Kerajinan dari tripleks, made in Lombok |
Kreativitas manusia memang tidak ada batasnya, ide bisa bermunculan
darimana saja. Siapa yang menyangka, bahan tripleks yang selama ini digunakan
untuk pembuatan perabotan dan konstruksi rumah bisa diubah menjadi suatu
kerajinan bernilai seni tinggi. Hal inilah yang dilakukan oleh Lalu Taufan
Sanjaya Putra yang sejak 4 tahun belakangan ini mulai membuat kerajinan miniatur
dan mainan dari tripleks. Usaha yang bermula dari iseng-iseng semata ini tidak
disangka memiliki banyak peminat, karena keunikan bentuknya.
“Awalnya memang dari hobi, di mana mulanya saya hanya
mencoba membuat miniatur mobil-mobilan dan pesawat. Itu murni untuk koleksi
pribadi, bukan untuk dijual,” terang pria 34 tahun ini saat ditemui di galeri
kerjanya yang sederhana di Lingkungan Karang Kelok, Monjok Barat, Mataram, Rabu (11/4/2018).
Kemudian ia tertarik membuat bobor senapan angin yang
saat itu sedang hits di tengah masyarakat. Ternyata banyak yang merespon
positif akan mainan bobor senapan angin buatannya, sehingga pesanan pun mulai
berdatangan.
Tetapi seiring berjalannya waktu, Taufan menceritakan
bahwa tren bobor senapan angin mulai kurang diminati masyarakat sehingga
dirinya pun sempat vakum membuat. Dirinya pun kembali memutar otak untuk
membuat kreasi lainnya dari tripleks yang sekiranya bisa diminati oleh orang.
“Baru saya buat yang mainan seperti mobil-mobilan, pesawat dan kerangka
dinosaurus yang mulanya untuk koleksi pribadi. Mulanya buat satu, tapi karena
ketagihan jadinya buat banyak, eh ternyata banyak yang mau,” pungkas pria yang
sebelumnya bergelut di dunia travel ini. Dari situlah usaha kerajinan tripleksnya
dimulai sampai sekarang.
Bahan baku yang digunakan Taufan merupakan tripleks
biasa ukuran 6 mm yang membutuhkan 2 kali proses plitur. Tripleks dilapisi
dengan pernis plitur yang kemudian dijemur kering baru kemudian dipernis lagi
dan tripleks siap dipotong. “Waktunya bisa sampai 1 minggu untuk persiapannya,”
ungkapnya. Baru kemudian tripleks digambar sesuai bentuk yang diinginkan lalu
dipotong sesuai ukurannya.
L. Taufan Sanjaya Putra dengan kerajinan hasil karyanya berbahan baku tripleks. |
Kerangka desain biasanya terdiri dari beberapa
potongan tripleks yang disatukan menggunakan paku. Dulunya tripleks disatukan
menggunakan lem, tetapi karena biaya yang dikeluarkan tinggi serta hasilnya
yang tidak rapi, ia beralih menggunakan paku sehingga gampang saat dipotong.
Setelah dipotong, rangkaian triplekss tersebut dilem
dan diamplas baru kemudian dirakit yang semua proses ini membutuhkan waktu 3
hari lamanya. Selembar triples, kata Taufan, bisa menjadi 8 buah kerangka
dinosaurus ukuran kecil atau 4 buah ukuran besar. Saat ditanyakan miniatur yang
proses pembuatannya paling sulit, ia mengatakan pembuatan mobil dan motorlah
yang paling sulit. “Kalau buat dinosaurus pas pemotongan kalau salah potong
tidak masalah, tapi kalau motor dan mobil ini tidak boleh salah potong, lurus
ya lurus, kelihatan kalau dipotong bengkok,” jelasnya. Ia mengakui proses
pembuatan kerajinan tripleks ini masih dilakukan secara manual, sehingga produksinya juga
masih terbatas.
Dalam seminggu, Taufan bisa memproduksi 4 mainan
berukuran kecil atau 2-3 mainan berukuran besar. “Kadang kita porsir tenaga sampai malam
untuk ngerjainnya,” ujarnya. Harga yang dibanderolnya untuk karyanya ini
terjangkau bagi semua kalangan, mulai dari Rp 35 ribu saja. Karena harganya
yang terjangkau ini, tidak heran banyak pembeli yang tertarik untuk membeli
bahkan sampai mengoleksi semua model kerajinannya. Ia menceritakan ada seorang
pelanggan setianya memiliki hampir semua model miniatur yang dibuatnya, karena banyak pelanggan yang
menilai harganya yang murah dan desainnya unik.
Taufan masih mengandalkan pemasaran melalui mulut ke
mulut serta memajang produknya di sebuah lapak sederhana persis di samping
kantor Bawaslu Provinsi. “Kalau untuk pasarin lewat internet belum saya
lakukan, karena lebih efektif lewat mulut ke mulut. Selain itu juga lurah saya
sering bantu promo juga untuk dibawa pameran,” imbuhnya.
Meski produksinya masih terbatas, ia mengaku pesanan
juga datang dari dunia pariwisata seperti hotel ataupun perkantoran dengan model
sesuai keinginan mereka. Sekarang ini, ia sedang berupaya
untuk membuat miniatur ikon Lombok seperti peresean yang masih dalam tahap
ujicoba. “Sudah saya buat, tetapi jatuhnya seperti tentara Romawi, sehingga masih butuh banyak
proses,” kata Taufan. Ia menginginkan ke depannya miniatur itu bisa menjadi
oleh-oleh khas Lombok yang diminati oleh para wisatawan. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment