Be Your Inspiration

Tuesday, 17 April 2018

Kerajinan Miniatur Tripleks Khas Lombok

Kerajinan dari tripleks, made in Lombok

Kreativitas manusia memang tidak ada batasnya, ide bisa bermunculan darimana saja. Siapa yang menyangka, bahan tripleks yang selama ini digunakan untuk pembuatan perabotan dan konstruksi rumah bisa diubah menjadi suatu kerajinan bernilai seni tinggi. Hal inilah yang dilakukan oleh Lalu Taufan Sanjaya Putra yang sejak 4 tahun belakangan ini mulai membuat kerajinan miniatur dan mainan dari tripleks. Usaha yang bermula dari iseng-iseng semata ini tidak disangka memiliki banyak peminat, karena keunikan bentuknya.

“Awalnya memang dari hobi, di mana mulanya saya hanya mencoba membuat miniatur mobil-mobilan dan pesawat. Itu murni untuk koleksi pribadi, bukan untuk dijual,” terang pria 34 tahun ini saat ditemui di galeri kerjanya yang sederhana di Lingkungan Karang Kelok, Monjok Barat, Mataram, Rabu (11/4/2018).

Kemudian ia tertarik membuat bobor senapan angin yang saat itu sedang hits di tengah masyarakat. Ternyata banyak yang merespon positif akan mainan bobor senapan angin buatannya, sehingga pesanan pun mulai berdatangan.

Tetapi seiring berjalannya waktu, Taufan menceritakan bahwa tren bobor senapan angin mulai kurang diminati masyarakat sehingga dirinya pun sempat vakum membuat. Dirinya pun kembali memutar otak untuk membuat kreasi lainnya dari tripleks yang sekiranya bisa diminati oleh orang. “Baru saya buat yang mainan seperti mobil-mobilan, pesawat dan kerangka dinosaurus yang mulanya untuk koleksi pribadi. Mulanya buat satu, tapi karena ketagihan jadinya buat banyak, eh ternyata banyak yang mau,” pungkas pria yang sebelumnya bergelut di dunia travel ini. Dari situlah usaha kerajinan tripleksnya dimulai sampai sekarang.

Bahan baku yang digunakan Taufan merupakan tripleks biasa ukuran 6 mm yang membutuhkan 2 kali proses plitur. Tripleks dilapisi dengan pernis plitur yang kemudian dijemur kering baru kemudian dipernis lagi dan tripleks siap dipotong. “Waktunya bisa sampai 1 minggu untuk persiapannya,” ungkapnya. Baru kemudian tripleks digambar sesuai bentuk yang diinginkan lalu dipotong sesuai ukurannya.
 L. Taufan Sanjaya Putra dengan kerajinan hasil karyanya berbahan baku tripleks.
Kerangka desain biasanya terdiri dari beberapa potongan tripleks yang disatukan menggunakan paku. Dulunya tripleks disatukan menggunakan lem, tetapi karena biaya yang dikeluarkan tinggi serta hasilnya yang tidak rapi, ia beralih menggunakan paku sehingga gampang saat dipotong.

Setelah dipotong, rangkaian triplekss tersebut dilem dan diamplas baru kemudian dirakit yang semua proses ini membutuhkan waktu 3 hari lamanya. Selembar triples, kata Taufan, bisa menjadi 8 buah kerangka dinosaurus ukuran kecil atau 4 buah ukuran besar. Saat ditanyakan miniatur yang proses pembuatannya paling sulit, ia mengatakan pembuatan mobil dan motorlah yang paling sulit. “Kalau buat dinosaurus pas pemotongan kalau salah potong tidak masalah, tapi kalau motor dan mobil ini tidak boleh salah potong, lurus ya lurus, kelihatan kalau dipotong bengkok,” jelasnya. Ia mengakui proses pembuatan kerajinan tripleks ini masih dilakukan secara manual, sehingga produksinya juga masih terbatas.

Dalam seminggu, Taufan bisa memproduksi 4 mainan berukuran kecil atau 2-3 mainan berukuran besar. “Kadang kita porsir tenaga sampai malam untuk ngerjainnya,” ujarnya. Harga yang dibanderolnya untuk karyanya ini terjangkau bagi semua kalangan, mulai dari Rp 35 ribu saja. Karena harganya yang terjangkau ini, tidak heran banyak pembeli yang tertarik untuk membeli bahkan sampai mengoleksi semua model kerajinannya. Ia menceritakan ada seorang pelanggan setianya memiliki hampir semua model miniatur yang dibuatnya, karena banyak pelanggan yang menilai harganya yang murah dan desainnya unik.

Taufan masih mengandalkan pemasaran melalui mulut ke mulut serta memajang produknya di sebuah lapak sederhana persis di samping kantor Bawaslu Provinsi. “Kalau untuk pasarin lewat internet belum saya lakukan, karena lebih efektif lewat mulut ke mulut. Selain itu juga lurah saya sering bantu promo juga untuk dibawa pameran,” imbuhnya.

Meski produksinya masih terbatas, ia mengaku pesanan juga datang dari dunia pariwisata seperti hotel ataupun perkantoran dengan model sesuai keinginan mereka. Sekarang ini, ia sedang berupaya untuk membuat miniatur ikon Lombok seperti peresean yang masih dalam tahap ujicoba. “Sudah saya buat, tetapi jatuhnya seperti tentara Romawi, sehingga masih butuh banyak proses,” kata Taufan. Ia menginginkan ke depannya miniatur itu bisa menjadi oleh-oleh khas Lombok yang diminati oleh para wisatawan. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive