Gapura menuju Gunung Tunak Lombok Tengah |
‘’Kita parkik kendaraan di dekat menara mercusuar, kalau mau
mengexplore seluruh pantai di sini saya rasa sehari saja tidak cukup, sebab
kita harus berjalan kaki dan jaraknya dari satu pantai dengan pantai lainnya
cukup jauh. Kita harus masuk menyusuri hutan – hutan,” jelas Pengendali
Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alama (PEH BKSDA) NTB, L. Gede
Gangga Widarma , sebelum memandu penjelajah untuk menyusuri beberapa pantai di tempat
itu.
Adapun sembilan pantai yang dimaksudkan itu meliputi, Pantai
Sari Goang, Pantai Sari, Bile Sayak, Terasak, Pantek, Teluk Ujung, Penanteng
Aiq dan Pantai Udal. Sementara, pantai yang paling sering dikunjungi oleh para
wisatawan yakni Pantai Sari dan Sari Goang. Pantai tersebut memiliki keunikan
tersendiri yakni terdapat batu berlubang persis seperti gapura diatas air laut.
‘’Pantai yang paling terkenal disini adalah Sari Goang, dan
Pantai Sari. Selain keindahannya, saat menuju tempat itu kita melintasi padang
safana. Para wisatawan kerap diminta untuk diantar ke sana,’’ ujarnya.
Tanpa dipungkiri, seluruh titik wisata itu memang benar –
benar mengundang decak kagum setiap wisatawan yang datang. Beberapa wisatawan
mengakui tempat itu merupakan salah satu kawasan terindah yang pernah ditemui di Pulau
Lombok.
‘’Pantai ini (Sari Goang) merupakan perbatasan antara Lombok
Tengah dan Lombok Timur. Di sebelah sana itu Pantai Surga dan Pantai Ekas,’’
ujarnya sembari menunjuk ke arah tebing – tebing. Selain ditemukan sembilan pantai, sebetulnya di dalam kawasan
tersebut juga terdapat 127 nama titik lokasi. Hanya saja, yang telah berhasil
diidentifikasi oleh BKSDA sejak lima tahun yang lalu baru hanya mencapai 40
titik nama lokasi. Ia berharap, sisa
nama lokasi di dalam kawasan tersebut segera selesai diidentifikasi agar
dapat dikenal oleh para wisatawan.
‘’Sebenarnya disini terdapat sampai 127 nama lokasi, namun
yang sudah teridentifikasi baru hanya 40 nama. Kita berencana untuk melanjutkan
identifikasi itu, namun kesulitan kita terletak pada minimnya jejak sejarah
yang ditemukan,’’ bebernya.
Tempat
Berkembangbiak Penyu Laut
Salah satu pantai dengan pasir putih dan lembut di tempat itu
merupakan tempat berkembangbiaknya penyu – penyu laut. Pantai tersebut yakni Pantai
Bile Sayak. Letaknya sangat dekat dengan kawasan Blok Pemanfaatan. “Kawasan ini menjadi titik lokasi perkembangbiakan penyu
laut. Biasanya penyu – penyu itu naik bertelur di pantai ini. Momentnya yakni
saat bulan purnama,” tuturnya.
Wisatawan yang ingin menyaksikan proses perkembang biakan itu
harus menginap dan tidak cukup hanya satu malam. Penyu laut katanya sangat
sensitif dengan cahaya. Terkecuali cahaya rembulan yang sedang bersinar saat
purnama.
‘’Kalau ada wisatawan yang mau menyaksikan secara langsung,
mereka harus mendirikan camp di sini. Pengamatan bisa disaksikan dengan catatan
tidak boleh menyalakan cahaya, sebab penyu sangat sensitif dengan cahaya,’’
jelasnya.
Selain itu, pantai dengan ombak yang relatif besar itu juga
kerap dimanfaatkan sebagai lokasi berselancar (surving). ‘’Beberapa hari yang lalu pernah ada wisatawan asing yang
datang bermain selancar. Mereka menilai bahwa tempat ini sangat cocok untuk
menjadi tempat surving karena ombaknya sangat mendukung,’’ ujar Gangga Widarma.
Terdapat Situs
Bersejarah
Tidak jauh dari puncak bukit yang menjadi tempat berdirinya
menara mercusuar dan Pantai Bile Sayak, terdapat situs bersejarah berupa petilasan salah satu leluhur masyarakat
setempat. Petilasan itu dinyatakan
sebagai lokasi menghilangnya salah seorang tokoh agama yang dituakan oleh
masyarakat di Lombok bagian selatan. Bahkan, setiap tahun, warga setempat kerap
melakukan ziarah makam ketempat yang disakralkan itu. ‘’Setiap sekali setahun, masyarakat sekitar sini wajib
melakukan ziarah makam ke lokasi petilasan.
Didekat menara mercusuar itu terdapat satu nisan yang bertuliskan huruf jejawan (aksara Sasak dengan bahasa Kawi),’’
ujarnya.
Selain masyarakat dari kawasan setempat, tidak jarang para
khafilah yang datang dari tanah Jawa berziarah ke tempat itu. Petilasan yang ditandai dengan adanya
batu nisan yang diperkirakan ratusan tahun itu masih dijaga oleh masyarakat
setempat hingga saat ini.
‘’Batu nisan itu terletak di Gunung Raden, dan tidak sembarang orang diperbolehkan masuk ke sana. Kalaupun boleh, itu harus menggunakan pakaian adat khas Sasak serta dipandu dengan pemangku,’’ jelasnya. (Teks dan foto : Sahmat Darmi)
6 komentar:
Memang TWA gunung tunak tidak ada duanya, tapi sayang banyaknya portal dan pemungutan biaya parkir ilegal yang di lakukan oleh para warga sekitar, harusnya di tertibkan..
Salam wisata
Lombok Hafala Tour
www.lombokhafala.com
Pemerintah harus segera turun tangan. Jangan hanya diam saja
Pemerintah kab. loteng harus lebih tegas dan lebih aktif dalam mengamankan daerah wisata untuk keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung
Pemerintah kab. loteng harus lebih tegas dan lebih aktif dalam mengamankan daerah wisata untuk keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung
Sekarang sudah tidak ada lagi pak, saya salah satu penguruS Forum pengembang ekowisata tunak disana sekarang sedang mengembang kan berbagai paket wisata salah satunya soft trekking dan Camping di Sari goang, kalau bapak berminat bisa hubungi saya di 085 237 280 747 (zohri )
More informasi about TWA Tunak silahkan visit http://twatunak.blogspot.co.id
Post a Comment