Be Your Inspiration

Tuesday, 19 September 2017

Tirai Bambu dan Lantai Bambu Produksi Narmada Lombok Barat yang Mendunia


BAMBU memang dikenal sebagai salah satu tanaman yang banyak dimanfatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan. Seperti kerajinan tirai atau kere (bahasa Sasak) dan lantai bambu yang banyak digunakan untuk interior rumah atau kebutuhan pariwisata.

Tirai dan lantai dari bambu ini banyak ditemui dibuat di Dusun Merce Barat, Desa Narmada, Narmada Lombok Barat. Di daerah ini, kita akan melihat banyak lantai di pinggir jalan sedang dijemur warga.

Tikar Bambu Narmada Lombok Barat

Menurut salah satu pembuat tirai atau kere dalam bahasa Sasak, Inaq Rapiah, pembuatan tirai dan lantai sudah dilakukan masyarakat di sana sejak zaman dahulu. “Kalau saya mulai buat sejak tahun 1992 karena sudah turunan dari zaman nenek moyang,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu di rumahnya. Tirai bambu banyak digunakan sebagai penutup agar tidak terkena sinar matahari.

Ia biasanya dibantu anaknya dalam membantu tirai bambu. Inaq Rapiah mengatakan untuk membuat 1 buah tirai membutuhkan ratusan bilah bambu yang sudah dipotong. “Biasanya kita beli 300 bilah bambu seharga Rp 50 ribu,” ujarnya.

Ia menggunakan peralatan sederhana dalam membuat tirai itu. “Untuk ukurannya, kita punya modelnya nanti panjang tirainya disesuaikan sesuai pesanan,” tukasnya. Tirai bambu ini bisa bertahan bertahun-tahun tergantung penempatannya.

Inaq Rapiah menambahkan ukuran tirai bambu yang banyak dipesan berukuran 2x2 meter. “Tetapi ada banyak ukuran lain tergantung keinginan si pemesan,” katanya. Dalam sehari, ia bisa membuat sampai 3 buah tirai tergantung ketekunan si pembuat. “Kalau butuh uang cepat, biasanya banyak kita buat,” ujarnya.

Tirai buatannya biasanya dijual langsung ke pengepul yang ada di dusunnya. “1 buah tirai kita dapat Rp 10 ribu” jelasnya.
Tikar lantai dan tirai bambu khas Lombok Barat

Dirinya mengaku tidak membuat lantai, karena prosesnya lebih sulit dibandingkan dengan membuat tirai. “Lantai itu butuh proses yang lama, jadinya lebih banyak yang laki-laki buatnya,” katanya.

Sedangkan Hj. Laela, pengepul tirai dan lantai di dusun yang sama mengaku tirai dan lantai bambu ini masih tetap diminati masyarakat walaupun sekarang sudah banyak produk sejenis dengan bahan yang bervarian.

“Kalau di sini, lantai bambu masih banyak digunakan untuk kebutuhan orang-orang begawe,” terangnya.

Untuk itu, selain menjual lantai dan tirai bambu, dirinya juga menyewakan lantai bagi yang membutuhkan. “Lantai bisa disewa dengan harga Rp 6 ribu/buah selama 3 hari,” tukas Hj Laela.

Si penyewa juga wajib mencuci kembali lantai yang disewa agar kebersihannya tetap terjaga. Penyewa lantai bambu ini berasal dari Narmada dan Lombok Tengah.

Untuk harga jual lantai bambu, dirinya mematok harga Rp 125 ribu untuk ukuran 1,5x2 meter dan Rp 250 ribu dengan ukuran sama untuk lantai rotan. Tirai bambu dihargai Rp 80 ribu dengan ukuran 2x2 meter dan Rp 40 ribu untuk ukuran 1,5x2 meter. (Uul Efriyanti Prayoba Ekbis NTB)

Share:

Dried Fruit Khas Lombok Tembus Pasar Amerika dan Eropa

Dried Fruit khas Lombok yang merambah pasar Amerika dan Eropa

KERAJINAN buah kering atau dried fruit di Lombok belum banyak dikenal masyarakat awam. Mereka lebih cenderung mengetahui kegunaan buah untuk konsumsi bukan sebagai bahan baku kerajinan. Tetapi di tangan Ir. M. Ari Aditya, MM., buah-buah yang banyak dipandang sebelah mata diubah menjadi kerajinan buah kering bernilai ekonomi tinggi.

Ari – sapaan akrabnya mulai membuat kerajinan ini sejak tahun 2008 silam. “Kebetulan saya dulu pernah bekerja di perusahaan milik asing yang membuat produk dried fruit ini, kemudian saya mencoba membuat sendiri,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dried fruit ini, tambahnya, biasa digunakan oleh para flowerist dalam membuat buket bunga yang menambah keunikan tampilannya. “Selain itu, biasanya digunakan untuk mempercantik interior ruangan karena sifatnya yang tahan lama,” ujarnya.

Untuk membuat kerajinan buah kering ini, Ari menggunakan bahan-bahan lokal yang banyak ditemukan di daerah ini. “Kami membuat dried fruit ini dari buah lontar, buah aren, dan lainnya yang kemudian dikeringkan secara tradisional,” terangnya.

Buah-buah ini dikeringkan selama 1-3 minggu dengan bantuan sinar matahari sampai benar-benar kering. “Prosesnya hanya begitu tanpa ditambahkan bahan apapun,” ujarnya.

Setelah dikeringkan, barulah kemudian buah-buah tersebut dirangkai menjadi berbagai bentuk yang diinginkan. “Untuk tangkainya, kami menggunakan ketak yang di sini juga banyak tersedia,” kata Ari.
Dried fruit khas Lombok yang dipasarkan ke Eropa dan Amerika

Proses dried fruit sampai ke tangan konsumen membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyak proses yang mesti dilalui. “Jadi pembeli yang memesan membutuhkan sampai 1 bulan untuk mengambil pesanannya,” jelas pria yang juga memiliki usaha travel ini.

Jadi tidak heran, harga per tangkai untuk kerajinan buah kering ini mencapai Rp 50 ribuan/buah. “Bengkel produksi kami adanya di Petebon, Karang Rundun, Bertais tetapi beberapa waktu ini belum berproduksi lagi,” kata Ari.

Buah kering ini banyak digunakan oleh pelaku pariwisata seperti hotel untuk mempercantik ruangan. “Dried fruit ini bisa disewa, seperti Hotel Santika yang pernah bekerja sama dengan kami,” ujarnya. Untuk itu, dirinya selalu mengeluarkan desain baru setiap beberapa bulan agar pembeli bisa bebas memilih.

Pasaran produk buah kering buatan Ari ini diminati sampai pasar luar negeri seperti ke Amerika dan Eropa. “Kalau untuk pasaran lokal, belum banyak yang tertarik karena peruntukannya yang terbatas untuk interior saja,” terangnya. Walaupun pariwisata di NTB yang sedang menggeliat, tidak membuat pesanan dari pembeli lokal meningkat. “Karena untuk hotel atau villa juga tergantung dari tema yang mereka pakai, serta mereka lebih cenderung menggunakan produk dari luar karena harganya yang lebih murah,” jelasnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

Monday, 11 September 2017

FESTIVAL MOYO, BANGKITKAN BUDAYA dan EKONOMI KERAKYATAN

Wagub NTB H. Muh. Amin membuka Festival Moyo di Sumbawa Besar, Minggu (10/9/2017) malam

Sejak diluncurkan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, 18 Agustus 2017 lalu, Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Pariwisata telah menggelar berbagai event yang masuk dalam agenda Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017. Salah satu dari 28 acara utama dan 39 rangkaian acaranya adalah Festival Moyo, yang digelar di Halaman Kantor Bupati Sumbawa, Minggu (10/09/17) malam.

Festival Moyo tahun ini terlihat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya dilaksanakan siang hari dan terkesan seremonial, maka tahun ini kegiatannya dilaksanakan pada malam, terkesan santai, romantic, syahdu dan penuh kemeriahan. Apalagi ditampilkan pertunjukan tarian budaya dari suku Sasak, Samawa dan Mbojo, yang menjadikan acara ini meriah dan menghibur seluruh tamu dan masyarakat yang turut menyaksikan agenda tahunan tersebut. Kegiatan tersebut berlangsung sebulan penuh, dari 10 September hingga 8 Oktober 2017 mendatang.

Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin SH, MSi., saat membuka acara tersebut menegaskan, kegiatan semacam ini harus mampu dimanfaatkan sebagai ajang untuk membangkitkan seni budaya dan ekonomi kreatif dalam mendukung pembangunan sektor pariwisata. Karena sektor ini telah nyata bisa mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat, dengan Multiplier effects  yang berdampak besar bagi tumbuhknya sektor-sektor lain.

Wagub NTB H. Muh. Amin, Wabup  Sumbawa Mahmud Abdullah memukul rantok sebagai tanda pembukaan Festival Moyo 2017
Pemerintah Provinsi, menurut Wagub kelahiran Sumbawa itu memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan patiwisata. Terlebih, pembangunan infrastruktur dasar seperti air, listrik, jalan, fasilitas keamanan daerah, lembaga pelaku wisata terus dilakukan dan ditata dengan baik. Jika ini sudah disiapkan maka secara otomatis pengembangan pariwiata di NTB, khususnya di Pulau Sumbawa akan berjalan semakin maju.

TIDAK ADA DISPARITAS LOMBOK-SUMBAWA

Di sisi lain, Wagub juga menegaskan bahwa pemerintah provinsi terus mengembangkan pembangunan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa secara proporsional sesuai dengan potensi dan sumber daya yang tersedia. Ia memastikan tidak ada disparitas perlakuan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Hanya saja kedua pulau besar tersebut memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang berbeda. “Marilah kita memberikan pengabdian terbaik baik kita. Mulai kepada daerah sampai kepala desa harus bersatu, menyatukan tekad, semangat dan tujuan untuk membangun daerah kita tercinta,” ajak wagub saat itu.

Bupati Sumbawa, H. HusniI Jibril dalam sambutannya sangat gembira dengan terselenggaranya acara pembukaan Festival Pesona Moyo berlangsung sangat meriah. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah provinsi yang telah mendukung dan menginisiasi kegiatan tersebut.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Dinas Pariwisata NTB yang telah bekerja keras menata dan menyusun acara ini sedemikian meriahnya, sehingga dapat terlaksana dan masuk sebagai kalender event pariwisata NTB.

Husni Jibril meminta kepada Kepala Dinas  Pariwisata NTB, H. L. Muhammad  Faozal, MSi., untuk memperhatikan potensi pariwisata yang dimiliki Sumbawa saat ini. Sehingga, target nasional untuk kunjungan wisatawan sebesar 3,5 juta di NTB bisa tercapai. Ia menjelaskan di Sumbawa pendapatan dari satu hotel berbintang bisa mencapai 3 miliar pertahun, apalagi kalo banyak hotel.

“Mari segera kita tuntaskan grand design induk pariwisata. Jika langkah-langkah ini bisa kita implementasikan maka mimpi pariwisata Sumbawa maju akan terwujud,” pungkasnya.

Sekretasis Daerah Sumbawa, Drs. H. Rasydi, selaku ketua panitia melaporkan Festival Pesona Moyo sudah diselenggarakan sebanyak 6 kali sejak tahun 2012. Dan tahun 2017 ini, panitia mengangkat tema “Pengembangan Pariwisata, Ekonomi Kreatif Dan Investasi”.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan untuk menggerakkan pembangunan dan UMKM sebagai basis pengembangan ekonomi masyarkat. Juga, memperkenalkan pesona keindahan alam, budya dan kuliner guna mendungkung peningkatan kunjungan wisatawan khusunya di Pulau Sumbawa.

Adapun rangkaian kegiatannya meliputi Karnaval, Pawai Budaya, Pegelaran Budaya, Pameran Expo UMKM, Temu Usaha UMKM, Dialog Pariwisata, Jambore Kader Konservasi, Jelajah Alam Pulau Moyo, Main Jaran, Melala Satu Muharam, Balap Sampan, Mission Contest, Diskusi Budaya, Focus Group Discussion Pariwisata, Gebyar Pesta Jagung, Rantok 1000 Denek, Samawa Sepuloka, Pentas Budaya Empang, Barapan Kebo dan lain-lain.

Pembukaan acara tersebut juga dihadiri Wakil Ketua DPRD NTB, TGH. Mahalli Fikri dan perwakilan dari Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Moh. Hairul Anwar. (Marham/Humas NTB)
Share:

Tuesday, 5 September 2017

Gubernur Zainul Majdi dan Konjen Australia di Bali Helena Studdert Tingkatkan Kerjasama

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi tukar cinderamata dengan  Konsul Jenderal Australia di Bali Helena Studdert di ruang tamu Gubernur NTB, Selasa (5/9/2017)

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi berharap, dua pulau besar di Nusa Tenggara Barat, yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, dapat menjadi tempat yang nyaman untuk berwisata maupun berinvestasi bagi warga Australia.

Demikian halnya dengan kerja sama yang sudah berjalan antara Australia dan Indonesia, baik di bidang pertanian, pendidikan maupun ekonomi, diharapkan dapat terus ditingkatkan. "Kerjasama itu tidak hanya memperbesar kapasitas ekonomi masyarakat, tapi juga dapat mengantarkan pertumbuhan bersama bagi kedua negara", harap Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab Gubernur tersebut saat menerima kunjungan Konsul Jenderal Konsulat Jenderal Australia Bali, Dr Helena Studdert, di ruang kerjanya, Selasa( 5/9/2017) pagi.

Kedatangan Helena kali menemui Gubernur untuk membicarakan berbagai perkembangan kerjasama antara Provinsi NTB dengan pemerintah Australia khususnya berkenaan dengan Indonesia Australia comprehensive Economic Partnership (IA CEPA).

IA CEPA merupakan suatu kemitraan yang digagas untuk menunjukkan kedekatan dan juga hubungan yang semakin erat antara kedua negara.  Kepada Gubernur, Helena berharap melalui konsep Kemitraan ekonomi, hubungan NTB-Australia nantinya tidak hanya soal perdagangan, namun juga lebih kepada upaya promosi investasi timbal balik di kedua negara, termasuk kerja sama ekonomi dan kerja sama teknik untuk mengangkat standar hidup rakyat Indonesia secara lebih luas, khususnya masyarakat Nusa Tenggara Barat. Terlebih, NTB sedang dalam proses membangun membangun mega proyek, seperti Mandalika Resort dan Global Hub.
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi tukar cinderamata dengan Pimpinan atau Konsuler Konsulat Jenderal Australia di Bali Helena Studdert di ruang tamu Gubernur NTB, Selasa (5/9/2017)
Gubernur saat itu juga menyampaikan hasil evaluasi Pemerintah Provinsi NTB, bahwa berbagai program kerjasama yang digagas Australia-Pemerintah Provinsi NTB selama ini, sangat sesuai dengan program prioritas daerah.  Sebagai contohnya, Gubernur menyebut kerjasama bidang pendidikan, hingga saat ini tercatat banyak mahasiswa NTB yang mendapatkan post graduated dalam program master atau doktornya di Australia, baik bidang pertanian, kesehatan, bahasa maupun ilmu sosial. Gubernur berharap, ke depannya  bisa diperluas lagi bidang kerjasamanya untuk disiplin ilmu teknik.

Di samping bidang pendidikan, gubernur juga menyebut kerjasama sektor kesehatan juga telah dirasakan secara nyata manfaatnya.  TGB menyebut keberhasilan penanganan pasca kelahiran, baik terhadap ibu maupun bayi, sangat berkontribusi terhadap penurunan angka kematian ibu dan anak. Pada kesempatan itu juga, Gubernur yang didampingi kepala dinas Pekerjaan Umum Wedha Magma Ardhi menyampaikan penghargaan kepada pemerintah australia atas kerjasama khusus bidang infrastruktur di NTB, melalui Proyek Perawatan Perbaikan Jalan Provinsi (Provincial Road Improvement Maintenance Project/PRIM).

