Be Your Inspiration

Friday, 12 April 2019

Kerajinan Roket Lombok Tengah Tidak Terpengaruh Kondisi Pariwisata


Salah satu perajin rotan dan ketak di Desa Lajut Lombok Tengah. Pesanan hasil kerajinan terus mengalir, meski kondisi pariwisata belum pulih.
SELAMA ini keberadaan Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah (Loteng) sebagai penghasil kerajinan ekonomi kreatif belum banyak dikenal orang. Padahal hasil kerajinan tangan dari desa ini, seperti tas, piring, keranjang dari rotan dan ketak banyak menghiasi artshop yang ada di Lombok dan Bali. Gempa yang terjadi beberapa waktu lalu dan minimnya kunjungan wisatawan tidak berpengaruh terhadap pesanan produk kerajinan.



Pemilik modal atau pengepul cukup mendrop bahan berupa rotan dan ketak (roket), nanti setelah jadi tinggal diambil dan dijual dengan harga lebih mahal. Warga yang selama ini menjadikan membuat tas, piring dan keranjang dari rotan dan ketak sebagai pekerjaan sampingan. Sementara pekerjaan utama mereka adalah bertani atau profesi lainnya.

"Terkadang kalau tidak ada pekerjaan di sawah, kami dari fokus buat kerajinan dari rotan. Tapi kalau ada kerjaan di sawah, setelah pulang baru kami buat kerajinan," tutur Inaq Muslimah, salah seorang perajin dari Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah, Selasa (2/4/2019).

Sebagai salah satu perajin rotan dan ketak di desanya, dirinya tidak susah mendapatkan bahan untuk membuat berbagai macam jenis kerajinan sesuai pesanan. Bahan baku seperti rotan dan ketak sudah disediakan oleh pengepul untuk dibuat sejumlah kerajinan tangan sesuai pesanan. Apalagi, setiap kerajinan yang dibuat sudah dipesan dan  perajin tinggal membuat sebanyak yang dia mampu.



"Semakin banyak yang kita buat, semakin banyak kita dapat uang. Kalau yang sudah mahir bisa membuat 2 piring atau lebih dalam sehari. Tapi kalau tas bisa 1  buah. Tergantung dari orangnya yang buat," tuturnya.

Terkait harga atau upah setiap satu jenis kerajinan, tuturnya, tergantung dari sulit atau mudahnya membuat kerajinan. Dia mencontohkan, harga 1 piring dari rotan diambil Rp16.000. Begitu juga tas dari ketak di atas Rp50.000 atau harga tergantung kesulitan dalam membuat produk. Semakin sulit membuat sebuah kerajinan, semakin mahal harga yang diambil pihak pemesan barang.  ‘’Kalau harga yang mereka jual saya tidak tahu, tapi kami dibeli sesuai dengan tingkat kesulitan pembuatan,’’ tambahnya.

Pada bagian lain, Inaq Muslimah mengakui, jika gempa dan kondisi pariwisata sekarang ini belum begitu berpengaruh terhadap adanya pesanan pembuatan hasil kerajinan di desanya. Dalam hal ini, perajin di desanya, termasuk dirinya menerima pesanan untuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan dari pengepul atau pengusaha yang sudah membuat kesepakatan dengan perajin. Setelah itu, perajin tinggal menerima bayaran sesuai dengan jumlah produk yang dibuat. Nantinya, pihak pengepul akan mengambil barang yang sudah jadi dan dikirim ke Pulau Bali dan Jawa. (Marham)

Share:

Muazzin, Caleg PKPI Dapil Ampenan, Pelajar Berprestasi dan Duta Agama Jadi Fokus Perhatian

Muazzin, Calon Anggota Legislatif DPRD Kota Mataram Daerah Pemilihan Ampenan dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

Minimnya perhatian terhadap pelajar berprestasi yang mewakili nama daerah di tingkat provinsi menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi Muazzin, calon anggota legislatif (caleg) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Daerah Pemilihan Ampenan untuk DPRD Kota Mataram. Begitu juga terhadap duta-duta daerah di bidang agama, seperti qori dan qori’ah yang membela Kota Mataram di tingkat provinsi dan nasional masih belum diperhatikan maksimal.

‘’Insya Allah, jika saya terpilih, para pelajar berprestasi akan kami perjuangkan mendapatkan perhatian dari pemerintah. Begitu juga dengan para qori dan qori’ah, baik yang sudah berprestasi maupun dalam masa pembinaan, insya Allah akan kami perjuangkan pula,’’ ujar Muazzin, yang juga pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kecamatan Ampenan ini, Jumat (12/4/2019).



Alasan dirinya fokus memperhatikan pelajar berprestasi bukan tanpa alasan. Pengalamannya saat tiga anaknya dan anak-anak Kota Mataram berprestasi lainnya mewakili NTB di level nasional belum begitu diperhatikan oleh pemerintah. Padahal, saat bertanding di level nasional mengikuti olimpiade adalah membawa nama daerah. Hal inilah yang menjadi fokus perhatian dirinya, jika terpilih sebagai anggota DPRD pada pemilihan umum, 17 April.

Bagaimana pun sebagai duta daerah, tambahnya, anak-anak berprestasi ini mesti dapat perhatian, terutama untuk biaya keberangkatan. Diakuinya, selama ini, pihak sekolah sering dihadapkan dengan keterbatasan dana saat mengirim siswanya mengikuti olimpiade yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luar daerah. Padahal dengan mengirim siswa mengikuti olimpiade ke tingkat nasional ingin menunjukkan pada nasional, jika prestasi anak-anak Kota Mataram tidak kalah dengan anak-anak di daerah lain. Akibat keterbatasan dana, ujarnya, pihak sekolah dan orang tua harus urunan dana agar siswa bisa mengikuti olimpiade di luar daerah.

‘’Ya minimal, anak yang bertanding dibelikan tiket perjalanan. Syukur-syukur nanti, kalau orang tua/pendamping bisa juga ditanggung,’’ harapnya. ‘’Insya Allah, kalau terpilih dan diperbolehkan oleh aturan, dana aspirasi juga akan kita siapkan untuk itu,’’ tambahnya.


Dirinya juga prihatin terhadap nasib qori dan qori’ah asal Kota Mataram yang masih belum mendapat perhatian maksimal. Dalam hal ini, dirinya tidak ingin para qori dan qori’ah yang akan mewakili Kota Mataram diperhatikan saat akan mengikuti Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) atau Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) saja. Paling tidak, harapnya, pemerintah bisa memperhatikan qori dan qori’ah atau LPTQ yang menaunginya, agar pembinaan terus dilakukan.



Untuk itu, ujarnya,  jika terpilih sebagai anggota DPRD, masalah pendidikan dan agama akan kami upayakan. Namun, jika masih belum diberikan amanah, dirinya mengharapkan pada anggota DPRD terpilih nanti fokus memperhatikan masalah pendidikan, khususnya pengiriman siswa berprestasi yang membawa nama Kota Mataram di luar daerah. Selain itu, pihaknya juga tetap memperjuangkan apa yang menjadi kepentingan warga Kota Mataram sesuai dengan visi yakni, menjadikan Kota Mataram ke arah yang agamis, adil dan bersatu melalui transformasi mental.

Begitu juga dengan misi yang harus dilakukan, yakni menjalin silaturahim yang berkelanjutan kepada seluruh masyarakat, bersama-sama melakukan pembinaan mental masyarakat, terutama generasi muda. Selain itu, ikut menjembatani pembinaan Usaha Kecil dan Menengah, baik dalam pemberian modal maupun pengelolaan manajemen. Termasuk, ikut membantu dan merasakan situasi yang terjadi di masyarakat (suka dan duka). Tidak hanya itu, berupaya membantu pemerintah mengantisipasi dan mengurangi angka kenakalan remaja yang cukup memprihatinkan. Dicontohkannya, masalah remaja yang banyak mengonsumsi minuman keras, pecandu narkoba, perjudian, LGBT  dan lainnya perlu didekati agar tidak mengulangi kegiatan berbau negatif. (Marham)

Share:

Tarian Doro Mantika, Gambaran Peradaban Masyarakat Dompu Sebelum Tambora Sebelum Meletus


Ratusan penari saat mempertunjukkan tarian Doro Mantika. Tarian tersebut gambaran peradaban masyarakat pra dan pasca letusan Tambora 1815 silam, Rabu (11/4/2019)
Puncak Festival Pesona Tambora (FPT) 2018 lalu, dimeriahkan tari kolosal Nggahi Rawi Pahu dengan 203 penari. Tahun ini, tarian serupa juga ditampilkan. Tetapi dengan tema dan jumlah penari yang berbeda, yaitu tarian kolosal Doro Mantika.

Tarian itu diangkat sebagai gambaran kehidupan masyarakat Dompu. Khususnya di lereng gunung tambora pra dan pasca letusan dahsyatnya 1815 silam. Kondisi sumber daya alam yang melimpah dan dinamisnya kehidupan masyarakat direpresentasikan dalam setiap gerak, suara dengan paduan kearifan lokal.

Pasca letusan misalnya, tambora telah menghasilkan bentang alam, tumbuhan dan binatang endemik. Seperti pohon Dua Mangga dan Ayam Hutan Hijau atau yang dikenal dengan Peo dalam bahasa daerah setempat. Termasuk burung kaka tua putih.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Dompu, Wahyono Ragil sekaligus penanggung jawab tarian kolosal, mengatakan, tarian kolosal Doro Mantika ini dipertunjukan oleh 336 penari latar, 50 orang penari inti dan 10 orang pemusik.

“Tarian Doro mantika ini mengisahkan peradaban pra dan pasca meletusnya Gunung Tambora 1815. Termasuk gambaran soal tumbuhan, hewan yang masih ada sampai sekarang dan beberapa kerajaan yang tenggelam saat itu,” katanya saat Puncak Festival Pesona Tambora 2019 di Doro Ncangga Dompu Nusa Tenggara Barat, Kamis (11/4/2019).
Tarian Doro Mantika Gambarkan Peradaban Tambora di acara Festival Pesona Tambora 2019

Selain mengenang peradaban Tambora 1815, pesan tersirat lainnya ialah Dompu harus bangkit melalui program yang tengah dikembangkan pemerintah daerah. Sehingga visi misi Bupati agar masyarakat mampu membayar bisa diwujudkan.

Selain para penari merupakan perwakilan tiap-tiap instansi. Sebagian dari mereka ialah utusan tujuh sanggar yang ada di wilayah ini. “Dan itu kita seleksi ketat dulu para peserta ini sebelum tampil,” ujarnya. (Junaidi/Dompu)


Share:

Thursday, 11 April 2019

Rusak Pascagempa, Dermaga Gili Trawangan Dibangun Dua Tahap

Kondisi dermaga Gili Trawangan hingga 11 April 2019 yang rusak akibat gempa dan harus segera diperbaiki.  
Keberadaan dermaga Gili Trawangan hingga saat ini masih amburadul. Pascarusaknya dermaga lama, para pengusaha transportasi nyaris tak punya tempat tambat boat/fastboat yang layak.

Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Lombok Utara (KLU), M. Iwan Maret Asmara, S.Sos., Selasa (9/4/2019) mengatakan, rekonstruksi dermaga Gili Trawangan sangat diharapkan masyarakat. Tidak hanya warga setempat, tetapi juga pengunjung dan pengusaha. "Dermaga ini harapan semua masyarakat, dan terkait itu memang tahun ini akan dibangun. Jeti yang di Trawangan, makanya kita doakan saja mudahan segera tahun ini dibangun yang di Trawangan itu," kata Iwan.

Informasi terkait kapan dimulainya pembangunan dermaga Gili Trawangan tersebut, aku Iwan, belum ada petunjuk. Informasi terakhir menyebut, bahwa proyek tersebut masih dilelang oleh Kementerian.
Disebutkan, anggaran untuk Dermaga Gili Trawangan senilai Rp 17 miliar. Anggaran ini sedikit lebih banyak dari pagu anggaran pembangunan dermaga Gili Air, sebesar Rp 16,6 miliar.

Dermaga Trawangan disebutkan akan dibangun dalam dua tahap. Pertama, pusat akan membuat dermaga apung (jeti). Tahap berikutnya akan dibangun dermaga tambat versi beton. "Dan ini bukan perbaikan, dan rencananya akan dibangun baru di lokasi yang sama, tapi bergeser sedikit," imbuhnya.

Proses pelaksanaan pembangunan dermaga diperkirakan memakan waktu antar 6-7 bulan. Melihat waktu di mana sudah memasuki bulan April, diharapkan agar proyek tersebut dapat dikerjakan lebih cepat. Namun demikian, kontrak proyek tentunya menjadi ranah pemerintah pusat. "Tapi karena inikan pelaksanaannya oleh pusat maka tidak bisa kita jelaskan secara detail," sebut mantan Kalak BPBD KLU ini.

Pengusaha Gili Trawangan, Lalu Kusnawan, menambahkan dermaga Gili Trawangan, sangat diharapkan segera diperbaiki. Pengusaha tidak memiliki tempat tambat yang nyaman dan aman saat melayani tamu. Setiap fast boat yang datang dari Bali, hanya bisa tambat seadanya di pinggir pantai.
"Kita berharap dermaga Gili Trawangan dibangun lebih cepat, karena ini akses satu-satunya. Sebagai destinasi wisata internasional, sangat disayangkan kita tidak punya sarana pendukung, " katanya. (Johari/Lombok Utara)
Share:

Dukung MotoGP Indonesia, Runway Lombok International Airport Diperpanjang 500 Meter


Ruang tunggu penumpang di Lombok International Airport 
Panjang run way atau landasan pacu Lombok International Airport (LIA) direncanakan akan diperpanjang sekitar 500 meter. Itu artinya, total panjang run way LIA nantinya menjadi 3.300 meter. Pengerjaan perpanjangan run way direncanakan akan dimulai akhir tahun ini juga.  


Demikian disampaikan General Manager (GM) PT. Angkasa Pura (AP) I LIA, Nugroho Jati, kepada wartawan, di kantor Bupati Loteng, Rabu (10/4/2019).

Sebelumnya, Nugroho Jati mengaku, pihaknya sudah melakukan studi kelayakan perpanjangan run way. Hasilnya, run way LIA layak secara teknis maupun ekonomi untuk diperpanjang.

Saat ini, rencana perpanjangan run way LIA dalam proses kajian teknis di tingkat pusat untuk menghitung berapa kebutuhan anggaran serta kebutuhan teknis lainnya terkait rencana ini, sehingga
untuk saat ini pihaknya belum bisa memberikan gambaran secara detail terkait rencana ini, terutama soal berada kebutuhan anggaran untuk mendukung rencana perpanjangan landasan pacu LIA tersebut. “Kalau kepastian rencana perpanjangan run way sudah masuk dalam program. Tapi teknis dan kebutuhan anggarannya, itu yang sedang dikaji,” ujarnya.


Ia menjelaskan, dengan perpanjangan run way, ujarnya, maka LIA ke depan sudah bisa didarati pesawat-pesawat berbadan lebar, walaupun dengan panjang run way yang sekarang yakni 2.700 meter, LIA sebenarnya sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar. Namun, untuk lebih meyakinkan pihak maskapai, LIA benar-benar siap untuk didarati dengan pesawat berbadan lebar, sehingga perpanjangan run way memang harus dilakukan. Terlebih itu juga menjadi salah satu komitmen Presiden Joko Widodo saat mengunjungi NTB beberapa waktu lalu.


Di mana, ada tiga fasilitas yang akan dibangun untuk menyongsong gelaran MotoGP di kawasan The Mandalika, yakni revitalisasi dermaga Lembar Lombok Barat (Lobar), jalur by pass bandara – KEK Mandalika serta perpanjangan run way LIA

Untuk pelaksanaanya perpanjangan run way LIA itu sendiri, Jati mengaku pihaknya berharap bisa dimulai akhir tahun ini, walaupun hanya 5 atau 6 persen saja dan bisa dilanjutkan di tahun 2020 mendatang. “Keputusan soal kapan pengerjaan perpanjangan run way LIA dimulai tergantung pusat. Tapi kita berharap bisa direalisasi mulai tahun ini,” tandasnya. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Tuesday, 9 April 2019

Gubernur Dr. Zul Akui Tambora Punya Tempat Khusus di Hati Masyarakat Internasional

Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah memberikan sambhutan pada pembukaan Festivak Geopark Tambora di Kota Bima, Selasa (9/4/2019)
Menyajikan Gunung Tambora ke dunia bukanlah hal yang berat. Karena Tambora sudah memiliki tempat khusus di hati masyarakat internasional. Khususnya di Eropa. Demikian Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah saat membuka Festival Geopark Tambora di Museum Asi Mbojo Kota Bima, Selasa (9/4/2019).

Gubernur menambahkan, di Eropa bahkan ada museum khusus tentang Gunung Tambora. "Di sana dipamerkan sejarah meletusnya tambora. Bahkan kekayaan alam dan budaya juga ditampilkan di sana. Karena letusan Tambora punya andil besar terhadap terbentuknya Eropa hari ini," ujar gubernur.

Gubernur juga mencontohkan wisata gunung batu El Spring yang ada di Australia. El Spring banyak dikunjungi oleh wisatawan padahal hanya berupa gunung batu dan suhu di sana pun lebih panas dari suhu di Tambora. Tapi anehnya, tambah gubernur, banyak wisatawan yang datang berkunjung ke sana.

"Tambora punya banyak hal yang bisa ditawarkan kepada wisatawan. Bima dan Dompu hanya butuh menghadirkan narasi-narasi yang dapat menarik wisatawan untuk datang. Seperti yang dilakukan di El Spring," ujar gubernur yang akrab disapa Doktor Zul itu.

Dalam kesempatan itu, Doktor Zul juga memberikan 50 beasiswa kepada putra putri Bima dan Dompu, yang memenuhi kualifikasi untuk belajar geopark di Universitas  Padjajaran dan Malaysia.

Senada dengan Gubernur NTB, Walikota Bima Muhammad Lutfi, SH yang juga hadir, menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten / kota, yang telah bekerja keras, sehingga terwujud pencanangan Rinjani sebagai geopark internasional dan Tambora menjadi yang ke 5 (lima) di Indonesia.

Sementara itu, Wakil Bupati Bima H. Dahlan M. Nur menjelaskan  upaya membangun sinergi mewujudkan cita-cita bersama menjadi geopark internasional ke 5 bukanlah hal yang mudah.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam bidang pariwisata di Pulau Sumbawa selama ini antara lain adalah, karena terlalu jauhnya bandara dari beberapa destinasi pariwisata. Seperti halnya Tambora, sehingga destinasi wisata di sekitar Tambora yang spot alamnya luar biasa indah tidak terekspose dan tidak bisa dijangkau secara maksimal oleh wisatawan. (Humas NTB/Marham)
Share:

Monday, 8 April 2019

Gubernur NTB Dr. Zul Ajak PKK NTB Berpartisipasi Bangun NTB Gemilang

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK ke 47 di Pendopo Gubernur NTB, Senin (8/4/2019)
Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah memberikan sambutan pada acara Puncak Peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-47 sekaligus membuka Rapat Konsultasi (Rakon) PKK Provinsi NTB Tahun 2019 di Pendopo Gubernur, Senin (8/4/2019).

Dalam sambutannya, Gubernur mengajak agar PKK NTB terus berpartisipasi dalam segala aspek pembangunan demi menuju NTB Gemilang. "Terima kasih kepada PKK, tidak berlebihan saya mengatakan kalau suksesnya NTB kelak, tergantung pada PKK nya," ucap Dr. Zul.

Doktor Zul -- sapaan akrabnya yang juga sebagai pembina TP PKK Provinsi NTB berharap Rapat Konsultasi (Rakon) yang mengusung Tema ''Tingkatkan Kinerja Gerakan PKK Menuju NTB Gemilang"  ini dapat berjalan baik dan lancar.

Sementara Ketua TP PKK NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati yang membacakan langsung sambutan dari Ketua Umum TP PKK Pusat, dr. Erni Guntarti Tjahjo Kumolo berpesan agar Peringatan HKG PKK ke 47 dapat menumbuhkan semangat dan energi baru pada setiap gerak langkah dan krida gerakan PKK, sehingga tidak sebatas seremonial saja tapi berujung kegunaan.

Kegiatan ini dirangkaikan pula dengan Penandatangan Kerjasama Antara TP PKK Provinsi NTB dengan berbagai dinas dan lembaga terkait. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman para pemenang lomba pada peringatan HKG PKK ke 47. Pameran dan Bazar dari Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K-PKK) se Provinsi NTB juga ikut meramaikan kegiatan kali ini.

Turut pula hadir sejumlah Kepala OPD lingkup provinsi NTB, Perwakilan dari masing-masing PKK se Provinsi NTB, serta Organisasi-Organisasi Wanita lainnya yang ada di NTB. (Humas NTB)
Share:

Sabut Kelapa Desa Korleko Lombok Timur Diekspor ke Cina

Sabut kelapa dari Desa Korleko Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur  yang dijadikan coco fiber untuk bahan baku pembuatan jok mobil dan diekspor ke Cina .

SABUT kelapa tampak menumpuk di gudang-gudang pengusaha kelapa di Desa Korleko, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur. Sabut yang merupakan limbah dari kulit kelapa ini yang diolah menjadi Coco Fiber yang bernilai ekspor. Limbah ini bahkan diekspor hingga ke Cina.


Adalah Zaini, salah seorang pengusaha jual beli kelapa di Desa Korleko. Dalam sebulan terakhir ini, ia memulai kegiatan usaha jual sabut kelapa yang sudah diolahnya. Ditemui Sabtu (6/4/2019), ia menceritakan bahwa sabut kelapa hasil olahannya dikirim ke Cina untuk jadi bahan baku beberapa macam produk industri. ‘’Informasinya untuk bahan baku otomotif, seperti jok mobil, kanvas rem dan sofa,’’ katanya.


Zaini mengirim hasil olahannya itu ke Surabaya. Kemudian oleh  mitranya yang ada di Surabaya dikirim ke Cina. Pengiriman dari Lombok sejatinya bisa langsung dilakukan. Akan tetapi tidak ada kontainer, sehingga ekspor ke Cina ini dilakukan via Surabaya, Jawa Timur. Produk olahan sabut kelapa yang dihasilkan,  Zaini dikirim ke Surabaya sebanyak 10 ton. Ia menjual sabut kelapa ini Rp 3.500 per Kg.

Zaini mengaku, awal mula menggeluti usaha ini setelah beberapa kali ke Jawa. Ia melihat di Jawa katanya, banyak aktivitas usaha seperti itu. Sementara di Lombok Timur, sabut kelapa hanya menjadi limbah yang terbuang percuma.


Pengusaha pengolah sabut kelapa diakui bukan yang pertama. Kabarnya pernah ada pengusaha di Kayangan, Labuhan Lombok melakukan hal yang sama. Akan tetapi berhenti karena kebakaran.

Proses pengolahannya menurut Zaini, sabut kelapa untuk volume satu truk dibutuhkan waktu perontokan selama 4 jam. Kemudian dijemur beberapa hari hingga sisa kadar air 17 persen. Kemudian dikemas dengan mesin pres hidrolik.

Usaha Zaini ini makin membuktikan tidak ada bagian yang terbuang dari kelapa. Tidak ada bagian dari kelapa yang menjadi limbah. Semua bernilai, tinggal dibutuhkan kreativitas untuk mengolahnya. Serbuk hasil ayakan itu menjadi media tumbuh tanaman pada proses pembibitan. Bisa juga dijadikan bahan pembuatan batu bata atau tambahan bahan baku pupuk organik.


Kapasitas mesin yang digunakan Zaini sehari hanya 1 ton. Atau dengan omset harian sekitar Rp3 juta. Di luar sana, sebutnya seperti di Sulawesi sebenarnya bisa 6 ton. Zaini pun berharap bisa melakukan pengolahan 6 ton perhari. Pasalnya, jika kemampuan mesin hanya 1 ton perhari, Zaini mengaku masih belum untung. Karena harus membayar karyawan dan biaya operasional mesin perontok dan mesin pres hidrolik.

Ditambahkan, pengolahan sabut kelapa di NTB katanya belum ada industrinya. Diketahui ada olahan pembuatan sapu di Dusun Benyer, Desa Bagik Papan, Kecamatan Pringgabaya. Pembuatan produk lain belum bisa dilakukan karena keterbatasan tenaga dan permodalan. 

Banyaknya limbah sabut kelapa di Desa Korleko ini membuat Zaini sama sekali tidak kewalahan soal bahan baku. Bahkan yang diolah itupun hasil dari sabut kelapa usahanya sendiri. Belum ada yang dibeli dari warga lain.


Permintaan sabut kelapa dalam sebulan terakhir ini katanya cukup tinggi. Sebulan pembeli meminta 500 ton coco fiber. Yakni yang masih berupa serat. Ampasnya sendiri yang disebut koko peat juga sangat bernilai. Belanja online saja harganya Rp2.000 per Kg. Coco peat ini sejauh ini dijual di pasar lokal saja. Belum ada permintaan ekspor.

Permintaan coco fiber yang tinggi ini tidak bisa dipenuhi Zaini. Eksportir coco fiber dari Indonesia terbilang masih sangat terbatas. Kabarnya yang banyak mengirim ke Cina itu adalah dari India sampai 50 persen. Ada juga dari Srilanka dan Bangladesh.


Kepala Desa Korleko, Wildan yang dikonfirmasi mengatakan sabut kelapa ini memang menjadi limbah yang cukup besar di Desa Korleko. Bahkan dianggap lebih banyak dibandingkan sampah plastik. Di mana, gudang-gudang pengusaha kelapa di Desa Korleko ini menggunung serabut kelapanya.

Wildan menuturkan, ia sudah berkomunikasi dengan Menteri  Tenaga Kerja. Oleh menteri, Desa Korleko ditetapkan menjadi Desa Migran Produktif. Para eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) dilatih untuk bisa memiliki kegiatan usaha sendiri di rumahnya. Salah satunya mengolah sabut kelapa. 
Upaya pengolahan sudah beberapa kali dilakukan. Akan tetapi, tidak ada pembeli. Selain persoalan modal, persoalan pasar menjadi kendala besar bagi warga yang menggeluti usaha pengolahan sabut kelapa ini.

Diakui, sabut kelapa ini konon bisa jadi bahan baku jok mobil kualitas terbaik. Namun ketika bicara pasar menuju produsen itu, belum ada jawaban. Sehingga sampai saat ini persoalan limbah sabut kelapa menjadi persoalan di Desa Korleko. ‘’Pemikiran sekarang ini ada tidak  pasarnya. Kalau ada pasarnya banyak yang akan mengusahakannya,’’ katanya. (Rusliadi/Lombok Timur)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive