|
Seorang penenun di Pringgasela Lombok Timur sedang membuat kain tenun berkualitas tinggi |
Tenun yang dihasilkan perajin di Desa Pringgasela,
Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) merupakan salah satu
kerajinan tradisional yang cukup terkenal. Tenunan yang memiliki cirri sangat
khas ini, ternyata mengalami sejumlah kendala dalam pengembangannya. Industri
rumahan ini masih kesulitan pasar.
UNTUK membumikan kerajinan tenun Pringgasela ini,
masyarakat setempat pada Senin (11/9) lalu menggelar acara Alunan Budaya Desa
(ABD). Kegiatan ini menjadi tahun ketiga kegiatan ini digelar. Langkah itu dilakukan
untuk mempromosikan dan menduniakan gedogan
Pringgasela tersebut. Pelaksanaan ABD juga memecahkan rekor Muri dengan menampilkan
sebanyak 1.300 penenun. Tidak lain, upaya itu dilakukan untuk menduniakan
kerajinan khas Pringgasela yang merupakan industri rumahan yang cukup potensial
menuju industri tenun yang mendunia.
Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, upaya serta
perhatian yang sungguh-sungguh dari masyarakat serta pemerintah tentunya sangat
diharapkan. ‘’Kesulitan kami di pemasaran,’’ujar
Inaq Indra, salah seorang perajin tenun sesekan Pringgasela, pada Ekbis NTB, Sabtu (23/9/2017).
Inaq Indra sudah menekuni kerajinan tenun sejak kecil.
Kepiawainnya menenun, diakuinya didapatkan dari mendiang ibunya. Menurutnya,
menenun pada masa lalu merupakan hal yang wajib dikuasai oleh seorang anak
perempuan dan menjadi salah satu persyaratan sebelum menikah.
|
Miniatur perempuan yang sedang menenun menjadi salah satu tampilan Kantor Camat Pringgasela Lombok Timur |
Kesulitan pemasaran kain tenun di Desa Pringgasela juga
dikeluhkan oleh pemilik Art Shop Tanak Gadang, Sustri Wardani. Ia menjelaskan
untuk pemasaran selain dilakukan di rumah, ia juga sering memanfaatkan media
online berupa sosial media facebook dan sejenisnya. ‘’Selain itu kita juga
sering ikut pameran,’’ katanya.
Sutri Wardani mengatakan, harus ada sinkronisasi antara
instansi pemerintah dan para pengelola art shop. Karena wisatawan akan datang
apabila ada yang dilirik. Untuk bantuan dari pemerintah, dijelaskan bahwa usaha
pribadi tidak ada bantuan dana. Bantuannya dalam bentuk pelatihan.
Selain pasar. Kesulitan yang dihadapi terkait dengan
memvariasikan motif oleh perajin. ‘’Motif
kita monoton tidak ada perubahan.
Meskipun demikian, untuk penjualan tetap jalan,’’jelasnya. Adapun untuk harga, dijelaskan bervariasi mulai
tergantung dari bahan, warna, motif dan ukuran dari kain tenun.
Hal senada disampaikan, M. Maliki, Ketua Kelompok Sentosa
Sasak Tenun Desa Pringgasela. Kelompok yang berdiri tahun 2000 dengan jumlah
anggota 60 orang ini, sering menerima bantuan dari pemerintah berupa, panci,
bak, kompor dan benang. Di mana kelompok tenun ini sekarang di bawah binaan
Bank Indonesia (BI). Dengan berada di bawah naungan BI, Maliki berharap
penjualan hasil kerajinan tenun memiliki progres yang cukup baik mengingat
kendala yang dihadapi saat ini dari segi pemasaran. ‘’Kita mengharapkan instansi
terkait maupun BUMN menjadikan kita binaannya,’’ujarnya.
|
Pewarnaan alami kain tenun Pringgasela Lombok Timur |
Maliki menjelaskan, menenun merupakan salah satu mata
mencarian, menjadi pekerjaan utama dalam penopang kehidupan. Pasalnya, hampir
semua rumah tangga yang ada di Desa Pringgasela memiliki alat menenun dan
menekuni pekerjaan ini. ‘’Menenun ini pekerjaan utama masyarakat khususnya
ibu-ibu sebagai penunjang perekonomian. Namun saat ini kita terkendala di pemasaran,’’
ujarnya.
Apabila pemasarannya bagus, menurut Maliki, maka kain
tenun dapat menjadi primadona dan bisa diandalkan sebagai penopang perekonomian masyarakat.
Terlebih Desa Pringgasela sudah menjadi desa wisata. Untuk kain tenun
Pringgasela sendiri, para perajin fokus menggunakan pewarna alam. ‘’Pewarna
alam tidak ada efek samping terhadap kulit. Ramah lingkungan dan mudah dicari.
Karena sumbernya dari kulit kayu banten, serabut kelapa dan juga daun ketapang,’’jelasnya.
Untuk kelompok Sentosa Sasak Tenun, sudah menjual hasil
kerajinan seperti ke Jakarta, Bontang, Kalimantan Timur dan ke Bali. Pameran juga
sering dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan untuk membumikan kain
tenun Pringgasela ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten
Lotim, mewacanakan penggunaan kain tenun menjadi seragam sekolah siswa dan
guru. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menggaungkan kain tenun Pringgasela. Termasuk ada wacana menjadikan tenun
Pringgasela sebagai seragam Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Setdakab Lotim.
|
Kain Tenun Pringgasela yang mempesona dan mendunia |
Di Kecamatan Pringgasela sendiri, terdapat kain tenun
yang dinamakan tunggul (umbul-umbul)
yang berusia sekitar 200 tahun. Tunggul
tersebut merupakan cikal bakal kain tenun Pringgasela yang dibuat oleh salah
satu tokoh agama setempat. Tunggul tersebut
saat ini masih disimpan oleh tokoh masyarakat di sana.
Tunggul
tersebut merupakan gabungan dari semua jenis dan motif kain tenun yang
berjumlah 20 lebih. Dalam pembuatan
tunggul itu tidaklah sembarangan mulai dari penentuan bunga kapas,
pemintalan secara manual, kemudian diwarnai secara alam. Bahkan sebelum
dibentuk, perajin harus berpuasa selama 40 hari karena biasanya digunakan untuk
ritual-ritual atau upacara adat tertentu.
Berbeda
halnya dengan sekarang, kain tenun sudah menjadi fashion. Kalaupun harus
menggunakan ritual adat, sabuk untuk khitanan, perajin dianjurkan untuk
berpuasa dari 3-4 hari. Bahkan bagi yang boleh menenunnya adalah orang-orang
tertentu. Artinya yang sudah bersih (selesai menstruasi). ‘’Tunggul di sini merupakan tunggul laki-laki, sementara untuk tunggul perempuan dipegang oleh keluarga
H. Syahdan, mantan Bupati Lotim di Rumbuk,’’ ujar Supawadi, anak tertua yang
memegang tunggul tersebut. (Yoni Ariadi Lombok Timur)