Proyek ini merupakan bentuk  dukungan pemerintah Australia terhadap perbaikan pembangunan dan perawatan infrastruktur jalanan provinsi di NTB. Proyek ini di NTB dinilai berhasil dan memberi manfaat signifikan.

"Proyek ini sangat membantu menekan laju penurunan kualitas jalan (utilitas/ kemanfaatan jalan bisa lebih lama. Selain itu, PRIM juga dapat membantu mengubah pola pikir pelaku konstruksi di NTB,” jelas Gubernur. Dengan adanya PRIM ini, maka para pelaku konstruksi di NTB akan terbiasa bekerja dengan standar yang tinggi, tambahnya. Dari evaluasi dengan dinas terkait, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Gubernur berharap PRIM di NTB  dapat dilanjutkan kembali, karena masih ada ruas-ruas jalan yang butuh ditangani dengan sistem ini. (Marham/Humas Setda NTB)
Share:

Sejarah, Masjid KEK Mandalika Digunakan Salat Idul Adha 1438 Hijriah


Umat Muslim melaksanakan Salat Idul Adha 1438 Hijriah atau Tahun 2017 di Masjid Nurul Bilad Mandalika Lombok Tengah, Jumat, 1 September 2017.
 Pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, secara resmi membuka kawasan masjid Agung Nurul Bilad Mandalika sebagai tempat ibadah bagi masyarakat umum. Ditandai dengan pelaksaan salat Idul Adha, Jumat (1/9/2017). Kendati belum proses pembangunannya belum dinyatakan tuntas 100 persen.

Penggunaan secara resmi masjid yang baru mulai dibangun bulan April lalu tersebut, dihadiri  Menteri BUMN, Rini Soemarno. Bersama sejumlah pejabat tinggi di Kementerian BUMN lainya. Bupati dan Wabup Loteng bersama pejabat lingkup Pemkab Loteng lainnya juga ikut membaur dengan ribuan warga Desa Kuta dan sekitarnya.
  
 “Apa yang dulu kita rencanakan, sekarang bisa diwujudkan. Dan, hal ini tentunya patut disyukuri,” tegas  Menteri BUMN, Rini Soemarno, kepada wartawan. 

Pembangunan Masjid Mandalika sendiri merupakan satu dari sekian fasilitas umum yang saat ini tengah dibangun di kawasan Mandalika guna menunjang proses pengembangan kawasan tersebut kedepan.

Terpisah, Bupati Loteng, H.M. Suhaili, FT., mengatakan keberadaan masjid Nurul Bilad Mandalika diharapkan bisa menjadi ikon bagi kawasan Mandalika. Dan, ke depannya tidak hanya menjadi tempat ibadah semata. Tetapi juga bisa menjadi pusat kegiatan keagamaan sekaligus pusat pengembangan pendidikan agama Islam di kawasan Mandalika pada khususnya dan Loteng secara lebih luas.

Tidak hanya itu, keberadaan masjid yang dibangun dengan anggaran mencapai Rp 30 miliar tersebut akan semakin mempertegas status kawasan Mandalika sebagai kawasan wisata ramah Muslim. Sebagaimana kawasan Mandalika sendiri telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata halal di Indonesia.

“Masjid ini kita harapkan bisa dimanfaatnya seoptimal mungkin sebagaimana fungsinya. Dan, nantinya bisa menjadi pusat pariwisata religi di Kawasan Mandalika,” ujarnya. Sehingga wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini, tidak hanya bisa menikmati keindahan alam semata. Tetapi juga bisa berwisata religi.

  
Terkait proses pembangunan Masjid Mandalika sendiri, Deputy Project Director ITDC, H. Adi Sujono, mengungkapkan sejauh ini sudah mencapai 90 persen. Di mana kontraktor tinggal melakukan finishing bangunan. Berupa pemasanga interior serta asesoris pendukung.

