantoro. Diakuinya, penurunan okupansi hotel terbilang cukup drastis.  Lebih parah lagi, beberapa hotel bahkan disebut menunjukkan persentase okupansi sampai dengan 0 persen. Khususnya untuk resort seperti di kawasan tiga gili (Trawangan, Air, Meno), mengikuti penutupan sementara akses masuk dari Bali. ‘’Senggigi sepertinya akan menuju ke angka tersebut,’’ ujar Ernanda.

Di sisi lain, untuk menjamin keamanan dan kenyamanan tamu yang masih tersisa, pihak hotel telah menetapkan standard operational procedure (SOP) untuk pencegahan penularan Covid-19.

Selain itu, Ernanda menyebut beberapa efisiensi juga harus dilakukan untuk menanggulangi dampak saat ini. Di mana efisiensi besar-besaran diproyeksikan tidak dapat dihindari jika krisis akibat penyebaran Covid-19 terus berlangsung. ‘’Sampai sekarang kita masih fokus bagaimana hotel bisa melewati masa sulit ini,’’ ujarnya.
Ketua Kehormatan PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra
Senada dengan itu Ketua Kehormatan PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra, menerangkan pihaknya mencatat okupansi hotel saat ini berkisar pada 10-15 persen. Persentase tersebut hampir sama untuk hotel di kota maupun resort.  Menurutnya, masalah utama saat ini adalah belum adanya kejelasan kapan penyebaran Covid-19 akan berakhir. ‘’Yang bisa tahu kondisi ini hanya ahli virus. Kita tinggal menunggu saja, semoga cepat berakhir wabah ini,’’ ujarnya, Jumat (20/3/2020).

Di sisi lain, kondisi saat ini disebutnya cukup memberatkan. Untuk itu beberapa hotel melakukan beberapa penyesuaian dengan berbagai bentuk efisiensi. ‘’Kita pasti (perlu) efisiensi sekarang, untuk mengimbangi keadaan. Pemasukan tidak ada,’’ ujarnya.  (Bulkaini/Bayu/Ekbis NTB)
Share:

Corona dan Duka Industri Pariwisata di NTB

Inilah kondisi di Gili Trawangan pascamerebaknya Corona ke seluruh Indonesia. Kondisinya tidak seperti sebelum Corona mewabah seperti sekarang ini.

Virus Corona (Covid-19) mewabah ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan di Indonesia, jumlah korban terjangkit dan meninggal akibat virus ini terus bertambah. Wabah ini telah mempengeruhi seluruh sektor khususnya ekonomi. Sektor pariwisata termasuk di NTB paling terdampak. Pelaku industri pariwisata ketar ketir. Corona telah membawa duka yang mendalam bagi sektor pariwisata.

Penyakit akibat virus Corona telah menimbulkan kekhawatiran dan bahkan mencemaskan. Beberapa negara, sudah menutup negaranya dari masuknya warga asing. Juga mencegah warganya bepergian. Hal ini berdampak pada mobilitas warga untuk bepergian atau berwisata.

Kondisi ini juga berdampak pada pariwisata di NTB. Sektor ini semakin tertekan saat Pemprov NTB memberlakukan larangan masuk bagi kapal cepat langsung dari  Bali tujuan tiga gili awal pekan kemarin. Termasuk memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk utama, seperti di Lombok International Airport (LIA), Pelabuhan Lembar, Pelabuhan Sape dan beberapa pelabuhan yang selama ini menghubungkan dengan daerah lain di Indonesia.

Kondisi ini bagi pelaku usaha di NTB, khususnya sangat berdampak. Seperti disampaikan General Manager (GM) KeRensia Villa Gili Air, Linda Widiya. Dampak virus Corona mengakibatkan bisnis pariwisata di kawasan tiga gili cukup berat pascapenetapan status siaga. Okupansi di KeRensia Villa Gili Air, per tanggal 16 Maret 2020 langsung 0 persen. Bahkan, sampai dengan 17 Maret 2020 pihaknya menerima pembatalan dari tamu yang sudah membuat reservasi sebelumnya.

Kerugian juga dialami karena banyak tamu membatalkan pesanan untuk periode Hari Raya Nyepi. Di mana periode tersebut, okupansi hotel biasanya naik dengan paket menginap untuk 4 hari. Menurut Linda, Gili Air adalah salah satu destinasi favorit bagi wisatawan saat libur Nyepi, khususnya untuk wisatawan dari Bali.

‘’Walaupun sudah kami info kalau gili masih buka, akan tetapi mereka tetap membatalkan reservasinya. Mereka lebih percaya pada pemberitaan media luar yang notabene media dari negara mereka sendiri,’’ ujar Linda. 

Penyebaran Covid-19 disebut memang berdampak besar. Dicontohkannya seperti kerugian senilai Rp114 juta yang dialaminya khusus untuk periode Maret lalu. Di sisi lain, efisiensi juga dilakukan pihaknya. Salah satunya dengan merumahkan karyawan yang akan dipanggil bekerja kembali jika kondisi telah membaik.

Menyikapi kondisi ini, pengusaha di Gili Trawangan saat bertemu Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., MSc., Rabu (19/3/2020) mengharapkan ada solusi terbaik bagi pengusaha di Gili Trawangan akibat Corona ini. Samsudin, salah satu pengusaha di Gili Trawangan  mengatakan isu Corona sangat sensitif terhadap kehidupan manusia dan bisnis pariwisata. Kebijakan menutup akses masuk bagi kapal cepat Bali - Gili sebagai antisipasi penyebaran pandemi Corona dianggap tidak berpihak. Sebab hanya gili saja yang ditutup, sedangkan jalur masuk melalui Bandara Internasional Lombok dan Pelabuhan Lembar masih terbuka.

Pihaknya juga mengharapkan adanya kebijakan keuangan menyangkut beban perusahaan. Misalkan, biaya beban BPJS bulanan yang tetap dibayar perusahaan meski di sisi lain perusahaan telah merumahkan sementara para karyawan. ‘’BPJS tetap bayar karena invoice dari mereka. Angkanya juga lumayan besar,’’ imbuhnya.

Keluhan senada juga disampaikan Ketua Gili Hotel Association (GHA), Lalu Kusnawan. Menurutnya, banyak beban yang harus ditanggung para pengusaha pada kondisi sekarang ini. Ia menyebut, perhotelan di gili harus mengeluarkan biaya bulanan (biaya tetap dan biaya overhead) di kisaran Rp250 juta sampai Rp400 juta. Padahal pada saat yang sama, perhotelan tidak memiliki omzet.

GM Hotel Wilson's Retreat Gili Trawangan ini menyebut, mulai bulan ini perhotelan harus memutar otak membiayai operasional. Apabila manajemen tak memiliki saving, maka ia pastikan hotel harus membayar melalui beban utang.

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah saat bertemu dengan pengusaha wisata di Gili Trawangan, Rabu (19/3/2020).
Hingga Minggu (22/3/2020) Lalu Kusnawan, mengungkapkan kondisi gili masih sepi dibandingkan situasi normal. Pasca-penutupan akses Bali - Gili (fast boat direct), wisatawan memilih keluar lantaran mispersepsi seolah gili akan ditutup total. Hanya ada beberapa wisatawan yang masih bertahan, dan mereka umumnya memilih tinggal (long stay) di gili karena tempat ini dinilai aman dari virus Corona. ‘’Sudah mulai masuk, di bawah 50 yang datang per hari. Perkiraan total wisatawan di tiga gili sekitar 200 orang,’’ sebutnya.

Dengan jumlah wisatawan ini, sudah barang tentu rasionya sangat minim dibandingkan ketersediaan hotel dan jumlah kamar. Di Gili Trawangan saja, jumlah tempat usaha (hotel dan restoran) di angka lebih dari 600 unit.

Di Hotel Wilson yang dikelolanya, Kus menyebut terdapat 3 kamar yang masih dihuni. Ketiganya didiami oleh wisatawan asing yang memilih long stay guess. Mereka sudah 1 pekan berada di Wilson dan belum berniat meninggalkan Lombok.

GM Hotel Wilson Retreat ini berharap, adanya persepsi yang sama dari seluruh elemen terkait gili. Bahwa gili boleh dimasuki oleh wisatawan asing dan domestik selama mereka lolos screening di pintu masuk dan keluar di dua tempat, yakni Pelabuhan Lembar dan Bandara Internasional Lombok.
GHA secara organisasi maupun GM hotel secara parsial, tetap mengkampanyekan gili. Gili sudah dipromosikan melalui sosial media, maupun dukungan awak media massa yang ada di NTB. ‘’Sejauh ini ada (wisman) yang tanya dan kami sudah jelaskan. Travel dan mereka kita yakinkan kalau bandara dan Pelabuhan Lembar tetap dibuka,’’ pungkasnya.

Terpisah, Kepala Disbudpar KLU, Vidi Ekakusuma melalui Kasi Pemasaran dan Analisa Pasar Wisata, Alwi Agusto, S.Si. M.Pd., mengatakan sejauh ini belum dapat memastikan jumlah persis wisatawan yang masih mendiami gili. Namun dari upaya pemantauan yang sudah dilakukan, tanggal 17 dan 18 Maret 2020 lalu sudah ada wisatawan yang masuk gili.

Pada tanggal 17 Maret 2020, tercatat 72 wisatawan meninggalkan gili dan 25 orang masuk ke gili. Sedangkan tanggal 18, yang keluar 27 orang dan masuk 21 orang.  ‘’Sebelum itu, tanggal 16 itu sebanyak 2.330 wisatawan meninggalkan gili namun datang sebanyak 828 orang. Sehingga praktis pada  tanggal 16 itu, masih ada sekitar 837 wisatawan di gili. Jumlah ini berangsur-angsur menurun seiring dengan masih belum pahamnya wisatawan dengan kondisi bahwa gili boleh dimasuki,’’ tandasnya.

Menanggapi itu, Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah, meyakinkan para pengusaha untuk tetap menatap masa depan pariwisata secara optimis. Ia berjanji akan memantau perkembangan setiap hari dengan disertai kebijakan yang terkini sesuai kondisi. ‘’Saya jujur saja, tidak ada yang ditutupi. Gili bagian dari komunitas yang lebih besar. Kadang ada krisis, ada masalah baru ada perubahan yang baik,’’ ujarnya.

Gubernur tidak secara spesifik menjawab usulan para pengusaha terkait sejumlah relaksasi. Namun ia juga tidak tinggal diam. Persoalan-persoalan tersebut akan dikomunikasikan dengan pemerintah pusat maupun lembaga terkait yang berwenang.

Pemda terus mengantisipasi dan mewaspadai penyebaran virus Corona ke NTB. Ia menjelaskan dampak virus Corona ini bukan hanya dirasakan di tiga gili, tetapi juga seluruh dunia. Bahkan, kata gubernur, hampir semua negara Eropa mengalami hal yang sama.

Ia kembali menjelaskan dibatasinya wisatawan yang datang menggunakan kapal cepat dari Bali langsung menuju tiga gili, karena ketidakmampuan mengontrol secara efektif semuanya. Kebijakan ini, kata Dr. Zul tentu akan berdampak dari sisi ekonomi.

Tetapi yang penting, Pemda memproteksi masyarakat NTB secara keseluruhan. Karena virus Corona ini menyebar sangat cepat. Apabila wisatawan yang berkunjung ke NTB khususnya ke tiga gili datang lewat bandara, maka akan mudah diidentifikasi. 

‘’Oleh karena itu, ketimbang kita menyesali kemudian. Minimal akses ini (Bali - Tiga Gili) ditutup sementara. Tapi bukan berarti gilinya tertutup atau lockdown. Aksesnya kita pusatkan melalui bandara dan Pelabuhan Bangsal,’’ terangnya. (Bayu/Johari/Nasir/Ekbis NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive