Dried Fruit khas Lombok yang merambah pasar Amerika dan Eropa |
KERAJINAN buah kering atau dried fruit di Lombok belum banyak dikenal
masyarakat awam. Mereka lebih cenderung mengetahui kegunaan buah untuk konsumsi
bukan sebagai bahan baku kerajinan. Tetapi di tangan Ir. M. Ari Aditya, MM., buah-buah yang banyak
dipandang sebelah mata diubah menjadi kerajinan buah kering bernilai ekonomi
tinggi.
Ari – sapaan akrabnya mulai membuat kerajinan ini
sejak tahun 2008 silam. “Kebetulan saya dulu pernah bekerja di perusahaan milik asing
yang membuat produk dried fruit ini,
kemudian saya mencoba membuat sendiri,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Dried fruit ini, tambahnya, biasa
digunakan oleh para flowerist dalam
membuat buket bunga yang menambah keunikan tampilannya. “Selain itu, biasanya
digunakan untuk mempercantik interior ruangan karena sifatnya yang tahan lama,”
ujarnya.
Untuk membuat kerajinan buah kering ini, Ari
menggunakan bahan-bahan lokal yang banyak ditemukan di daerah ini. “Kami
membuat dried fruit ini dari buah lontar,
buah aren, dan lainnya yang kemudian dikeringkan secara tradisional,”
terangnya.
Buah-buah ini dikeringkan selama 1-3 minggu dengan
bantuan sinar matahari sampai benar-benar kering. “Prosesnya hanya begitu tanpa
ditambahkan bahan apapun,” ujarnya.
Setelah dikeringkan, barulah kemudian buah-buah
tersebut dirangkai menjadi berbagai bentuk yang diinginkan. “Untuk tangkainya,
kami menggunakan ketak yang di sini juga banyak tersedia,” kata Ari.
Dried fruit khas Lombok yang dipasarkan ke Eropa dan Amerika |
Proses dried
fruit sampai ke tangan konsumen membutuhkan waktu yang cukup lama karena
banyak proses yang mesti dilalui. “Jadi pembeli yang memesan membutuhkan sampai
1 bulan untuk mengambil pesanannya,” jelas pria yang juga memiliki usaha travel
ini.
Jadi tidak heran, harga per tangkai untuk kerajinan
buah kering ini mencapai Rp 50 ribuan/buah. “Bengkel produksi kami adanya di
Petebon, Karang Rundun, Bertais tetapi beberapa waktu ini belum berproduksi
lagi,” kata Ari.
Buah kering ini banyak digunakan oleh pelaku
pariwisata seperti hotel untuk mempercantik ruangan. “Dried fruit ini bisa disewa, seperti Hotel Santika yang pernah
bekerja sama dengan kami,” ujarnya. Untuk itu, dirinya selalu mengeluarkan
desain baru setiap beberapa bulan agar pembeli bisa bebas memilih.
Pasaran produk buah kering buatan Ari ini diminati
sampai pasar luar negeri seperti ke Amerika dan Eropa. “Kalau untuk pasaran
lokal, belum banyak yang tertarik karena peruntukannya yang terbatas untuk
interior saja,” terangnya. Walaupun pariwisata di NTB yang sedang menggeliat,
tidak membuat pesanan dari pembeli lokal meningkat. “Karena untuk hotel atau
villa juga tergantung dari tema yang mereka pakai, serta mereka lebih cenderung
menggunakan produk dari luar karena harganya yang lebih murah,” jelasnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
0 komentar:
Post a Comment