Masjid Agung Nurul Bilad Mandalika sendiri dibangun di dalam kawasan seluar 5 hektar lebih. Dengan daya tampung jemaah bisa mencapai hingga 5 ribu jemaah. Di mana untuk bangunan masjid sendiri bisa menambung hingga 2 ribu jemaah. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Monday, 4 September 2017

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi Kutuk Kekerasan Terhadap Muslim Rohingya Myanmar

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi saat berorasi mengecam kekerasan terhadap Muslim Rohingya di depan  Kantor Gubernur NTB, Senin (4/9/2017)

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi meminta pemerintah pusat bersikap lebih tegas menyikapi  tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Dalam beberapa hari terakhir, ribuan Muslim dari etnis Rohingya dibantai dan dibunuh oleh tentara Myanmar.Gubernur mendesak, pembantaian terhadap anak-anak dan perempuan etnis Rohingya segera dihentikan. Seruan Gubernur NTB ini disampaikan saat berorasi mengutuk kekejaman terhadap Muslim Rohingya di depan Kantor Gubernur NTB, Senin (4/9/2017) 

"Kalau kita di sini berkurban dalam keadaan bersuka cita. Maka tidak boleh kita lupakan bahwa banyak saudara kita yang beridul Adha dalam keadaan sedih dan nestapa. Dalam keadaan bertumpah air mata. Saudara kita di Myanmar saat ini dalam keadaan cobaan yang luar biasa," kata Gubernur.

Ia mengatakan dalam beberapa hari saja, ribuan umat Islam dibunuh dan dibantai. Sesuai dengan pesan Rasulullah SAW bahwa orang beriman itu ibarat satu tubuh. Jika  ada saudara  yang tersakiti, maka kita wajib merasakannya. Tentu, kata Gubernur,  tidak sekedar merasakan saja tetapi mengulurkan tangan untuk membantu mereka.
Aksi demo mengecam kekejaman terhadap etnis Muslim Rohingya di Mataram NTB, Senin (4/9/2017) 

"Mari kita ulurkan tangan untuk membantu mereka. Maka, pada hari Raya Idul Adha ini khusus untuk sedekah kita pada pagi hari ini kita ikhlaskan apa yang kita sumbangkan untuk saudara kita yang ada di Myanmar. Saudara kita warga etnis Rohingya yang sekarang sedang ditindas. Demikian pun pada saat melaksanakan Salat Jumat, saya minta keikhlasan semua untuk menyiapkan infaq dan salurkan untuk membantu saudara kita," pintanya.

Gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini menyatakan hal itu sebaik-baik persaksian atas keimanan kepada Allah SWT. Bahkan Rasulullah SAW, kata TGB, bahwa sedekah itu sebagai pembuktian yang tak terbantahkan atas keimanan seseorang.

Sebelumnya, usai salat Hari Raya Idul Adha 1438 H, TGB menyatakan apa yang terjadi di Myanmar menimpa orang-orang yang sangat lemah, etnis yang didiskriminasi. Kemudian dalam pemberitaan beberapa hari terakhir, dilakukan pembantaian orang-orang tak bersenjata, anak-anak, kaum perempuan, orang tua yang jumlahnya ribuan orang. "Sayangnya, komunitas internasional seperti menutup mata dan tidak ada pernyataan yang keras dari masyarakat internasional. Apalagi hukuman, sanksi bagi Pemerintah Myanmar yang membiarkan pembantaian seperti itu," katanya.

TGB menegaskan warga NTB mendesak pemerintah pusat bersikap tegas. TGB menegaskan tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan pembantaian. "Dari seluruh sisi yang ada, kita semua di NTB meminta pada pemerintah pusat bersikap lebih tegas lagi terhadap tragedi kemanusiaan ini. Tak bisa dibiarkan ada satu pembantaian seperti ini," tegasnya.

Pemerintah Myanmar diminta segera menghentikan pembantaian terhadap Muslim Rohingya. Bahkan hadiah Nobel yang diberikan kepada pemimpin Myanmar, menurut TGB layak dicabut. "Saya pikir orang yang mendiamkan pembantaian itu tak pantas dicatat sejarah sebagai penerima Nobel. Jadi, seharusnya dicabut dan bahkan harus dikasih sanksi internasional," katanya.


Gubernur mengingatkan, masalah-masalah yang memiliki dimensi keagamaan potensial menjadi masalah. Bukan saja di Myanmar tetapi juga secara regional. "Kita minta dihentikan. Kita di NTB pada hari Jumat ini semua kotak amal diarahkan untuk saudara kita warga Rohingya yang sedang mendapat cobaan yang luar biasa ini," tandasnya. (Muhammad Nasir)

Share:

Menteri BUMN Rini Soemarno Minta Pembangunan KEK Mandalika Dipercepat

Menteri BUMN, Rini Soemarno, didampingi Direktur Utama ITDC, Abdulbar M. Mansoer (kanan), saat meninjau kawasan Pantai Kuta, Jumat (1/9/2017). 

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, mengaku puas dengan progres pembangunan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sejauh ini. Meski demikian, pihaknya tetap berharap proses pembangunan di kawasan tersebut bisa lebih cepat lagi, sehingga bisa segera berkembang dan bisa memberikan manfat bagi masyarakat di daerah ini. 

Permintaan itu disampaikannya saat meninjau proyek penataan kawasan Pantai Kuta usai mengikuti Salat Idul Adha, di Masjid Agung Nurul Bilad Mandalika, Jumat (1/9/2017).

Ia mengaku, progress pembangunan di KEK Mandalika sejauh ini sudah sesuai harapan. Bahkan bisa dikatakan melebih ekspektasi yang ada. Pun demikian, jika memang bisa lebih dipercepat tentunya akan semakin baik.

Selain pembangunan fasilitas pendukung kawasan, saat ini tengah berproses pembangunan sejumlah hotel berbintang. Dua di antaranya Club Med serta Pullman yang ditargetkan dalam waktu dekat ini akan segera berjalan. “Banyak pembangunan yang sedang maupun akan berjalan. Termasuk pembangunan beberapa hotel. Dan, tentunya kita berharap semua bisa lebih cepat,”  ujarnya.

Tidak kalah penting, lanjut Rini, masyarakat di daerah ini diharapkan segera menyiapkan diri guna menghadapi pengembangan KEK Mandalika. Masyarakat harus membekali diri dengan kemampuan serta skill yang memadai, sehinggga bisa ikut terlibat dalam pengembangan KEK Mandalika nantinya. “Setelah pembangunan fisik berjalan, peningkatan kualitas SDM masyarakat diharapkan bisa kita berharap juga  bisa dipacu,” imbuhnya.

Menurutnya, tujuan utama pembangunan KEK Mandalika ialah bagaimana bisa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat lingkar kawasan dan daerah ini secara lebih luas. Untuk itu, mayarakat juga perlu mempersiapkan diri. Jangan sampai masyarakat justru tidak bisa ikut terlibat, sehingga apa yang diharapkan dari pembangunan ini tidak tercapai.

Dikonfirmasi terpisah, Deputy Project Director ITDC, H. Adi Sujono, mengatakan pihaknya terus berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan pekerjaan proyek secepat mungkin. Bahkan pihaknya sampai harus menambah jam kerja. Dalam hal ini, pekerja tidak hanya pada pagi hari saja, tapi pembangunan juga terus digenjot sampai malam hari.

“Ini sudah menjadi komitmen kami, bagaimana proses pembangunan di KEK Mandalika bisa lebih cepat,”  janjinya.

Waktu yang ada, lanjutnya, seoptimal mungkin dimanfaatkan, supaya progress pembangunan bisa sesuai harapan, bahkan lebih cepat dari jadwal yang sudah direncanakan. Untuk mewujudkan hal itu tentunya dukungan masyarakat sangat diharapkan. Agar bagaimana proses pembangunan semua kegiatan yang ada di dalam KEK Mandalika bisa berjalan lancar, sehingga kawasan ini bisa cepat tumbuh dan berkembang serta menjadi destinasi pariwisata utama di daerah ini. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Idul Adha 1438 Hijriah, Spirit Membangun Konstruksi Ukhuwah Islamiah

Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Sekda NTB H. Rosiady H. Sayuti, Wakil Walikota Mataram H. Mohan Roliskana menghadiri Salat Idul Adha di Islamic Center, Jumat (1/9/2017).

Ibadah haji dan kurban memiliki pesan penting dalam pranata kehidupan. Yaitu mengokohkan ukhuwah islamiah yang berlandaskan pada ketundukan dan kepasrahan diri kepada Allah SWT sesuai dengan makna Islam.

Hal tersebut dikatakan Khatib Salat Idul Adha 1438 H, Dr. H. M. Zaidi Abdad di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB, Jumat (1/9/2017) . Hadir juga pada Salat Idul Adha ini, Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH., MSi., Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Sekda NTB Ir. H. Rosiady H. Sayuti, MSc., PhD., Wakil Walikota Mataram H. Mohan Roliskana, pimpinan SKPD lingkup Pemprov NTB dan Kota Mataram.

Ibadah haji dan kurban, ujarnya, pada dasarnya melatih dan memotivasi umat Islam untuk memperkuat ukhuwah islamiah. "Berkumpulnya umat Islam dari seluruh penjuru bumi di satu tempat yaitu Ka'bah, padang Arafah, Muzdalifah dan Mina dengan pakaian yang sama yaitu ihram berwarna putih," katanya.

Dikatakan, ini adalah pelajaran dan pelatihan ukhuwah bahwa semua sama di mata Allah, tidak ada perbedaan kaya dan miskin, pejabat dan rakyat jelata, suku dan bangsa semua sama di hadapan Allah SWT. Untuk itu, Allah menjadikan nilai-nilai ukhuwah sebagai syarat utama menjadi haji mabrur.

Berbuat fasik dan berbantah-bantahan adalah perusak ukhuwah. Oleh karena itu, harus ditinggalkan bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji. Demikian juga ibadah kurban, akan melahirkan persaudaraan yang kokoh. Hal ini terlihat karena adanya manfaat bagi sesama mukmin berupa saling memberi bantuan dan makanan serta saling tolong menolong.

Zaidi Abdad mengatakan,untuk mengokohkan kembali konstruksi ukhuwah islamiah melalui ajaran ibadah haji dan kurban perlu dilakukan beberapa strategi. Pertama, meluruskan barisan dengan memurnikan dan meluruskan niat dari orientasi keduniaan yang membawa pada cinta dunia, yang pada akhirnya melahirkan lemahnya ukhuwah, saling menghargai dan menghormati sesama umat Islam.

"Kita harus mampu mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok dari kepentingan umat secara luas. Mau menerima kebenaran dari siapapun. Sehingga kita menjadi umat yang kuat, berwibawa, maju dan bersatu," katanya.

Kedua, memahami Islam sebagai agama yang komprehensif dan moderat. Islam meiputi semua dimensi kehidupan, baik politik, ekonomi, pendidikan maupun budaya. Islam bukan sekedar akidah dan ibadah, tetapi mengatur seluruh dimensi kehidupan dunia dan akhirat.

Terakhir, mengimplementasikan Islam sebagai agama yang luas, mudah dan mengandung maslahat. Bukan sebagai agama yang sempit, sulit dan mengandung mudarat. Islam bukan agama yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang. Tetapi Islam menerima ijtihad dan perbedaan pendapat dalam masalah sunnah dan muamalat sebagai rahmat dan kemudahan.

Bukan sebagai perbuatan bid'ah dan pelanggaran karena para sahabat, tabiin dan generasi salaf, mereka juga berbeda pendapat. Tetapi tidak saling membid'ahkan. Apalagi mengkafirkan yang lain. "Mereka sangat mengetahui bahwa perbedaan pendapat adalah niscaya. Bahwa Islam adalah mudah dan tidak menyulitkan umatnya," tutupnya. (Muhammad Nasir)


Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive