Perajin rotan dan ketak di Beleka Lombok Tengah Lalu Burhanudin |
Rotan merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang
banyak digunakan sejak dahulu untuk berbagai keperluan. Bentuknya yang
memanjang dan mudah dibentuk menjadikannya pilihan tepat untuk membuat
kerajinan. Sedangkan ketak yang merupakan rumput hutan yang juga memiliki
beragam fungsi untuk kerajinan.
Di Lombok, sentra kerajinan rotan dan ketak atau roket
yang paling dikenal adalah Desa Beleka di Praya Timur, Lombok Tengah.
Menurut Lalu Burhanudin, pemilik Sasak Craft di
Beleka, menceritakan awal mula desanya dikenal sebagai sentra roket. “Awalnya
tahun 1970-an, orangtua dulu terpikirkan untuk memanfaatkan rotan yang banyak
tumbuh di sini. Kerajinan yang dibuat pun bentuknya masih sederhana,”
terangnya saat ditemui Ekbis NTB di
galerinya,
Sabtu (15/4/2017).
Produk roket (rotan dan ketak) dari Beleka Lombok Tengah |
Pemasaran kerajinan rotan, kata Burhanudin, sejak
tahun 1980-an mulai dipasarkan ke Bali. Saat memasarkan ke Bali harus
memikul dari Beleka menuju Bali. Namun, masa kejayaan kerajinan rotan di desa ini dimulai sejak tahun 1989, di mana Beleka dikenal sebagai
sentra kerajinan rotan.
Menurutnya, ukuran rotan yang
dipergunakan dalam membuat kerajinan tergantung produk yang akan dibuat. Rotan
yang dipergunakan mulai dari seukuran jari sampai seukuran jempol kaki, bahkan
lebih panjang.
Produk ketak Beleka Lombok Tengah |
Meski demikian, Burhanudin mengaku,
bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat kerajinan berasal dari luar daerah.
“Bahan baku rotan dan ketak kita beli dari
luar, seperti dari Kalimantan karena di sini sudah jarang ditemukan,”
terangnya.
Model-model kerajinan yang dulu hanya berbentuk
sederhana, kata Burhanudin, sekarang sudah mengalami peningkatan model dan
jenis sesuai perkembangan zaman. “Kita juga banyak dapat ide modelnya dari
pesanan pembeli,” tukasnya.
Ketak Beleka Lombok Tengah |
Begitu juga, variasi bahan yang digunakan juga bisa
dipilih konsumen tergantung selera. “Kalau dari segi kekuatan lebih kuat rotan,
tapi kalau dari segi seni banyak yang suka pakai ketak,” jelasnya.
Untuk itu, kerajinan yang dibuat
sebagian besar atau semua berbahan baku rotan dan ketak, terkadang dicampur dengan ketak. Tujuannya, untuk menjadikan
produk yang dibuat menarik dan tidak mengecewakan konsumen.
Ketak Beleka Lombok Tengah |
Dalam membuat satu produk, Burhanudin menjelaskan, tergantung
dari produk yang dibuat. Sebagai contoh, embuatan piring buah dari rotan bisa jadi dalam 1 hari
yang membutuhkan 2-3 rotan, sedangkan untuk vas bunga selesai dalam 2 hari.
“Yang paling sulit itu membuat kerajinan berbentuk persegi dibandingkan yang
bundar, karena
harus dipotong,” terangnya.
Harga kerajinan sendiri bervariasi tergantung model
dan jenis kerajinannya. Seperti tempat buah rotan harganya Rp 20 ribu,
sedangkan jika terbuat dari roket harganya Rp 30 ribu dan bahan ketak
semuanya dihargai
Rp 50 ribu.
Produk dari Ketak Beleka Lombok Tengah |
Mengenai selera pembeli, diakuinya,
wisatawan lokal
lebih menyukai model kerajinan rotan dan ketak, seperti peralatan rumah tangga,
sedangkan turis asing lebih suka model yang telah dimodifikasi.
Burhanudin sendiri mengaku sudah sering mengikuti
pameran untuk memperkenalkan kerajinannya. Bahkan, tanggal 26 April 2017 ini,
dirinya akan mengikuti pameran di JHCC untuk acara Inacraft.
Diakuinya, saat mengikuti pameran, kerajinan
ketak dan rotan dari Lomboklah yang paling diminati. Dari sering mengikuti pameran
tersebut, ia mengatakan mendapat
kerjasama dengan Timur Tengah untuk kerajinannya. “Mereka banyak pesan,
barangnya masih ada sampai sekarang,” tukasnya.
Pada bagian lain, Burhanudin mengaku, dirinya sering mendapat tawaran untuk pameran ke luar negeri, tetapi masih ditolaknya. “Kalau pameran ke luar negeri saya belum mampu karena di sana hanya stan saja yang ditanggung,” akunya. (uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment