Ketua PHRI NTB Ni Ketut Wolini |
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTB
mendapat tekanan yang tidak kecil atas dampak mewabahnya virus Corona ke lebih
dari 185 negara di dunia. Tingkat hunian hotel terjun bebas. Aktivitas di hotel
dan restoran tidak lagi kita menjumpai seperti biasa. sangat sepi, lengang.
Jumlah orang yang masuk hotel bisa dihitung sejumlah jari yang ada. Pegawai
hotel juga tak lagi nampak sebanyak yang biasanya.
Penyebaran virus Covid-19 turut menggemparkan Indonesia,
setelah kepala negara, Presiden Joko Widodo awal Maret lalu resmi mengumumkan
terdeteksi penularannya di Indonesia. Saat ini penularan virus hingga ke
sejumlah provinsi di Indonesia. NTB sampai posisi pekan ketiga 2020 masih aman.
Namun dampak yang dirasakan sangat dahsyat. Sektor pariwisata terpukul hebat.
Ketua PHRI Provinsi NTB, Ni Ketut Wolini nampak kehabisan
materi menggambarkan situasi saat ini. Hotel, home stay, resort, di destinasi
wisata maupun di dalam kota merasakan hal yang sama. Okupansi (jumlah tamu yang
menginap) hotel dihitung 10-20 persen, menuju nol persen. ‘’Bulan depan bisa
nol persen. kalaupun ada tamu di hotel saat ini, sisa-sisa dari pesanan
sebelumnya,’’ kata Wolini ditemui di Mataram belum lama ini.
Apalagi di hotel–hotel yang ada di destinasi wisata,
Senggigi Kabupaten Lombok Barat diakuinya bahkan ada di antaranya zero
kunjungan. PHRI menurutnya turut mengikuti arahan pemerintah. Tidak lagi
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang banyak.
Karyawan – karyawan hotel dan restoran sebagian sudah
dirumahkan. Sejauh ini, belum ada rencana sampai dilakukan pemutusan hubungan
kerja. Merumahkan sebagian karyawan dilakukan sampai batas waktu yang tidak
ditentukan. ‘’Paling ndak, jam bekerja diatur. Mau bagaimana lagi. Tidak ada
tamu yang dilayani,” kata Wolini.
Terbatasnya kegiatan di hotel tidak saja berdampak kepada
pembatasan jumlah karyawan. Usaha ikutan lainnya juga terdampak. Sebut saja
untuk kebutuhan makan minum tamu hotel turut turun drastis. Misalnya untuk
kebutuhan sayur mayur yang selama ini dipasok oleh petani, otomatis dihentikan
sementara, atau dikurangi sampai hanya sekebutuhan. “Semua jasa ikutan lainnya
terdampak. Tapi kita harus legowo. Karena bukan kita saja yang mengalaminya,
seantero dunia yang merasakannya,” tegas Wolini
Di tengah paceklik tamu yang berkunjung ke hotel, Ketua
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi NTB ini mengatakan, tetap
bertahan. Hotel tetap beroperasi semampunya. Tanpa mengurangi kewaspadaan
terhadap potensi penularan virus Corona.
Pengamanan dilakukan oleh masing-masing hotel. SOP-nya jelas
diatur. SOP yang berlaku di tataran pegawai hotel, maupun tamu demikian juga
pelayanannya. “Masing-masing hotel punya safety
sendiri-sendiri,” demikian Wolini.
Keluhan serupa juga disampaikan Ketua Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB, Ernanda
Agung Dewantoro. Diakuinya, penurunan okupansi hotel terbilang cukup
drastis. Lebih parah lagi, beberapa
hotel bahkan disebut menunjukkan persentase okupansi sampai dengan 0 persen.
Khususnya untuk resort seperti di kawasan tiga gili (Trawangan, Air, Meno),
mengikuti penutupan sementara akses masuk dari Bali. ‘’Senggigi sepertinya akan
menuju ke angka tersebut,’’ ujar Ernanda.
Di sisi lain, untuk menjamin keamanan dan kenyamanan tamu
yang masih tersisa, pihak hotel telah menetapkan standard operational procedure (SOP) untuk pencegahan penularan
Covid-19.
Selain itu, Ernanda menyebut beberapa efisiensi juga harus
dilakukan untuk menanggulangi dampak saat ini. Di mana efisiensi besar-besaran
diproyeksikan tidak dapat dihindari jika krisis akibat penyebaran Covid-19
terus berlangsung. ‘’Sampai sekarang kita masih fokus bagaimana hotel bisa
melewati masa sulit ini,’’ ujarnya.
Ketua Kehormatan PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra |
Senada dengan itu Ketua Kehormatan PHRI NTB, I Gusti Lanang
Patra, menerangkan pihaknya mencatat okupansi hotel saat ini berkisar pada
10-15 persen. Persentase tersebut hampir sama untuk hotel di kota maupun
resort. Menurutnya, masalah utama saat
ini adalah belum adanya kejelasan kapan penyebaran Covid-19 akan berakhir.
‘’Yang bisa tahu kondisi ini hanya ahli virus. Kita tinggal menunggu saja,
semoga cepat berakhir wabah ini,’’ ujarnya, Jumat (20/3/2020).
Di sisi lain, kondisi saat ini disebutnya cukup memberatkan.
Untuk itu beberapa hotel melakukan beberapa penyesuaian dengan berbagai bentuk
efisiensi. ‘’Kita pasti (perlu) efisiensi sekarang, untuk mengimbangi keadaan.
Pemasukan tidak ada,’’ ujarnya. (Bulkaini/Bayu/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment