Be Your Inspiration

Tuesday, 7 May 2019

Labuhan Haji, Objek Wisata di Antara Sampah dan Lapak Kumuh

 Lapak kumuh yang ada di kawasan pantai labuhan Haji dan tumpukan sampah yang berserakan masih menyisakan problem sapta pesona. Antara ekonomi dan sapta pesona.

Pantai Labuhan Haji, Lombok Timur (Lotim) bisa dibilang  menjadi alternatif satu-satunya obyek wisata pesisir yang paling dekat dengan Kota Selong, ibu kota Kabupaten Lotim. Akses yang mudah membuat pantai yang meski terlihat banyak sampah dan berjejer lapak-lapak kumuh namun tetap ramai dikunjungi.

Setiap akhir pekan, pantai Labuhan Haji tak pernah sepi. Meskipun berada di antara sampah dan kekumuhan lapak, para pengunjung tetap telihat asyik bermain dan selepas lelah menikmati beberapa sajian sederhana yang dijual pedagang sekitar.

Seperti terlihat akhir pekan kemarin, pantai Labuhan Haji seperti diburu para pengunjung. Anak-anak seperti asyik tanpa beban berenang di pantai yang kotor ditemani orang tuanya. Syukurnya, ada tempat bilas yang disediakan warga setempat seusai mereka berenang di laut.

Kepala Desa Labuhan Haji, Pahmin kepada media ini mengakui problematika besar yang melilit kawasan wisata pantai Labuhan Haji. Kawasan wisata pantai ini beberapa waktu lalu sudah dilimpahkan kewenangan pengelolaannya oleh Bupati Lotim H. M. Sukiman Azmy langsung kepada pemerintah desa setempat.

Pahmin menguraikan, persoalan lapak memang menjadi problem terbesar yang perlu diatasi. Jika mengacu pada alasan keindahan dan sapta pesona wisata, maka sepatutnya memang seluruh lapak harus segera dibongkar. Akan tetapi, faktanya aktivitas lapak yang diisi oleh warga Labuhan Haji ini tidak bisa serta merta dibongkar tanpa ada solusi terbaik untuk para warga yang berjualan.


Namanya pesisir pantai, harusnya steril dari lapak. Aktivitas lapak yang ada saat ini memperlihatkan kekumuhan karena langsung berada diatas pantai. Kebijakan relokasi diperlukan. Akan tetapi harus dilakukan dengan cara bertahap. Harus ada dulu tersedia tempat relokasi yang terbaik bagi para pedagang.

Sejauh ini, tutur Pahmin, aktivitas jualan di bibir pantai Labuhan Haji ini telah menggerakkan perekonomian masyarakat Desa Labuhan Haji.  Sehingga jika kemudian dipaksakan untuk dibongkar tanpa ada solusi, maka akan menghadirkan konflik lagi di tengah masyarakat. “Semenjak adanya aktivitas jualan di pinggir pantai ini, tidak pernah lagi ada keributan,” tutur Pahmin.

Tidak dipungkiri, jika persoalan lapak kumuh ini teratasi maka persoalan utama kekumuhan pantai Labuhan Haji  akan bisa teratasi. Pascamendapat kewenangan pengelolaan dari pemerintah daerah, Kepala Desa Labuhan Haji ini menyebutkan pihaknya langsung mengambil langkah pembentukan tim perumus untuk merencanakan penataan kawasan Pantai Labuhan Haji.


Mengawali penataan nantinya, akan coba dimulai dengan beberapa contoh lapak. Harapannya,  pemerintah daerah turut membantu membebaskan lahan untuk pembangunan lapak di pinggir jalan. Lapak-lapak permanen itu nantinya bisa disewa oleh pedagang. Kalaupun pemerintah daerah tidak berkenan, maka pemerintah desa Labuhan Haji siap memulai dengan perlahan. Nanti kita coba mulai dengan membangunkan lapak 10-15 unit mungkin dulu,” ucapnya.

Pemerintah desa katanya mencoba merumuskan konsep tata Wisata Pantai Labuhan Haji. Selain persoalan lapak kumuh, tidak kalah pelik persoalannya adalah sampah. Sampah-sampah kiriman yang dibawa arus sungai telah menjadikan Pantai Labuhan Haji sebagai keranjang sampah sebagian besar warga Lotim.

Keinginan Kades Pahmin sendiri, setelah lapak tertata dengan teratur. Ada pilihan lokasi yang representatif  bagi para pedagang dan kawasan pantai menjadi ranah publik yang asri nan indah tanpa ada sampah.

Penanganan  masalah sampah memang membutuhkan waktu panjang. Dikabarkan, ada satu desa di  Jawa Barat ingin sekali didatangi untuk studi banding penanganan sampah. Kabarnya, sampah ini telah menjadi berkah bagi warga. Sampah telah menjadi rebutan karena bernilai uang. Konsep sederhananya yang coba ingin digali ilmunya adalah pelibatan seluruh anggota keluarga yang turut aktif melakukan pengelolaan dan pemisahan sampah sendiri di rumah masing-masing.

“kabarnya, sampah ini diburu oleh semua orang sehingga tidak ada sampah yang berserakan di mana-mana,” ucapnya. Inginnya, sampah ini bisa ditangani bersama oleh seluruh elemen masyarakat. 

Jadikan sampah sebagai berkah bukan pembawa petaka kekumuhan dan menumpuk di pantai.
Pantai Labuhan Haji sangat didambakan bisa menjadi pantai terindah. Menikmati terbitnya sang surya dari ufuk timur menambah keunikan dari Labuhan Haji. Pantai ini juga sebenarnya banyak mendatangkan keberkahan bagi warga Labuhan Haji.

Memasuki bulan Oktober sampai dengan Desember mendatang, banyak sekali tumpukan rumput laut seperti sengaja diantar oleh deburan ombak menepi di pinggir pantai. Warga Labuhan Haji banyak memungut rumput laut tersebut dan dijual kepada para pengepul. Sangat disayangkan, harganya masih sangat rendah.

Hanya Rp 1000 per kilogram kering. Salah satu potensi musiman di Pantai Labuhan Haji ini bisa menjadi nilai tambah sebenarnya bagi warga. Harapannya, harganya bisa lebih mahal dan mendapatkan perhatian dari para pelaku usaha. (Rusliadi/Lombok Timur)

Share:

Monday, 29 April 2019

Danone Hadirkan Kebutuhan Dasar Korban Gempa di Lombok



Presiden Direktur Danone Aqua, Corine Tap

Gempa yang mengguncang Lombok sejak 29 Juli 2018 lalu telah menimbulkan kerusakan. Infrastruktur air yang merupakan kebutuhan pokok rusak. Sanitasi bermasalah dan mengancam kondisi kesehatan para korban gempa. 


PT Tirta Investasma-Danone Aqua mengandeng Yayasan Masyarakat Peduli (YMP) NTB mencoba hadir untuk meringankan beban para korban gempa. Utamanya kebutuhan paling mendasar bagi para korban gempa, yakni air dan sanitasi tersebut.

Menurut Direktur YMP NTB, Hj. Ellena Khusnul Rahmawati dalam Diskusi Refleksi Program Respon Bencana Lombok dari Danone Indonesia di Hotel Kila Senggigi  Jumat (26/4), mengaku apa yang telah diberikan oleh Danone ini sangat bermanfaat dan bisa digunakan hingga saat ini. Apalagi Pemkab Lotim di bawah komando Bupati H. M. Sukiman Azmy juga telah menyatakan komitmennya untuk mendukung program penanganan bencana.

Selain itu, tambahnya, kemitraan YMP dengan Danone telah memberikan dampak yang sangat positif. Danone juga telah mendukung pembuatan Detail Engineering Design (DED) sistem air bersih. Dukungan DED ini telah membuat 8 desa di Lotim sudah mendapatkan respons dari UNICEF dan ada empat desa mendapatkan dukungan pendanaan untuk pembangunan air bersih.


Hal ini, tambahnya menyebabkan perilaku masyarakat banyak berubah tentang sanitasi. Masyarakat saat ini sangat memahami pentingnya higienitas dan sanitasi. Hal ini terlihat di desa-desa yang ditangani, apalagi masyarakat membangun sendiri infrastruktur sanitasi yang menjadi kebutuhan dasarnya. “Masyarakat saat ini sudah ada yang iuran sendiri membangun jamban,” urainya.
Direktur YMP NTB, Hj. Ellena Khusnul Rahmawati
 Presiden Direktur Danone Aqua, Corine Tap, menjelaskan, sebagai perusahaan yang sudah lama beroperasi secara luas di Indonesia disadari musibah bencana dapat terjadi kapan saja. Danone siap menghadapi musibah tersebut dan membantu masyarakat yang terdampak.


Danone Aqua menanggapi musibah ini dengan menyediakan bantuan di masa tangap bencana dan pemulihan pascabencana, terutama penyediaan hidrasi sehat serta sarana sanitasi yang layak bagi masyarakat.
Di antara yang dilakukan Danone adalah mendistribusikan 3.000 botol air minum dalam kemasan ukuran 1.500 ml. Menyalurkan 75.000 liter air bersih dengan menggunakan mobil tangki air, membangunkan 30 unit WC darurat.

Dalam masa pemulihan telah dilakukan Danone bersama YMP NTB program Water Access, Sanitation and Hygiene (WASH), yakni berupa pengadaan 25 tangki kapasitas 1.050 liter, pembangunan 50 fasilitas MCK, melakukan promosi kesehatan serta memfasilitasi pelatihan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM).  


Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lotim, Purnama Hadi menyampaikan terima kasihnya kepada Danone Aqua atas segala bantuannya. Musibah gempa yang terjadi sejak Juli 2018 lalu telah mengakibatkan rumah 28.498 kepala keluarga di Lotim hancur. 10.170 rusak berat belum lagi ditambah kejadian gempa pada 17 Maret 2019 lalu yang menambah ribuan juga rumah rusak.

Menurutnya,sanitasi memang menjadi salah satu kebutuhan paling mendasar dan menjadi masalah berat pascagempa. Masyarakat korban gempa juga masih banyak mengalami krisis air bersih. Bantuan dari Danone dinilai sangat bermakna. Purnama Hadi mengharapkan bantuan dari Danone ini bisaberkelanjutan. “Tidak berhenti di sini, utamanya kesiapan air bersih dan pemerintah kabupaten Lotim siap kerjasama demi kemaslahatan umat,”  harapnya. (Rusliadi/Lombok Timur)

Share:

Bayan dan Nipah, Objek Wisata Paralayang di Lombok Utara yang Menantang



Objek wisata paralayang di Bayan. Air sport ini menjadi prioritas pelaku pariwisata di Lombok Utara untuk dikembangkan ke depan.

 Topografi wilayah Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang berbukit dan menjorok ke pantai menyimpan potensi olahraga paralayang sebagai objek wisata. Sayang, potensi yang tersedia di tiap kecamatan ini belum tersentuh inovasi program pemerintah.


Ketua Federasi Airsport Indonesia (FASI) Cabang Paralayang Lombok Utara, Ahmad Safwan,  Jumat (26/4/2019) mengaku berdasarkan potensi, olahraga paralayang sangat mendukung untuk dikembangkan sebagai objek wisata air sport. Pihaknya bahkan sudah menjajaki, di mana hampir di tiap kecamatan terdapat titik-titik paralayang potensial.

"Di Lombok Utara banyak kami temukan titik paralayang dengan kadar angin berbeda-beda. Kalau untuk jangka panjang, bisa di kawasan Nipah (Pemenang)," ujarnya.

Ahmad Safwan menjelaskan, kawasan Nipah direkomendasikan sebagai program Air Sport jangka panjang karena anginnya mendukung. Dari bulan Mei sampai Desember, paralayang bisa digelar. Dari aspek keamanan penyelenggaraan, ia meyakini kondusivitas daerah dan kultur budaya masyarakat Lombok Utara akan menarik animo wisatawan. FASI bersama komunitas paralayang sendiri, sudah mencoba penerjunan di lokasi-lokasi yang dijajaki. Sebagian besar lokasi dinilai aman untuk take-off dan landing. “Geografisnya cocok, dan KLU ini aman sekali. Kita harap pemerintah bisa men-support peralatan," harapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KLU, Vidi Ekakusuma, kepada wartawan mengakui potensi paralayang cukup menjanjikan. Pemda KLU bahkan sudah me-launching objek wisata paralayang, yakni di Dusun Buani, Desa Benteke, Kecamatan Gangga. Sayangnya, pengelolaan oleh masyarakat terdampak oleh gempa.


“Kalau destinasi paralayang, kita akan cari tahu kriteria sisi safety-nya. Kita tanyakan ke masyarakat mereka bersedia mendukung atau tidak, karena banyak kasus setelah dibangun destinasi ternyata ada resistensi," ujarnya.

Vidi menegaskan, destinasi wisata Air Sport yang dibuka pemerintah harus dikelola dengan baik oleh masyarakat. Ia tidak ingin, program yang dibuka tidak asal viral sekejap namun tidak mampu berkembang.
Namun demikian, meski masih dalam tahap penjajakan bukan berarti di sana belum dilakukan kegiatan. Sejumlah komunitas menurutnya acapkali turun ke lapangan untuk menguji coba baik dari aspek angin dan keamanan di Nipah, manakala digunakan untuk olahraga tersebut. Menurutnya, hal inipun bagian dari upaya dalam rangka mengimbangi pariwisata tiga gili yakni menghadirkan destinasi di daratan mulai ujung Pemenang hingga Bayan.


Dari sisi anggaran, Disbudpar Lombok Utara siap mem-back up penuh namun sekali lagi, dilihat antusias masyarakat. Jika semakin banyak yang bergeliat untuk paralayang di Lombok Utara, maka pihaknya akan melakukan intervensi. Bila perlu ke Kementerian untuk mencari sumber anggaran pendukung lainnya.
“Dari investor dan masyarakat boleh terlibat investasi di sana, kalau berpotensi dinas akan lakukan intervensi kita lihat animo dan tidak menutup kemungkinan akan diteruskan ke kementerian,” pungkasnya. (Johari/Lombok Utara)

Share:

Monday, 22 April 2019

Local Life, Jadi Jualan Utama Pelaku Pariwisata Lombok Timur

Wisatawan yang datang ke Tereng Wilis Desa Perian Kecamatan Montong Gading turut menanam padi bersama warga

Ada saja kreativitas pelaku wisata Lombok Timur (Lotim) yang disuguhkan kepada para wisatawan. Seperti di Desa Perian Kecamatan Montong Gading, wisatawan diajak ikut menanam padi. Tak tanggung-tanggung, wisatawan asing ini pun langsung turut turun di lumpur sawah dan mengikuti aktivitas bercocok tanam warga.

Jumaidy, pelaku wisata Desa Montong Gading menuturkan, Desa Perian menawarkan   konsep wisata alam.  Wisatawan asing acap kali diajak melakukan aktivitas seperti halnya warga Sasak di wilayah Desa Perian. Seperti yang dilakukan di Dusun Tereng Wilis Desa Perian. Wisatawan asing ini cukup antusias mengikuti arahan dari petani lainnya yang sudah pengalaman.

Suguhan wisata alam ini tetap akan dipertahankan. Jumaidy menyebut istilah Tereng Wilis Eco Tourism Village. Wisatawan melakukan aktivitas seperti orang Sasak oleh para pelaku wisata ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Meski Lombok diguncang gempa, pihaknya meyakinkan kehadiran wisatawan ke kampung-kampung wisata di sekitaran Perian, Tetebatu, Kembang Kuning, Jeruk Manis dan sekitarnya ini tetap ramai. Seperti dominasi wisatawan dari daratan Eropa dan Australia.

Desa Perian, sambungnya merupakan desa yang terus berbenah dengan menyajikan beberapa objek wisata andalan. Di antaranya, Telaga Biru, monkey forest dan kegiatan masyarakat sendiri. ”Local life ini cukup digemari wisatawan,”  klaim perintis Eco Wisata Tereng Wilis yang pernah mendapatkan gelar sebagai pemuda pelopor dalam bidang pariwisata ini.

Diakuinya, Tereng Wilis sendiri dituturkan pernah masuk Majalah di Inggris sebagai salah satu tempat wisata alam yang sangat menarik.

Diketahui, para pelaku wisata di wilayah Perian dan sekitarnya ini mengemas wisata alam yang memancing banyak wisatawan berkunjung. Di Desa Perian ini, sudah berdiri beberapa homestay dan banyak ditempati wisatawan.

Wisatawan yang datang langsung bersentuhan dengan warga. Melakukan aktivitas bersama warga. Pembangunan pariwisata yang digalakkan pelaku wisata di Perian ini adalah wisata yang berkelanjutan. “Konsep kami adalah sustainable tourism,” paparnya.

Wisata yang berkelanjutan ini dimaksudkan adalah dengan mengundang semua pihak, terutama anggota masyarakat untuk turut aktif mengelola sumber daya di sekitar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika sambil memastikan keberlanjutan budaya lokal, habitat alam, keanekaragaman hayati, dan sistem pendukung penting lainnya. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

Belum Maksimal, Pengelolaan Taman Wisata Aik Bukak Lombok Tengah


 Kondisi taman wisata Aik Bukak Lombok Tengah belum dikelola maksimal.
Taman wisata Aik Bukak merupakan salah satu aset potensial milik Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Namun sayang, pengelolaanya sejauh ini masih belum maksimal. Sehingga belum bisa optimal memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah. Hal itu diungkapkan Kepala Desa Aik Bukak, Hamdan, Sabtu (20/4/2019).



“Kalau dari sisi potensi, taman wisata ini sangat potensial. Tapi belum bisa berkontribusi maksimal, karena memang pengelolaanya yang belum maksimal,” ujarnya. Sehingga pihaknya sangat berharap Pemkab Loteng bisa menyerahkan pengelolaan aset tersebut pemerintah desa dengan tujuan agar lokasi ini dikelola dan dikembangkan sebaik-baiknya oleh pemerintah desa.

Dengan pengelolaan diserahkan ke pemerintah desa, maka pemerintah desa bisa mengalokasikan anggaran penataan taman wisata tersebut. Pemerintah desa berencana akan merapikan dan menata kawasan Aik Bukak, sehingga wisatawan semakin banyak yang tertarik untuk datang ke taman wisata ini.

“Kalau pemerintah kabupaten menyerahkan pengelolaan taman wisata Aik Bukak ke pemerintah desa, sedikit tidak bisa meringankan beban pemerintah kabupaten terkait penataan taman ini,” sebutnya.



Hamdan mengatakan, banyak hal yang harus dipikirkan oleh pemerintah kabupaten, sehingga pihaknya khawatir kalau tetap dikelola pemerintah kabupaten, taman wisata Aik Bukak semakin tidak terurus ke depanya. “Buktinya, dua tahun yang lalu pemerintah kabupaten sudah merencanakan untuk menata taman wisata Aik Bukak. Tapi sampai sekarang belum bisa terlaksana,” sebut Hamdan.

Tapi kalau diserahkan pengelolaannya ke pemerintah desa, setidaknya pemerintah desa bisa menyiapkan anggaran penataan taman wisata tersebut secara bertahap. Tinggal pemerintah kabupaten menyiapkan masterplan penataan taman wisata ini, nanti pemerintah desa yang akan menggarap.

Tidak kalah penting, jika desa yang mengelola maka pemberdayaan masyarakat setempat bisa lebih maksimal. Sehingga pada akhirnya bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Yang dengan sendirinya turut meringankan beban pemerintah. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Nikmati Sensasi Semburan Air di Wisata Air Pancor Datoq Desa Aik Dewa Lombok Timur


Objek wisata Pancor Datoq Desa Aik Dewa Kecamatan Pringgasela yang menawarkan sensasi semburan air dari bebatuan.
Wisata air Pancor Datoq Desa Aik Dewa Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur (Lotim) menawarkan keunikan tersendiri. Semburan air nan sejuk yang langsung dari celah-celah bebatuan dapat dinikmati langsung para pengunjung.

Ramadani, penjaga kawasan wisata Pancor Datoq ini menuturkan objek wisata yang berada di tepi jurang ini memberikan sensasi bagi setiap pengunjung yang datang. Semburan airnya yang keras dan segar membuat pengunjung betah dan ingin mencoba kembali.

Objek wisata Pancor Datoq ini kini dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Aik Dewa. Kawasan Pancor Datoq berada di tepian tebing yang cukup curam. Pengelola sudah membuatkan kolam pemandian persis di tepian tebing. Hal ini menjadi salah satu keunikan lain yang disuguhkan objek wisata air Desa Aik Dewa.

Air yang mengisi kolam ini langsung dari mata air yang keluar dari tebing tersebut. Bukanlah buatan seperti beberapa tempat lain yang menawarkan objek wisata serupa. Airnya pun cukup dingin dan sejuk. “Mata airnya ini sangat deras,” ucap Ramadani menambahkan. Hanya saja masuk ke kawasan pemandian ini masih jalan setapak yang belum ada perbaikan. Rencananya pemerintah akan memperbaiki jalan menuju kawasan agar bisa lebih mudah dijangkau para pengunjung.


Setiap hari, sebut Ramadani, wisata pemandian Pancor Datoq ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Tiket masuk Rp2 ribu per orang. Cukup murah untuk sekadar menikmati sensasi menantang mandi di atas kolam tebing dengan semburan air deras dari celah bebatuan.

Saat gempa mengguncang Lombok beberapa waktu lalu, sempat dikhawatirkan tebing akan runtuh. Sangat disyukuri, tebing yang mengeluarkan air ini tidak sampai runtuh dan kini tetap kokoh memancarkan air yang juga konon dipercaya menjadi obat bagi beragam penyakit.

Tidak sedikit pengunjung yang datang ini mandi untuk berobat. Semburan air yang seperti terjun bebas dari celah-celah tebing inilah yang dipercaya mengandung obat. “Ada yang sakit pada kaki, kepala dan bagian tubuh lainnya banyak yang datang,” tuturnya.


Nama Pancor Datoq sendiri diambil dari kisah bersejarah kawasan tersebut sebagai tempat bertapa salah seorang Datoq yang merupakan sesepuh di Desa Aik Dewa. Sang Datoq lama bertama di kawasan tersebut dan kisahnya sudah turun temurun di tengah Masyarakat Aik Dewa. “Kisah sang Datoq ini sudah lama kita dengar dari dulu secara turun temurun,” demikian  kisahnya. (Rusliadi/Lombok Timur)

Share:

Thursday, 18 April 2019

Banyak Makan Anggur, Desa Senanggalih Sambelia Lombok Timur Bebas Stunting

Wisatawan dari Australia memetik anggur di Desa Senanggalih Kecamatan Sambelia Lombok Timur

Desa Senanggalih Kecamatan Sambelia diklaim sudah bebas dari stunting atau ketinggian anak di bawah normal. Sekitar 300 anak di Desa Senanggalih ini tidak ada kasus stunting, termasuk kasus gizi buruk. Kepala Desa Senanggalih, H. M. Suparlan mengatakan, Senanggalih bebas stunting karena mengkonsumsi anggur.

Kepala desa ini menuturkan, jumlah penduduk Senanggalih sebanyak 2.350 jiwa atau sebanyak 675 KK.  Klaim tidak ada stunting, karena sebagian besar konsumsi anggur yang diyakini bisa mencegah stunting.

Desa Senanggalih, diketahui beberapa waktu lalu sudah dikukuhkan oleh Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah sebagai salah satu desa wisata dengan unggulan produksi anggur. Saat disambangi Suara NTB, sejumlah wisatawan sudah berdatangan ke Desa Senanggalih ini melihat dan memetik langsung anggur yang ditanam di halaman rumah warga.

Disebutkan, saat ini hampir separuh KK di Senanggalih sudah menanam anggur di halaman rumahnya. Aktivitas warga yang menjadikan halaman rumah sebagai tempat budidaya anggur hijau ini sudah berlangsung cukup lama, sehingga konsumsi anggur ini pun berimplikasi pada Senanggalih  bebas stunting.

Untuk itu, hasil dari pengecekan Puskesmas Sambelia, di Desa Senanggalih ini bebas dari stunting. Tidak ada anak di Desa Senanggalih yang mengalami kekurangan gizi hingga terlihat kerdil dan cebol karena mengidap stunting.

Tidak saja anggur, kata Kades, Senanggalih ini juga banyak tanaman buah-buahan di halaman dan kebun-kebun milik warga. Buah-buahan ini memiliki kandungan gizi yang banyak. Tanam buah-buahan itupun dibudidayakan tanpa bahan kimia. “Semua menggunakan bahan organik pemupukannya,” ucapnya.

Melihat anggur sebagai salah satu potensi besar yang bisa dikembangkan, Kades menggiring desanya menjadi salah satu desa wisata. Harapannya ke depan bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Anggaran dari pemerintah desa sendiri sejauh ini diakui belum bisa maksimal. Kemampuan anggaran sementara Rp 50 juta untuk pengembangan wisata. Anggaran lainnya sebutnya masih banyak diperuntukkan untuk fisik dan non fisik.  

Untuk wisata, secara perlahan coba dibangun bersama masyarakat. Selain wisata anggur, Senanggalih ternyata memiliki beberapa potensi wisata lain. Ada hutan desa yang merupakan tempat monyet-monyet bergelantungan. Kawasan ini pun kata Kades akan dijadikan salah satu tempat menarik untuk memancing minat wisatawan datang. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive