Lapak kumuh yang ada di kawasan pantai labuhan Haji dan tumpukan sampah yang berserakan masih menyisakan problem sapta pesona. Antara ekonomi dan sapta pesona. |
Pantai Labuhan Haji, Lombok
Timur (Lotim) bisa dibilang menjadi alternatif satu-satunya obyek wisata
pesisir yang paling dekat dengan Kota Selong,
ibu kota Kabupaten Lotim. Akses
yang mudah membuat pantai yang meski terlihat banyak sampah dan berjejer
lapak-lapak kumuh namun tetap ramai dikunjungi.
Setiap akhir pekan, pantai
Labuhan Haji tak pernah sepi. Meskipun berada di antara sampah dan kekumuhan lapak, para pengunjung tetap
telihat asyik bermain dan selepas lelah menikmati beberapa sajian sederhana
yang dijual pedagang sekitar.
Seperti terlihat akhir pekan kemarin, pantai Labuhan
Haji seperti diburu para pengunjung. Anak-anak seperti asyik tanpa beban
berenang di pantai yang kotor ditemani orang tuanya. Syukurnya, ada tempat
bilas yang disediakan warga setempat seusai mereka
berenang di laut.
Kepala Desa Labuhan Haji, Pahmin kepada media ini mengakui problematika besar yang melilit kawasan
wisata pantai Labuhan Haji. Kawasan wisata pantai ini beberapa waktu lalu sudah
dilimpahkan kewenangan pengelolaannya oleh Bupati Lotim H. M. Sukiman Azmy
langsung kepada pemerintah desa setempat.
Pahmin menguraikan, persoalan lapak memang menjadi
problem terbesar yang perlu diatasi. Jika mengacu pada alasan keindahan dan
sapta pesona wisata, maka sepatutnya memang seluruh lapak harus segera
dibongkar. Akan tetapi, faktanya aktivitas lapak yang diisi oleh warga Labuhan
Haji ini tidak bisa serta merta dibongkar tanpa ada solusi terbaik untuk para
warga yang berjualan.
Namanya pesisir pantai,
harusnya steril dari lapak. Aktivitas lapak yang ada saat ini memperlihatkan
kekumuhan karena langsung berada diatas pantai. Kebijakan relokasi diperlukan.
Akan tetapi harus dilakukan dengan cara bertahap. Harus ada dulu tersedia
tempat relokasi yang terbaik bagi para pedagang.
Sejauh ini, tutur Pahmin, aktivitas jualan di bibir
pantai Labuhan Haji ini telah menggerakkan perekonomian masyarakat Desa Labuhan
Haji. Sehingga jika kemudian dipaksakan
untuk dibongkar tanpa ada solusi, maka akan menghadirkan konflik lagi di tengah
masyarakat. “Semenjak adanya aktivitas jualan di pinggir pantai ini, tidak
pernah lagi ada keributan,” tutur Pahmin.
Tidak dipungkiri,
jika persoalan lapak kumuh ini teratasi maka persoalan utama kekumuhan pantai
Labuhan Haji akan bisa teratasi. Pascamendapat
kewenangan pengelolaan dari pemerintah daerah, Kepala Desa Labuhan Haji ini
menyebutkan pihaknya langsung mengambil langkah pembentukan tim perumus untuk
merencanakan penataan kawasan Pantai Labuhan Haji.
Mengawali penataan nantinya, akan coba dimulai dengan
beberapa contoh lapak. Harapannya, pemerintah daerah turut membantu membebaskan
lahan untuk pembangunan lapak di pinggir jalan. Lapak-lapak permanen itu
nantinya bisa disewa oleh pedagang. Kalaupun pemerintah daerah tidak berkenan,
maka pemerintah desa Labuhan Haji siap memulai dengan perlahan. “Nanti kita coba mulai dengan membangunkan lapak 10-15 unit
mungkin dulu,” ucapnya.
Pemerintah desa
katanya mencoba merumuskan konsep tata Wisata Pantai Labuhan Haji. Selain
persoalan lapak kumuh, tidak kalah pelik persoalannya adalah sampah.
Sampah-sampah kiriman yang dibawa arus sungai telah menjadikan Pantai Labuhan
Haji sebagai keranjang sampah sebagian besar warga Lotim.
Keinginan Kades Pahmin sendiri, setelah lapak tertata
dengan teratur. Ada pilihan lokasi yang representatif bagi para pedagang dan kawasan pantai menjadi
ranah publik yang asri nan indah tanpa ada sampah.
Penanganan
masalah sampah memang membutuhkan waktu panjang. Dikabarkan, ada satu
desa di Jawa Barat ingin sekali didatangi
untuk studi banding penanganan sampah. Kabarnya, sampah ini telah menjadi
berkah bagi warga. Sampah telah menjadi rebutan karena bernilai uang. Konsep
sederhananya yang coba ingin digali ilmunya adalah pelibatan seluruh anggota
keluarga yang turut aktif melakukan pengelolaan dan pemisahan sampah sendiri di
rumah masing-masing.
“kabarnya, sampah ini diburu oleh semua orang sehingga
tidak ada sampah yang berserakan di mana-mana,” ucapnya. Inginnya, sampah ini
bisa ditangani bersama oleh seluruh elemen masyarakat.
Jadikan sampah sebagai
berkah bukan pembawa petaka kekumuhan dan menumpuk di pantai.
Pantai Labuhan Haji sangat didambakan bisa menjadi
pantai terindah. Menikmati terbitnya sang surya dari ufuk timur menambah
keunikan dari Labuhan Haji. Pantai ini juga sebenarnya banyak mendatangkan
keberkahan bagi warga Labuhan Haji.
Memasuki
bulan Oktober sampai dengan Desember mendatang,
banyak sekali tumpukan rumput laut seperti sengaja diantar oleh deburan ombak
menepi di pinggir pantai. Warga Labuhan Haji banyak memungut rumput laut
tersebut dan dijual kepada para pengepul. Sangat disayangkan, harganya masih
sangat rendah.
Hanya Rp 1000 per kilogram kering. Salah satu potensi
musiman di Pantai Labuhan Haji ini bisa menjadi nilai tambah sebenarnya bagi
warga. Harapannya, harganya bisa lebih mahal dan mendapatkan perhatian dari para
pelaku usaha. (Rusliadi/Lombok Timur)