Buat Topeng Labuapi Lombok Barat NTB |
Memasuki Dusun Labuapi Utara, Desa Labuapi Lombok Barat
(Lobar), terlihat aktivitas warga yang
sedang mengukir kayu menjadi topeng. Ada juga yang bertugas mengamplas ukiran
topeng tadi agar lebih halus yang biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Di
Lombok, Labuapi sudah lama dikenal sebagai sentra pembuatan topeng terbaik.
Salah satu pembuat topeng, Rubai’i, mengaku, kerajinan topeng di daerahnya
berkembang sejak tahun 1990-an. “Awalnya saya kerja sama orang, baru kemudian
buat usaha sendiri,” ujarnya saat ditemui Ekbis
NTB beberapa waktu lalu.
Ia menuturkan, jika dirinya termasuk yang paling akhir
terjun membuat topeng. “Jadi pas saya mulai buat, orang-orang di sini memang sudah mahir
buat,” akunya.
Topeng Labuapi Lombok Barat NTB |
Model topeng khas Lombok sendiri berbeda dengan
topeng-topeng dari daerah lain. Kalau dari daerah lain, matanya terbuka tetapi
kalau Lombok matanya tertutup dan mulutnya terbuka dengan ukuran yang
memanjang. Ia menambahkan jika ada konsumen yang meminta dibuatkan model lain, baru dibuat.
“Ada juga topeng yang dibuat hanya sampai setengah mulutnya dan ditambahkan
gigi. Itu untuk pementasan cupak gerantang, tapi sekarang sudah jarang,”
tuturnya.
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan topeng
adalah kayu. Apalagi hasil pembuatan topeng ini untuk diekspor ke beberapa negara
tujuan. “Di sini kita buat topeng yang
kualitas super. Ukuran dan bentuk kayu menentukan kualitasnya,” kata Ruba’i.
Perajin lainnya, Salman, menambahkan jika topeng
biasanya terbuat dari kayu mahoni, kayu bajur dan kelapa. Menurutnya, yang paling bagus adalah kayu mahoni. ‘’Bajur juga bagus, yang beda
hanya di seratnya saja,” ujarnya.
Dalam menyelesaikan 1 buah topeng
berukuran 100 cm, Salman mengaku bisa menyelesaikan dalam kurun waktu 1 jam saja. Sementara
topeng yang dibuat hanya 3 buah per hari. Adapun topeng yang paling kecil ukurannya adalah
topeng berukuran
8 x 25 cm, sedangkan ukuran
paling besar bisa mencapai 2 meter. ‘’Tetapi yang paing banyak diminati di sini yang ukuran 35 cm x 2
meter,” jelasnya.
Biasanya topeng buatannya digunakan sebagai pajangan
rumah, kantor, maupun hotel. Harganya beragam, mulai dari Rp 12.500 – Rp 250.000 untuk topeng yang
masih berbentuk setengah jadi. “Sedangkan kalau sudah jadi harganya bisa sampai
Rp 1,5 juta,” katanya.
Pemasaran topeng Labuapi sudah merambah skala nasional
bahkan sampai luar negeri. Setiap 3 bulan sekali mereka mengirim ke Bali dengan omzet Rp 80 juta – Rp 100 juta setiap kali
pengiriman. Sementara untuk pasaran luar negeri, ia pernah mengirim ke Prancis bahkan sampai
Jamaika. “Setelah bom Bali penjualan kita sempat menurun. Baru-baru ini banyak
yang cari kembali,” ujarnya.
Ia menambahkan dulu setiap bulannya bisa mendapat
keuntungan penjualan sampai Rp 25 juta. “Pasarnya masih ada, tetapi sekarang
pengepulnya yang sedikit,” tukasnya.
Ruba’i juga menambahkan permasalahan yang dihadapi
sekarang adalah mahalnya harga kayu. “Dulu harga 1 truk kayu hanya Rp 1 juta,
tetapi sekarang beli 2 carry harganya Rp 5 juta,” ujarnya. Apalagi sekarang
kayu yang dijual harus memiliki izin jual baru bisa dikirim. “Biasanya kita
dapat kayu dari Lombok Tengah atau Sesaot. Sekarang kayu sudah sedikit
jumlahnya,” tukasnya. (Uul Efriyanto Prayoba/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment