Kerajinan bambu khas Loyok Lombok Timur |
KERAJINAN bambu di Lombok memiliki banyak
sentra yang dikenal sebagai daerah pembuat kerajinan dari tanaman satu ini.
Salah satunya adalah Desa
Loyok, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Desa ini sejak lama dikenal sebagai sentra
kerajinan bambu. Dahulunya, di desa ini kita akan mudah menemukan galeri atau art
shop yang banyak memajang kerajinan bambu produksi desa ini.
“Sejak bom Bali dulu, banyak art shop yang
tutup. Sekarang tinggal 6 art shop yang masih ada,” terang Baiq Nurul Aini,
pemilik D Art Shop saat ditemui Ekbis NTB,
Sabtu (1/4/2017).
Gantungan lampu dari bambu produksi perajin Loyok Lombok Timur |
Uyun, panggilan akrabnya, menerangkan
sebelum bom Bali terjadi, artshop di Loyok mengalami masa kejayaan, karena banyaknya kunjungan turis dan
pesanan dari Bali. “Sekarang pesanan sedikit. Yang beli palingan orang lokal,
kalau yang turis tetap ada,
tetapi tidak sebanyak yang dulu,” terangnya. Ia juga mengatakan kadang sampai 1
minggu atau lebih, tidak ada kunjungan turis ke Loyok.
Uyun menceritakan kunjungan turis ke Loyok
biasanya setelah mereka datang ke Tete Batu. “Kita banyak bekerja sama dengan
pemilik penginapan di Tete Batu yang banyak mengajak tamunya datang berkunjung
ke sini,”
akunya.
Piring dan tempat gelas dari bambu produksi dari Loyok Lombok Timur |
Sebagai sentra
kerajinan bambu, masih ada wisatawan yang berkunjung ke Loyok. Termasuk,
memesan kerajinan tangan yang terbuat dari bambu. “Tetapi kalau di galeri sendiri saya
hanya mengambil kerajinan dengan kualitas yang bagus. Bukan seperti yang dijual
di pasar,” jelasnya.
Kerajinan bambu di art shop miliknya, kata
Uyun, terbuat dari bambu tali yang memiliki kualitas bagus. Ada berbagai macam
kerajinan bambu yang dipajang,
seperti besek, gandek, tas bambu, gantungan lampu, dan lainnya. “Kalau dari
Bali banyak yang pesan besek putih dan tas. Sedangkan kalau sekarang yang
banyak diminati itu gandek, karena banyak digunakan untuk nikahan dan
nyongkolan,” jelasnya.
Kap lampu dari bambu produksi Loyok Lombok Timur |
Khusus untuk tas bambu, merupakan kreasi masyarakat
Loyok yang memadukan anyaman bambu dengan kain menjadi tas yang trendi. Begitu juga dengan kap lampu banyak dipakai untuk hotel atau
vila.
Harga yang ditawarkan untuk kerajinan
bambu ini bermacam-macam tergantung barangnya. Untuk gandek, dibanderol seharga
Rp 40 – 60 ribu, besek putih dihargai Rp 20 – 35 ribu sedangkan untuk besek
warna diharga Rp 75 ribu. Tas bambu dihargai Rp 65 ribu, sedangkan harga tas
pasar dihargai Rp 125 ribu.
Uyun berharap, sentra bambu Loyok bisa dipromosikan lebih
banyak lagi seperti desa wisata lainnya. “Biar ramai seperti dahulu. Soalnya di sini paling ramainya mulai dari Juli –
Agustus. Kalau awal tahun seperti ini sepi dia,” akunya. (uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment