Aisyah Odist menunjukkan tas berbahan ban dalam bekas. Tas ini diekspor ke beberapa negara di Eropa dan Amerika |
SAMPAH tak selamanya membawa petaka. Bagi mereka yang
kreatif dan punya ide-ide besar, sampah adalah berkah. Kreativitas mengolah
sampah bisa dilakukan tanpa batas. Bahkan sebagian besar orang yang bergelut
menangani sampah ini menjadi jutawan.
Adalah Siti Aisyah, dari Bank Sampah NTB Mandiri bisa melakukannya. Bahkan ia
menjadi eksportir hasil-hasil kerajinan dari sampah yang selama ini dipandang
sebelah mata oleh banyak orang. Bank Sampah NTB Mandiri yang berbasis di ujung
gang Kantor PLN Area Mataram atau Lingkungan Selaparang, Kelurahan Banjar,
Ampenan telah sejak berdiri beberapa tahun lalu. Pola yang dikembangkan Bank
Sampah NTB Mandiri ini bahkan telah menjadi sistem menuju Zero Waste atau NTB bebas sampah sejak lama.
NTB Zero Waste
menjadi cita-cita dan program besar Gubernur dan Wakil Gubernur, Dr. H. Zulkieflimansyah,
SE., MSc., dan Dr. Hj. Sitti Rohmi
Djalilah, MPd. Sejatinya, program ini juga telah lama dikembangkan oleh Siti
Aisyah. Meskipun, lingkupnya sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Mengunjungi Bank Sampah NTB Mandiri. Kita dapat menjumpai
beragam produk turunan yang dihasilkan oleh tangan-tangan kreatif di bawah brand
Eco Lombok Craft. Sampah disulap
menjadi tas, taplak meja, gantungan kunci, tempat tisu, tikar, bahkan keranjang
sampah. Harga jualnya boleh dibilang menggiurkan. Dari puluhan ribu, hingga
jutaan rupiah untuk satu produk.
Empat orang yang dipekerjakan di Eco Lombok Craft terlihat sibuk menyelesaikan tugasnya
masing-masing saat Ekbis NTB berkunjung
akhir pekan kemarin. Ada yang memilah-milah sampah, ada yang menggunting, ada
yang melipat, ada juga yang menjahitnya.
Kerajinan dari sampah hasil karya Aisyah Odist |
Hingga terbentuklah sebuah produk hasil kerajinan. Umumnya,
sampah yang diolah di sini adalah sampah dari bungkus plastik. Ada juga dari
botol-botol, baik botol plastik maupun botol kaca. Ada juga sampah dari bungkus
semen dan ban dalam bekas.
Hebatnya, mereka yang menjadi motor penggerak yang terlibat
dalam aktivitas mengolah sampah menjadi rupiah ini umumnya perempuan. Rata-rata
adalah penyandang disabilitas. Dari ketekunan mereka, lahirnya produk-produk
sampah bernilai jual tinggi.
Tentu sampah tidak murni diolah dari komponen bahan baku
sampah. Para kreator ini memadukan bahan-bahan lain menjadi sebuah produk
bernilai jual tinggi.
Siti Aisyah atau lebih dikenal dengan nama Aisyah Odist
menyebut, sampah adalah nol. Jika dilihat sebagai sampah, dia tetap akan
menjadi nol. Maka, diperlukan ide untuk menjadikan angka di atas nol. Misalnya,
botol dapat dilukis warna –warni agar ia menjadi botol unik untuk pot atau
hiasan.
‘’Sehingga sampah ini dijual dalam bentuk ide dan kreativitas.
Tidak dijual dalam bentuk sampah.
Harganya sama saja nol,’’ kata pegiat lingkungan ini.
Sampah-sampah ia dapatkan dari masyarakat sekitar.
Sebelumnya, ia menerima sampah dari manapun. Lantaran banyaknya sampah yang
masuk, lingkup Bank Sampah NTB Mandiri hanya menangani sampah yang disetorkan
oleh masyarakat di lingkungan sekitar.
Sekilo sampah yang dalam bentuk plastik dari kemasan sachetan,
dihargakan Rp10.000. Hasil penjualan sampah ini dimasukkan ke buku tabungan
yang telah dibuatkan. Dapat diambil kapanpun. Dari aktivitas bank sampah ini,
omzet yang berputar di angka Rp50-an juta sebulan. Dari perputaran omzet ini
juga, beberapa pekerja dari penyandang disabilitas mendapatkan gaji bulanan.
Hasil penjualan produk turunan sampah yang dibuat di Eco Lombok Craft, kemudian dijual di pasar
lokal. Bahkan ada yang sudah dipasarkan ke luar negeri. NTB ini menurut Aisyah
memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan andalan sektor pariwisatanya.
Sampahpun bisa dijual, asal dikemas dengan kreatif.
Dompet dari sampah hasil karya Aisyah Odist |
Eco Craft Lombok
memiliki produk sampah best seller.
Ragam tas yang dibuat dari bahan ban dalam bekas. Bentuknya unik, modelnya tak
kalah modern. Jangan dibandingkan kekuatannya dengan tas-tas yang dibuat
pabrikan. Tas-tas dari ban dalam bekas ini tak nampak lagi seperti ban bekas.
Apalagi dilihat sekilas.
Ban dalam bekas di antaranya dibuat menjadi tas pinggang,
tas laptop, ada juga tas kamera dan baru dibuat dalam bentuk dompet. Kata Aisyah, tas-tas inilah itulah yang
dipesan oleh pembeli dari beberapa negara di Eropa. Seperti Jamaika, Belanda,
Jerman, termasuk juga Australia. Permintaannya rutin. Dalam sekali permintaan,
satu pemesan bisa mencapai 80 sampai 100 pcs. Harganya, mulai dari
Rp100.000/pcs hingga Rp500.000/pcs.
Tas-tas ini dibuat dengan selera pasar modern. Tetapi tetap
terlihat unik. Itulah yang membuat tas dari sampah ini melenggang ke luar
negeri.
Tas-tas dari ban bekas
ini dijual tetap atas nama produk Lombok. Aisyah berencana akan
mengembangkannya menjadi beragam produk turunan. Proses pembuatannya juga tak
memerlukan teknologi yang canggih. Modalnya hanya ide yang kemudian
dikombinasikan menjadi sebuah produk hanya dengan bantuan mesin jahit. Ikhtiar
Aisyah, melalui karya dan idenya ini, ia ingin mempromosikan Lombok, NTB
sebagai daerah pariwisata. Sejauh ini, mereka yang datang dan berbelanja tak
jarang adalah bule-bule yang melancong.
Program Zero Waste
yang dicanangkan pasangan Zul-Rohmi, merupakan program hebat. Tetapi harus didukung
semua pihak. Menurutnya, ide tersebut harus dilakukan berkelanjutan. Ketika ia
hanya menjadi program, maka programnyapun akan berakhir sampai masa
kepemimpinan.
Mengajarkan masyarakat untuk sadar akan sampah dan
pengolahannya bukan pekerjaan mudah. Karena itu, Aisyah mengatakan harus dibuat
menjadi sistem. Salah satunya menjadikan sampah sebagai rupiah melalui Bank
Sampah.
‘’Masyarakat, kalau didorong juga akan lebih cepat merespons,
diajak secara ekonomis. Caranya tetap sistemnya jual beli dengan konsep Bank
Sampah,’’ ujarnya.
Program Zero Waste
juga optimis menurutnya bisa dilaksanakan. Dan akan berdampak dalam jangka
panjang, tidak sebatas pada program selama dipimpin kepala daerah pencetus ide.
Sarannya, penanganan sampah dilakukan dari level pendidikan usia dini. Serta
memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan.
‘’Mendidik masyarakat butuh puluhan tahun. Karena itu, harus
dibiasakan dan diikat melalui jalur pendidikan. Negara majupun tidak singkat
menangani sampah,’’ demikian Aisyah. (Bulkaini/Ekbis NTB)
1 komentar:
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Post a Comment