Be Your Inspiration

Tuesday, 29 August 2017

Menikmati Sensasi Water Blow di Pantai Tunting Unting Lombok Tengah

Pantai Tunting Unting Lombok Tengah dengan sensasi water blow

Pantai Tunting Unting merupakan satu dari sekian pantai cukup menarik dan patut dikunjungi ketika berwisata di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Selain menawarkan panorama pantai yang indah khas daerah ini. Pantai ini juga menawarkan sensasi lain yang bisa dinikmati wisatawan, yakni sensasi water blow (hempasan air).

Water blow terjadi akibat adanya ombak besar yang menghantam tebing. Dan, kebetulan di Pantai Tunting Unting, sebagian besar pesisir pantaianya berupa tebing. Ditambah posisi pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas, sehingga rata-rata ombak yang datang cukup besar. Dengan ketinggian water blow bisa mencapai hingga 10 meter.

Untuk mencapai pantai yang masuk wilayah Desa Mekar Sari Kecamatan Praya Barat ini, bisa menggunakan sepeda motor hingga Pantai Semeti. Di sana kendaraan bisa dititip di rumah warga setempat dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. “Dari Pantai Semeti ke Pantai Tunting Unting ini kira-kira buruh waktu tempuh sekitar 2 jam dengan jalan kaki,” aku Sidik, salah satu pengunjung.

Water blow  Tunting Unting Beach Central Lombok is very beautiful

Cukup lama dan tentunya melelah memang. Tapi semua itu akan terobati dengan pemandangan indah serta sensasi yang bisa dihadirkan di pantai tersebut. Lagi pula, selama perjalanan juga tidak begitu panas. Karena hampir sebagian jalur berada di dalam kawasan hutan lindung.

Meski demikian, tetap butuh cukup perbekalan untuk bisa sampai ke Pantai Tunting Unting, terutama persediaan air yang dibawa harus cukup. “Persoalan utama selama perjalanan adalah sumber air yang minim. Jadi harus siap bekal air sejak awal perjalanan,” ujarnya.

Pantai ini masih belum banyak dikunjungi wisatawan, sehingga belum begitu dikenal. Kendati menawarkan nuansa yang berbeda dengan pantai-pantai lainnya di Loteng. Terlebih jalur menuju pantai sudah ada, sehingga wisatawan tidak perlu khawatir tersesat. Karena tinggal mengikuti jalur yang sudah ada.

Menurut pengakuan warga sekitar, di Pantai Tunting Unting juga sebagai salah satu tempat bertelur penyu. Hal itu dikarenakan warga sering menemukan sarang termasuk bekas telur penyu di pantai tersebut. Bahkan, sering kali ditemukan para pemburu telur penyu mendatangi pantai ini untuk berburu telur penyu.(Munakir/Lombok Tengah)


Share:

Sunday, 27 August 2017

Kelurahan Banjar dan Desa Lingsar Terbaik di Tingkat Nasional Tahun 2917

Lurah Banjar Kecamatan Ampenan Muzakkir Walad terima penghargaan di Jakarta beberapa waktu lalu

Kelurahan Banjar Kecamatan Ampenan Kota Mataram dan Desa Lingsar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat baru-baru ini dinobatkan sebagai desa dan kelurahan terbaik di ajang Lomba Desa dan Kelurahan Tingkat Nasional oleh Kementerian Dalam Negeri (16/08/2017). Lomba yang digelar pada tanggal 10-12 Agustus 2017 itu merupakan ajang tahunan untuk memilih desa atau kelurahan yang memiliki inovasi dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Kementerian Dalam Negeri, khusus di regional IV. Yakni bersama Provinsi Papua, Maluku dan NTT.

Terpilihnya kedua desa dan kelurahan itu berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Dalam Negeri Nomor 410-5638 tahun 2017. Dinobatkannya Kelurahan Banjar dan Desa Lingsar tersebut merupakan sejarah baru bagi Provinsi NTB, mengingat selama ini NTB belum pernah meraih predikat terbaik untuk kelurahan dan desa sekaligus. Bahkan tahun lalu, NTB hanya menempati urutan harapan untuk tingkat nasional.

Mantan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa dan Catatan Sipil, H. Rusman, selaku ketua Tim Pemilihan Kepala Desa dan Kelurahan Tingkat Provinsi NTB saat itu, menjelaskan Desa Lingsar dan Kelurahan Banjar telah mewakili NTB karena memiliki kelebihan dan keunggulan.

Desa Lingsar misalnya, memiliki sejumlah kelabihan yang menjadikannya desa tersebut sebagai juara tingkat nasional, yaitu memiliki radio konseling remaja, aplikasi sistem informasi desa dan pelayanan administrasi online, dimana masayakarat dapat mencetak (print) di rumah. Selain itu, Desa Lingsar memiliki inovasi web desa dengan jumlah pengunjung lebih dari 10.000, serta mengembangkan hot spot/internet gratis.

“Ini sudah melalui seleksi yang ketat di tingkat provinsi. Sehingga layak desa ini menjadi juara di tingkat nasional,” Jelas H. Rusman yang saat ini menjabat Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi NTB.

Untuk kelurahan, Banjar layak menjadi juara tingkat nasional mengingat keluaran ini sudah memiliki iovasi yang belum dimiliki oleh kelurahan lain. Yakni, kelurahan ini mengembangkan system aplikasi yang dikenal Sistem Informasi Manajemen Keluaran (SIMKEL) yang dapat mempercepat dan mempermudah pelayanan kepada masyarakat. Banjar juga memiliki program Ini Baru Banjar (IBRA) sebagai wadah yang dapat diimplementasikan dalam sebuah komunitas untuk peduli lingkungan dan kebersihan. System ini juga menyedikan kursus Bahasa Inggris gratis bagi pemuda.

Selain itu, Keluaran Banjar juga mengenmbangkan program LIBRA (Lumbung Informasi Bagi Warga) yang merupakan komunitas atau wadah masyarakat dengan membentuk rumah baca. Komunitas ini bertujuan sebagai wadah untuk menkreasi sampah dan wadah pendidikan non formal.

“Kelurahan Banjar memiliki keunikan, dengan sampah mereka bisa juara nasional,” tutur H. Rusman.

Kelurahan Banjar saat ini menjadi pusat bank sampah Provinsi NTB, atau yang dikenal Bank Sampah NTB Mandiri. Komunitas ini memiliki peran untuk memilih dan memilah sampah organic dan non organic yang kemudian diolah menjadi barang yang bernilai jual.

Dengan prestasi tersebut, Desa Lingsar dan Kelurahan Banjar mendapat hadiah uang pembinaan masing-masing sebesar 50 juta dari Kementerian Dalam Negeri. “Prestasi ini, menjadi motivasi bagi desa dan kelurahan lain di NTB untuk berinovasi membangun desa dan kelurahan,” harapnya. (Humas NTB)

Share:

GUBERNUR NTB RAIH BAZNAS AWARD 2017


Gubernur NTB Zainul Majdi menerima penghargaan dari Baznas RI sebagai Kepala Daerah Terbaik yang mendukung Kebangkitan Zakat Nasional di Jakarta, Jumat (25/8/2017)

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi menerima penghargaan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, sebagai kepala daerah terbaik se-Indonesia yang aktif mendukung kebangkitan Zakat Nasional  bersama Gubernur Banten.

Gubernur NTB menerima penghargaan itu pada malam puncak Baznas Award 2017 di Aula KH. Muh. Rasyidi Kantor kementerian agama RI, Jakarta, Jumat (25/08/2017). Penghargaan tersebut diserahkan Sekjen  Kemendagri, Dr. Ir. Yuswandi A. Temenggung didampingi Ketua BAZNAS RI, Bambang Sudibyo.

Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan Gubernur NTB dua periode itu  dinilai mampu manjaga komitmen untuk mendukung program Basnaz di daerah, khususnya dalam hal pengumpulan Zakat, Infaq dan Sedeqah.

Selain Gubernur, Baznas Provinsi NTB juga meraih penghargaan sebagai lembaga Amil Zakat dengan pertumbuhan pengumpulan ZIS terbaik se Indonesia. Diterima oleh Ir. H. Subhan, Wakil Ketua III Basnaz NTB. Bupati Lombok Tengah, juga meraih penghargaan sebagai bupati terbaik yang mendukung kebangkitan Zakat Nasional.

Ketua BAZNAS Republik Indonesia Bambang Sudibyo mengatakan bahwa Festival zakat dan baznas award ini, baru  kali pertama digelar dan merupakan rangkaian dari kegiatan untuk memperingati hari ulang tahun Republik Indonesia ke-72 bertajuk zakat untuk Indonesia.

Ia berharap kegiatan berskala nasional ini memberi dampak positif untuk terus menginspirasi dan mendukung program kebangkitan zakat di Indonesia dan bahkan di dunia. Mantan Mendiknas itu menegaskan bahwa tujuan digelarnya festival zakat dan baznas Award. Selain untuk mempererat tali silaturahim antar lembaga pemerintah dan nonpemerintah juga untuk meningkatkan semangat juang dalam meraih prestasi basnas sesuai visi dan misi baznas. Kegiatan ini juga diharapkan mampu memupuk semangat kebangsaan antar generasi untuk memperkuat ketahanan nasional menghadapi tantangan global, tegasnya.

Ketua Panitia Festival Zakat dan Baznas Award, H. Jaja Jaelani menyampaikan bahwa penganugerahan Baznas Award ini merupakan salah satu program untuk terus mendukung mewujudkan kebangkitan zakat nasional. Hadir saat itu sejumlah perwakilan kementerian dan lembaga Republik Indonesia duta besar negara asing gubernur dan walikota se-indonesia yang menerima penghargaan. (Humas NTB)

Share:

Friday, 25 August 2017

Lampu Dinding dan Lampu Tidur Unik Berkualitas Internasional dari Lombok Tengah

Lampu dinding dan lampu tidur khas Lombok Tengah berkualitas internasional.

Terinspirasi dari pengalamannya selama bekerja di luar daerah membuat M. Zainuri Hamka tidak mau hanya berdiam diri setelah pulang kampung. Untuk itu, pengusaha muda asal Praya Lombok Tengah ini berusaha memanfaatkan berbagai macam potensi yang ada di sekitarnya menjadi bahan berguna. Seperti menggunakan kerang, fiber, kayu, bambu dan lainnya.

MELIHAT banyaknya potensi yang ada di sekitarnya dan belum dikelola secara maksimal, sejak tahun 2010, M. Zainuri Hamka tertarik membuat aneka kreasi lampu gantung. Dari kreasi inilah dirinya mampu mendapatkan banyak pembeli dan orang tertarik membeli produknya,

“Kita punya ide kreatif berdasarkan pengalaman bekerja di perusahaan luar dan bekerja sebagai kepala gudangnya,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB di lokasi NTB Expo di Islamic Center, Kamis (3/8/2017).

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, M. Zainuri pun membuat lampu gantung dari berbagai bahan seperti kerang, fiber, kayu, bambu, dan lainnya. “Bisa dibilang, hanya saya satu-satunya di NTB yang membuat seperti ini,” ujar pemilik Purnama Shop Praya ini.

Untuk kerang, Zainuri memanfaatkan cangkang kerang yang banyak ditemukan di tempatnya. “Apalagi tempat saya berada di dekat Bendungan Batujai yang banyak nelayan mencari kerang di sana,” katanya.

Selama 7 tahun menekuni usaha ini sendiri, dirinya sudah membuat ratusan desain dan model lampu yang semuanya diminati pasar. “Kita menggunakan bahan dan warna yang natural, karena pasar di luar negeri lebih menyukai desain seperti itu,” ujarnya.
Kerajinan lampu tidur khas Lombok Tengah


Proses pembuatan lampu tidur dan lampu gantung sendiri tergantung dari desainnya. “Satu lampu membutuhkan waktu paling lama 1 minggu. Saya yang membuat desainnya, nanti pegawai saya yang membuatnya,” kata Zainuri.

Ada 2 jenis lampu yang dibuatnya, yaitu lampu indoor dan lampu outdoor yang menentukan kualitasnya. “Yang berbeda hanya di lemnya saja,” jelasnya.

Zainuri mengatakan, untuk NTB Expo ini dirinya mengeluarkan model lampu terbaru yaitu lampu gantung motif tenun khas Lombok. “Karena di sini banyak yang polos dan saya mengambil inisiatif menghiasnya dengan tenun,” ujarnya.

Ia juga menambahkan model lampu buatannya yang sedang digemari adalah lampu gantung tasbih. “Penjualannya sudah sampai di Australia,” terangnya. perawatan untuk lampu tidur dan gantung ini sendiri cukup mudah, cukup dibersihkan dengan vacuum cleaner.

Harga untuk lampu buatan Zainuri ini dibanderol mulai dari Rp 50 ribu – Rp 750 ribu tergantung ukuran dan model lampu. Untuk pemasaran lampu, selain menjual di Lombok, juga dipasarkan di artshop miliknya di Bali. “Kita setiap bulan selalu mengeluarkan poduk baru untuk lampu ini, lalu kita cek pasarnya di Bali,” katanya.

Lampu Gantung dari Lombok Tengah

Lampunya sudah dipasarkan sampai ke luar negeri, seperti Belanda, Australia, dan lainnya. “Potensi ekspornya sangat bagus terutama di luar negeri karena lampu itu dibutuhkan oleh semua orang,” ujarnya.

Pasaran lokal, kata Zainuri, hanya menyumbang 30% dari total pemasaran lampu buatannya. “Permasalahannya juga akibat persaingan dengan lampu-lampu buatan Vietnam dan Thailand,” akunya.

Selain itu, ia menambahkan pemasaran secara lokal terbebani dengan tingginya fee yang ditetapkan oleh para guide, tidak seperti di Bali. (Uul/Ekbis NTB)
Share:

Situs Tapak Kaki Raksasa dan Air Terjun Tiu Purit Lombok Utara yang Mempesona

Tapak kaki raksasa diduga situs sejarah yang ada di Dusun Tangga Kecamatan Kayangan Lombok Utara yang misterius. 

 Bagi pecinta wisata air terjun, kini mereka bisa mengakses alternatif kekayaan alam lain yang ada di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Selain air terjun Sendang Gile yang lebih dulu populer, KLU juga punya dua objek wisata baru di Kayangan. Air terjun apa saja itu?

SITUS Telapak Kaki dan 2 air terjun (Tiu Purit dan Air Terjun Arangan Balok), merupakan dua air terjun baru yang baru-baru ini dikembangkan masyarakat. Letaknya di Dusun Tangga, Desa Selengen, Kecamatan Kayangan. Dusun Tangga merupakan Dusun terdalam di Desa itu. Dulunya dusun ini merupakan langganan krisis air bersih. Namun berkat perjuangan dan kekompakan warga, kini 150-an KK dusun ini teraliri oleh pipa yang dibangun secara swadaya.

Pelan namun pasti, warga juga mulai mengembangkan potensi ekonominya. Dari hasil kebun/Hkm berupa kemiri, begitu juga potensi wisatanya. "Objek wisata ini sebenarnya sudah lama diketahui warga, namun baru kali ini kami membuka akses ke lokasi. Harapannya objek ini bisa menarik kunjungan wisatawan," ungkap mantan Kepala Dusun Tangga, Luji Hartono, Jumat (18/8/2017).

Untuk dimaklumi, menuju Dusun Tangga sedikit menantang. Jarak tempuhnya relatif. Untuk mencapai Dusun Tangga, pengunjung bisa masuk melalui pertigaan setelah Pasar Tradisional Tampes. Dari pertigaan pengunjung menempuh perjalanan sekitar 10 km atau lebih hingga ke Dusun Tangga.
Air terjun Tiu Purit  di Dusun Tangga Kayangan Lombok Utara

Sebagai dusun pedalaman, akses jalannya sedikit bergelombang. Aspal hotmix hanya melewati setengah perjalanan ke Dusun Tangga. Sebagian jalan lapen hancur terkelupas, bahkan tertimbun debu. Namun untuk mencapai akses ini, pengunjung masih bisa menggunakan kendaraan roda 4.
Setiba di Dusun Tangga, pengunjung bisa meminta bantuan Pokdarwis setempat sebagai guide. Dari titik Kantor Dusun Tangga, warga setidaknya harus menggunakan sepeda motor sejauh 4 km. 

Setelahnya perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 700 meter.  "Setelah 700 meter, kita akan jumpai Air Terjun Tiu Purit. Tetapi sebelum Tou Purit kita bisa mampir di Air Terjun Arangan Balok," ungkapnya.

Dusun Tangga juga menyimpan situs yang relatif baru diungkap oleh masyarakat. Yaitu, sebuah jejak atau bekas Telapak Kaki. Sekilas, jejak telapak kaki ini tidak biasa. Ukurannya hampir 4 sampai 5 kali ukuran kaki manusia normal. Dengan kedalaman antara 10-15 cm. Warga yang menemukan situasi ini, belum bisa menjawab misteri yang ada dari peninggalan sejarah tersebut. "Mungkinkah jejak tersebut bekas tapak kaki jin, atau manusia purba zaman dulu?," demikian pertanyaan yang masih menggantung di benak warga.

Selain Situs Tapak Kaki, seakan Dusun Tangga di zaman dulu memiliki peradaban. Terbukti dari deretan batu nisan atau kuburan yang jumlahnya tidak sedikit. Sebagian dari pekuburan ini bentuk dan susunannya sudah tidak teratur. Namun masih bisa dikenali bahwa batu-batu yang tersusun itu adalah murni kubur manusia. Saking lamanya, batu nisan ini terpaksa dijadikan jalur sepeda motor. Karena letaknya pun berada persis di punggung jalan.

"Kami sudah tanya ke orang yang paling tua di dusun ini, beliau menjawab tidak mengetahui asal usul dari kubur tersebut," imbuhnya. Warga menduga, kuburan tersebut milik nenek moyang. Membuktikan itu tentu harus melalui pembuktian ilmiah oleh ahlinya. "Kami harap ada ahli yang bersedia meneliti pekuburan ini, begitu juga tapak kaki, supaya kami bisa menjaga dan merawatnya sebagai bukti sejarah," demikian Luji Hartono.

Nah bagi Anda yang penasaran dengan jejak Tapak Kaki dan Air Terjun Dusun Tangga, warga dusun setempat akan dengan senang hati menyambut para pengujung. (Johari Lombok Utara)

Share:

Friday, 18 August 2017

PEMBUKAAN BULAN PESONA LOMBOK SUMBAWA 2017 DALAM GAMBAR

Ketua Tim Penggerak PKK NTB Hj. Erica Zainul Majdi berbicara dengan salah satu peserta Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017
Ketua Tim Penggerak PKK NTB Hj. Erica Zainul Majdi melakukan sebuah ritual adat pada prosesi Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017 di Mataram

Ketua Tim Penggerak PKK Hj. Erica Zainul Majdi mengabadikan momen Bulan Pesona Lonbok Sumbawa 2017
Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin bersalaman dengan salah satu peserta karnaval Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin memukul gendang beleq sebagai tanda pembukaan Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi memberikan sambutan pada pembukaan Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017

Dokumen Foto : Humas dan Protokol Setda NTB

Share:

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi Buka Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017

Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi memberikan sambutan pada pembukaan Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017

Gubernur NTB, Dr.TGH. M. Zainul Majdi mengajak seluruh masyarakat NTB menggali lebih dalam lagi, nilai -nilai dari agama dan kebudayaan sebagai modal dan sendi-sendi membangun NTB yang kental dengan budaya ke-islaman-nya. Karenanya,  Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab Gubernur NTB ini, meminta agar event tahunan bertajuk “Bulan Pesona Lombok Sumbawa (BPLS)” lebih menekankan aspek-aspek promosi yang bernuansa penguatan  agama dan kebudayaan daerah.

Dengan demikian, diharapkannya  festival  kebudayaan ini dapat menjadi filter terbaik dalam mencegah nilai-nilai asing yang bertentangan dengan jati diri bangsa dan masyarakat NTB yang religius. “Mari kita jadikan festival ini sebagai filter bagi masyarakat, khususnya generasi muda menghadapi perkembangan dunia yang semakin kompetitif ini,” ajak Gubernur Tuan Guru Bajang.

Ajakan tersebut disampaikan Gubernur TGB, saat membuka secara resmi BPLS  tahun 2017 yang ditandai pemukulan gendang beleq di Taman Sangkareang, Mataram, Jumat (18/8-2017). Pada saat itu, Gubernur TGB hadir didampingi Istri, Hj. Erica Zainul Majdi yang menggunakan busana adat Sasak. Juga hadir Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi NTB, di antaranya, Wakil Gubernur NTB beserta istri, Ketua DPRD NTB Hj. Baiq Isvie Rupaeda, Danrem 162 Wira Bhakti, Danlanal Mataram, Danlanud Rembiga. Hadir pula Wakil Walikota Mataram, Mohan Roliskana yang masing-masing juga menggunakan pakaian adat asli NTB yakni Sasak, Samawa dan Mbojo.

Lebih lanjut ditegaskan oleh Gubernur Tuan Guru Bajang bahwa beriman dan berbudaya adalah benteng terkuat dari modernitas kemajuan dunia. “Itulah sebabnya beriman dan berdaya saing menjadi visi yang senantiasa diusung dalam pembangunan Nusa Tenggara Barat,” terang gubernur dua periode itu. Sembari menegaskan bahwa promosi, inovasi dan kreasi pembangunan yang ramah budaya, akan membuat daeah kita  semakin atraktif untuk kunjugan wisatawan.
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi didampingi Hj. Erica Zainul Majdi dan Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin menyaksikan salah satu atraksi pada pembukaan Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017 di Kota Mataram
 BPLS merupakan festival yang dilaksanakan selama satu bulan penuh dari tanggal 18 Agustus 2017 hingga 16 September 2017, dengan  menyuguhkan kolaborasi seni tradisional dan modern di berbagai destinasi wisata di Lombok dan Sumbawa. Kemeriahan masyarakat menyambut event kebudayaan Lombok dan Sumbawa tersebut, tampak  dari kehadiran 1.500 peserta mengikuti pawai “Lombok Sumbawa Karnival” tahun 2017. Peserta pawai tersebut merupakan perwakilan dari 10 Kabupaten/Kota se- NTB dan juga paguyuban-paguyuban dari berbagai daerah lain di Indonesia yang ikut berpartisipasi.

Sebelumnya, di tempat yang sama, Asisten Deputi Pengembangan Segmen Bisnis Pasar dan Pemerintahan, Dr. Tazbir mengapresiasi komitmen Pemerintah Daerah Provinsi NTB dalam mempromosikan dan memajukan pariwisata NTB. “Dalam pantuan kami kontribusi NTB saat ini  tidak bisa dipungkiri dalam memajukan Pariwisata Nasional,”  jelasnya.

Salah satu contoh dari upaya Pemda NTB meningkatan  arus kunjungan wisata mancanegara, kata Tazbir seperti Charter flight dari korea yang  diharapkannya, pada saatnya nanti akan menjadi penerbangan reguler.  Sebanyak 28 acara utama dan 39 rangkaian acara disiapkan Pemprov Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk para wisatawan yang datang berkunjung ke Lombok dan Sumbawa dalam pelaksanaan BPLS. Diantaranya : Lombok Sumbawa Karnival, Lombok Sumbawa Night Exhibition, Festival Kota Tua Ampenan, Festival Pesona Mandalika, Parade Kemerdekaan Indonesia, Idul Adha Religious Night Festival, GFNY Indonesia 2017, Tunaq Inter Fishing Contest, Kaliantan Kite Festival, Festival Moyo, International Halal Travel Fair, Sembalun Holtikultura Festival, Festival Gili Tramena Begawe, Festival Senggigi, Festival Film Pendek, Lombok Sumbawa Photo Contest. (Marham/Humas NTB)

Share:

Tuesday, 15 August 2017

Ridwan Syah : Pemprov NTB Optimistis RPJMD Tercapai

Asisten II Setda NTB H. Chairul Mahsul dan Kepala Bappeda NTB H. Ridwan Syah

PEMPROV NTB optimistis target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2013-2018 bisa tercapai. Meski dihadapkan dengan sejumlah kendala, tidak menyurutkan langkah Pemprov NTB di bawah kepemimpinan Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan H. Muh. Amin, SH, MSi., melaksanakan program-program unggulan. Dalam RPJMD ada 31 indikator yang menjadi focus untuk dilaksanakan. Dari 31 indikator ini, 19 indikator atau 19 persen sudah  berhasil dilaksanakan, sementara  12 indikator atau 39 persen belum tercapai.
Demikian disampaikan Kepala Bappeda NTB Ir. H. Ridwan Syah, MSc, MM.TP., dalam jumpa pers di Ruang Rapat Sekda Kantor Gubernur NTB, Selasa (15/8). Hadir juga dalam jumpa pers ini, Asisten II Setda NTB H. Chairul Machsul, SH, MM, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTB H. Irnadi Kusuma.
‘’Kenapa alasan 12? Karena ada 2 belum dirilis BPS. Bukannya tidak tercapai, tapi angkanya belum masuk. Yang belum dirilis, pengeluaran per kapita dan indeks kualitas pengolahan lingkungan hidup,’’ ungkapnya.
Rumah miskin milik salah satu warga di Lingkungan Dasan Geres Gerung Lombok Barat

Meski demikian, pihaknya optimistis sisa yang masih belum tercapai akan bisa dituntaskan. Sementara dari dari 10 indikator ini, ada 4 yang membutuhkan kerja ekstra dari pemerintah provinsi. Pertama, masalah kemiskinan. Di mana, target di RPJMD, angka penurunan kemiskinan 1 persen tiap tahun. Pada rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan April, Pemprov sudah mencapai 16,07 persen.

‘’Sebenarnya target kita pada 2016 adalah 14,25 persen. Itu artinya, kita harus menyelesaikan, kalau mencapai target 2018 kita harus mencapai 12,25 persen, kita masih berutang, 3,07 persen,’’ terangnya.

 Selain itu, indikator lain usia harapan hidup, misalnya, prevalensi kurang gizi, buta huruf dari usia 15 tahun ke atas. Menurutnya, empat indikator ini saling berkaitan, karena kalau bicara kemiskinan, larinya ke arah pendidikan dan kesehatan, karena merujuk langsung tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Selain itu, ujarnya, masalah jalan provinsi mantap optimisis tercapai. Di RPJMD awal, panjang jalan provinsi mantap di angka 93 persen, tapi pihaknya merevisi menjadi 83 persen, karena tidak mungkin tercapai. Apalagi ada 300 km jalan provinsi mantap yang beralih status menjadi  jalan nasional. ‘’Seandainya jalan itu berstatus jalan provinsi, insyaallah, kita nyampai. Sehingga panjang jalan kita itu menjadi berkurang dan yang berkurang itu adalah yang mantap,’’ tambahnya.

Sehingga dengan alasan itu, pihaknya melakukan revisi. Untuk mengejar itu, pihaknya sudah menganggarkan jalan provinsi tahun jamak tahun 2017-2018 sebesar Rp 650 miliar. Dari hitungan-hitungan itu, pihaknya optimis kemantapan provinsi ini bisa sesuai harapan. Itu artinya, seluruh jalan provinsi yang strategis, termasuk lingkar utara di Pulau Sumbawa – lingkar Tambora, termasuk jalan lingkar selatan Pulau Lombok dan Sumbawa bisa mantap.

‘’Ada juga ada indikator lain, yang diusahakan, yakni pendaftaran HAKI. Tinggal didaftarkan saja. Indikator lain, PAD juga bias tercapai,’’ terangnya.

Laju pertumbuhan investasi juga jadi prioritas. Pihaknya yakin dengan perkembangan proyek di Mandalika bisa tercapai. Empat ini yang agak berat, tapi pihaknya akan berupaya. Namun, ada beberapa indkkator yang tidak ada kendalinya di provinsi. Ada di luar faktor-faktor eksternal yang bukan merupakan kewenangan gubernur menjadi penyebab, seperti penghapusan subsidi listrik 900 KVA. ‘’Itu berpengaruh sekali terhadap kemiskinan,’’ ujarnya.

Tidak hanya itu, terjadi bencana alam di beberapa daerah, termasuk di Bima, Sumbawa dan lainnya, karena sesungguhnya, kalau melihat angka yang dikeluarkan TNP2K dan BPS, yang fokus itu, bukan hanya miskin, tapi rentan miskin, karena batas miskin dan hampir miskin itu tipis. Tipis sekali. Jadi ada 2,4 juta penduduk NTB yang miskin dan hampir miskin dan inilah yang kita fokus untuk kita berikan sentuhan program. Karena dari hasil penelitian TNP2K, bahwa orang miskin di tahun 2017 itu adalah orang yang 50 persen sebelumnya tidak miskin. Jadi sebelumnya tidak miskin. Artinya, yang tadinya rentan miskin menjadi miskin, bergeser statusnya menjadi miskin. Dan ini kita fokuskan, termasuk tingkat kedalaman dan tingkat keparahannya, karena ini ketimpangan.


Soal kemiskinan, ujarnya, TNP2K memilih 2 provinsi untuk pilot project, yakni Sumatera Selatan dan NTB. Dipilih dua kabupaten, yakni Dompu dan Kabupaten Lombok Utara. Tujuannya mencari model untuk menyusun model penurunan angka kemiskinan. Ternyata biaya yang tinggi untuk penurunan kemiskinan belum menjamin penurunan kemiskinan angka kemiskinan. Ini terjadi di seluruh Indonesia, bukan hanya di NTB. (Marham)
Share:

Monday, 14 August 2017

Berkreasi Buat Lampu Dinding Cantik dari Pipa Paralon

Perajin lampu dari pipa paralon di Karang Kemong Cakranegara Kota Mataram

IDE kreatif seseorang bisa datang secara kebetulan dengan melihat sesuatu benda di sekitarnya. Seperti yang dilakukan oleh Muhammad Khota yang terinspirasi membuat kerajinan dari pipa paralon.


“Idenya setelah melihat mertua yang memiliki sisa paralon air yang terbuang sia-sia, makanya saya terpikir membuat kerajinan dari itu,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB di Karang Kemong, Cakranegara, Rabu (26/7/2017).

Dirinya mulai membuat kap lampu dinding dari paralon bulan April 2017. Namun, ide membuat kap lampu dinding sudah ada sejak Februari. Sebelum membuat kap lampu paralon ini, dirinya lebih dahulu membuat kerajinan ukiran menggunakan gabus.


Untuk membuat satu buah kap lampu dinding, Khota biasanya menggunakan pipa paralon berukuran 3 - 4 inchi. “Tetapi yang paling tepat digunakan yang berukuran 4 inchi karena diameternya lebih besar,” ujar pria 45 tahun ini.
Lampu dari pipa paralon buatan Karang Kemong Cakranegara Kota Mataram

Panjang kap lampu yang dibuat berukuran 35 cm yang kemudian diberikan berbagai macam ukiran untuk mempercantik tampilan. “Yang paling banyak saya buat adalah ukiran kaligrafi, hewan, sketsa, sesuai pesanan yang diinginkan pembeli,” katanya.

Dari semua jenis ukiran tersebut, yang paling diminati konsumen adalah ukiran sketsa, terutama sketsa diri sendiri. “Mengukir di paralon itu sama seperti mengukir di kayu dan gabus, membutuhkan keterampilan seni,” kata Khota.

Dalam membuat kap lampu paralon ini, ia dibantu oleh anak keduanya, Bagus Septianto, yang masih duduk di bangku SMK. “Agar nantinya ada yang melanjutkan usaha ini, juga karena dia memiliki kemampuan,” tukasnya.

Khota dan Bagus bisa menyelesaikan 1 buah kap lampu dalam waktu 3 jam saja. Untuk mempercepat proses pembuatan, dirinya membuat alat khusus agar proses mengukirnya menjadi mudah dan tidak memakan waktu yang lama.


Untuk mengukir sendiri, ia menggunakan alat ukir khusus. sehingga hasilnya terlihat rapi. “Paralon yang kita gunakan untuk kap lampu ini bukan paralon bekas, karena saya belum tahu di sini di mana bisa mendapatkannya,” jelasnya.

Harga untuk 1 kap lampu paralon ini sendiri berkisar antara Rp 125 – 150 ribu tergantung jenis ukiran dan lampu yang digunakan. Sementara ini, Khota menjual barang produksinya hanya melalui sosial media atau melalui pembeli yang sudah tahu sebelumnya. “Karena produksinya yang masih terbatas akibat mahalnya harga bahan baku, jadi belum sempat untuk promo ke toko oleh-oleh,” katanya. Selain itu, keterbatasan alat produksi menjadi kendalanya dalam membuat produk lebih banyak lagi. Tetapi produk kap lampunya ini sudah dikirim sampai Bandung.

“Tanggapan masyarakat sangat bagus akan produk ini. Karena kita pernah jualan di Sangkareang banyak yang terjual,” jelasnya.

Untuk itu, ia ingin ke depannya bisa memajukan usahanya kerajinannya ini. “Saya berencana membuat berbagai macam model dan bentuk kerajinan dari paralon ini sehingga bisa menjadi oleh-oleh khas Lombok,” tutupnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

Menghidupkan Kembali Topeng Labuapi Lombok Barat yang Nyaris Punah

Buat Topeng Labuapi Lombok Barat NTB

Memasuki Dusun Labuapi Utara, Desa Labuapi Lombok Barat (Lobar), terlihat aktivitas warga yang sedang mengukir kayu menjadi topeng. Ada juga yang bertugas mengamplas ukiran topeng tadi agar lebih halus yang biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Di Lombok, Labuapi sudah lama dikenal sebagai sentra pembuatan topeng terbaik.

Salah satu pembuat topeng, Rubai’i, mengaku, kerajinan topeng di daerahnya berkembang sejak tahun 1990-an. “Awalnya saya kerja sama orang, baru kemudian buat usaha sendiri,” ujarnya saat ditemui Ekbis NTB beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan, jika dirinya termasuk yang paling akhir terjun membuat topeng. “Jadi pas saya mulai buat, orang-orang di sini memang sudah mahir buat,” akunya.

Topeng Labuapi Lombok Barat NTB

Model topeng khas Lombok sendiri berbeda dengan topeng-topeng dari daerah lain. Kalau dari daerah lain, matanya terbuka tetapi kalau Lombok matanya tertutup dan mulutnya terbuka dengan ukuran yang memanjang. Ia menambahkan jika ada konsumen yang meminta dibuatkan model lain, baru dibuat. “Ada juga topeng yang dibuat hanya sampai setengah mulutnya dan ditambahkan gigi. Itu untuk pementasan cupak gerantang, tapi sekarang sudah jarang,” tuturnya.

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan topeng adalah kayu. Apalagi hasil pembuatan topeng ini untuk diekspor ke beberapa negara tujuan. “Di sini kita buat topeng yang kualitas super. Ukuran dan bentuk kayu menentukan kualitasnya,” kata Ruba’i.

Perajin lainnya, Salman, menambahkan jika topeng biasanya terbuat dari kayu mahoni, kayu bajur dan kelapa. Menurutnya, yang paling bagus adalah kayu mahoni. ‘’Bajur juga bagus, yang beda hanya di seratnya saja,” ujarnya.

Dalam menyelesaikan 1 buah topeng berukuran 100 cm, Salman mengaku bisa menyelesaikan dalam kurun waktu 1 jam saja. Sementara topeng yang dibuat hanya 3 buah per hari. Adapun topeng yang paling kecil ukurannya adalah topeng berukuran 8 x 25 cm, sedangkan ukuran paling besar bisa mencapai 2 meter. ‘’Tetapi yang paing banyak diminati di sini yang ukuran 35 cm x 2 meter,” jelasnya.

Biasanya topeng buatannya digunakan sebagai pajangan rumah, kantor, maupun hotel. Harganya beragam, mulai dari Rp 12.500 – Rp 250.000 untuk topeng yang masih berbentuk setengah jadi.  “Sedangkan kalau sudah jadi harganya bisa sampai Rp 1,5 juta,” katanya.

Pemasaran topeng Labuapi sudah merambah skala nasional bahkan sampai luar negeri. Setiap 3 bulan sekali mereka mengirim ke Bali dengan omzet Rp 80 juta Rp 100 juta setiap kali pengiriman. Sementara untuk pasaran luar negeri, ia pernah mengirim ke Prancis bahkan sampai Jamaika. “Setelah bom Bali penjualan kita sempat menurun. Baru-baru ini banyak yang cari kembali,” ujarnya.

Ia menambahkan dulu setiap bulannya bisa mendapat keuntungan penjualan sampai Rp 25 juta. “Pasarnya masih ada, tetapi sekarang pengepulnya yang sedikit,” tukasnya.

Ruba’i juga menambahkan permasalahan yang dihadapi sekarang adalah mahalnya harga kayu. “Dulu harga 1 truk kayu hanya Rp 1 juta, tetapi sekarang beli 2 carry harganya Rp 5 juta,” ujarnya. Apalagi sekarang kayu yang dijual harus memiliki izin jual baru bisa dikirim. “Biasanya kita dapat kayu dari Lombok Tengah atau Sesaot. Sekarang kayu sudah sedikit jumlahnya,” tukasnya. (Uul Efriyanto Prayoba/Ekbis NTB)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive