Patung Franky dari tanduk kerbau khas Lombok |
KREATIVITAS memang bisa datang dari mana saja. Apalagi jika sedang dalam
kondisi terdesak. Seperti yang dialami I Made Sudi Adnyana, seorang pengukir
yang membuat patung dari tanduk kerbau atau oleh wisatawan asing
menyebutnya dengan Patung Franky.
Ida Sudi – nama panggilannya sudah menekuni dunia mengukir
sejak tahun 1985 ini. Dirinya memulai pekerjaan membuat patung dari
tanduk, karena menyukai
seni. Belum lagi, kebutuhan hidup setelah menikah semakin meningkat membuat
dirinya fokus mengerjakan usahanya.
“Apalagi setelah menikah, kebutuhan menjadi semakin
banyak sehingga pekerjaan ini menjadi fokus utama,” terangnya saat ditemui di kawasan Sweta Cakranegara, Kamis
(16/2/2017). Diakuinya, ada dua bahan yang menjadi andalannya
untuk diukir menjadi kerajinan, yaitu kayu dan tanduk kerbau. “Sekarang yang
paling banyak diminati memang yang patung tulang ini,” terangnya. Tanduk kerbau
diperolehnya dari Lombok Timur dan Mataram.
Pembuatan Patung Franky di Sweta Mataram Lombok |
Patung tulang yang dikenal dengan patung Franky oleh
wisatawan mancanegara cukup banyak diminati. Patung Franky ini dibuat dengan berbagai macam
gaya, seperti menutup mata, telinga, mulut dan pancaindra lainnya. “Para bule
itu tidak mau beli kalau tidak ada filosofinya. Jadi makna patung ini, kalau
dia menutup mulut, tidak boleh berbicara jelek, kalau menutup mata tidak boleh
melihat yang buruk, tutup telinga tidak boleh mendengar yang buruk,” terangnya.
Patung Franky, katanya, belum ada dibuat oleh perajin lain, selain dirinya dan
kelompoknya. “Di Bali saja banyak yang pesan, karena di sana belum ada yang buat,”
terangnya. Selain patung Franky, ada juga tempat obat dari tanduk
kerbau yang unik karena motif ukirannya yang rumit. “Tempat obat ini digunakan
untuk menyimpan obat. Buatnya lebih sulit dibandingkan patung karena ngukirnya
yang lama,” terangnya.
Patung Franky dengan berbagai gaya dan ekspresi |
Pembuatan patung Franky ini tidak membutuhkan waktu
lama, seperti
pembuatan tempat obat tersebut. “Sehari, bisa jadi 3 patung. Kalau yang tempat
obat cuman jadi 1 buah/hari karena
ukirannya,” terangnya.
Jadi tidak heran, harga jual patung dan tempat obat
ini lumayan mahal. “Kalau patung Franky ukuran kecil harganya Rp 60 ribu,
sedangkan yang besar harganya Rp 80 ribu. Kalau tempat obat sendiri harganya Rp
200 ribu tergantung modalnya,” katanya.
Pemasaran patung dan tempat obat ini sendiri sudah menyasar tempat wisata seperti di Senggigi dan Gili karena sudah ada pengepulnya. “Pesanan ramai biasanya di bulan-bulan liburan seperti Desember, Agustus, dan Maret,” ujarnya, seraya berharap, kerajinannya ini bisa dibantu oleh dinas terkait untuk pemasarannya. (Uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment