Cobek batu yang banyak dicari, meski teknologi blender makin modern, karena sensasi rasanya beda |
SEMAKIN modernnya teknologi membuat pekerjaan
masyarakat menjadi lebih praktis, seperti pekerjaan di dapur. Salah satunya
dengan adanya blender yang berguna untuk menghaluskan bumbu, yang dulunya
dilakukan dengan menggunakan cobek. Tetapi walau begitu, keberadaan cobek
terutama yang terbuat dari batu masih banyak dicari oleh masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh M. Hatib Sarbini, salah
satu pengepul cobek batu di Mispalah, Praya, yang mengatakan bahwa permintaan
cobek batu tetap tinggi. “Banyak yang berebut beli karena
sekarang sudah termasuk langka,” terangnya.
Ia yang baru 3 bulan ini menjadi penjual menambahkan
permintaan masyarakat yang tinggi, karena rasa bumbu yang dihasilkan
blender dan cobek berbeda. “Banyak yang bilang hasil dan rasanya beda, lebih enak
yang pakai cobek batu,” terangnya.
Cobek batu biasanya terbuat dari batu kali, batu
bukit, atau batu gunung yang memiliki karakteristik yang berbeda. “Kalau cobek
dari batu kali lebih kuat dia, sedangkan kalau pakai batu bukit lebih tipisan,”
jelas Atib.
Pembuat cobek di Pusuk Lombok Barat |
Proses pembuatan cobek pun cukup panjang hingga sampai
ke tangan konsumen. “Tempat pembuatannya di Pusuk sana, yang hanya tinggal 2
perajin yang masih bertahan,” terangnya.
Pembuatan cobek batu dimulai dari pemotongan batu
menjadi lempengan-lempengan kecil baru kemudian dibentuk. “Ukir batunya masih dilakukan
secara manual, karena keterbatasan modal, makanya belum pakai mesin,” kata
Atib.
Dalam sehari, perajin cobek bisa membuat sampai 4
cobek/hari. “Tapi tergantung pada kondisi si perajinnya, kalau ada halangan
bisa sampai semingguan jadi pesanan yang kita buat, soalnya kita juga rebutan
dengan yang lain,” terangnya.
Atib mengatakan prospek pasar cobek batu masih terbuka
lebar. Selain untuk penggunaan pribadi, juga banyak untuk kebutuhan rumah makan
atau restoran, karena
terkesan tradisionalnya. Meski permintaan banyak, ia mengaku sering menolak
permintaan pembeli karena stok barang dari perajin kurang. “Kita pesannya juga
lama, karena masih dikerjakan secara manual, mungkin kalau pakai mesin baru bisa
stok banyak,” tukasnya.
Cobek batu juga lebih diminati konsumen karena lebih
tahan lama dan perawatannya mudah. Harganya pun bervariasi tergantung ukuran,
mulai dari Rp 50 – 85 ribu. “Di pasaran kan banyak yang cobek
dari semen, untuk membedakannya dengan cobek batu rendam saja semalaman pasti
beda warnanya,” kata Atib.
Selain direndam, juga bisa dengan mencoba menggiling beras di cobek, jika warnanya berubah berarti itu cobek semen. “Pasaran cobek batu ini sudah sampai pulau Sumbawa sana, di sekitaran Lombok masih banyak yang berminat,” jelasnya. (Uul Efriyanti Prayoba)