Sementara di Kerajaan
Sari Gangga, Pangeran Kumara merasakan hal yang sama. Di sebuah berugak dekat
taman kerajaan, dia memandang ke arah utara atau puncak Gunung Rinjani yang
indah.
Pangeran Kumara merasa seperti ada yang beda dengan laki-laki yang bernama Fadil. Sesuatu yang membuatnya mendambakan sosok perempuan yang bisa menjadi pendamping hidupnya.
Untuk itu, dia berharap pada pertemuannya minggu depan akan bisa menjadi bukti kalau Fadil itu bukan laki-laki. "Mudah-mudahan, dia itu seorang perempuan yang menyamar sebagai laki-laki," ujarnya sambil tersenyum sendiri.
"Kenapa kau tersenyum sendiri? Kayak orang gila saja," tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul di depannya.
"Ah tak ada," jawabnya tersipu. "Kamu Gul. Mau kemana?" tanya Pangeran Kumara pada sepupunya Pangeran Dagul -- putra dari Rende Sasaka.
''Saya udah dari tadi di sini. Saya perhatikan kamu senyum-senyum sendiri. Kayak orang lagi jatuh cinta. Apa benar? " terang Dagul sambil bertanya balik.
"Ah ngak juga!" jawabnya sambil tersenyum. "Tapi tebakanmu benar Gul," tambahnya.
"Boleh tahu siapa nama cewek itu?" tanya Dagul balik.
"Saya tidak tahu. Saya ketemu dia saat menyamar jadi laki-laki di Kopang dan acara ritual di mata air yang kemarin itu," terang Pangeran Kumara.
"Ah kamu mungkin salah lihat. Atau kamunya yang tertarik pada laki-laki daripada perempuan," seloroh Pangeran Dagul sambil tertawa.
"Aku masih normal, Gul. Aku masih bisa bedakan mana laki-laki dan perempuan," bantah Pangeran Kumara.
"Di sini kan banyak putri kerajaan. Mereka cantik-cantik," ujar Dagul berpromosi.
"Tapi saya tak tertarik sama mereka," jawab Kumara pendek.
"Kenapa kamu tak tertarik? Selain cantik, mereka juga pandai dan bisa bela diri," tanya Dagul lagi.
"Entahlah," desah Pangeran Kumara. "Saat lihat Fadil yang menyamar seperti laki-laki itu ada suatu yang beda. Dan saya menemukan kedamaian di matanya," tambahnya lagi.
"Ah jangan-jangan kamu sakit," ujar Dagul sambil memegang dahi Pangeran Kumara. "Lihat laki-laki dikira cewek," tambahnya sambil tertawa.
"Aku tak sakit. Aku serius," jawabnya sambil menurunkan tangan Dagul.
"Kumara. Saya ini saudaramu. Jadi, kamu tak usah terlalu memikirkan siapa tu namanya...?"
"Fadil,"
"Iya Fadil. Kalau memang dia jodohmu aku tak keberatan. Bagaimana ya rupanya, orang laki-laki kawin sama laki-laki," selorohnya. "Emang mau main anggar?" tambahnya pura-pura serius.
"Sialan kamu," cetusnya tertawa. "Besok minggu kita buktikan," tambahnya optimis.
"Kumara,"
"Eee.."
"Kalau nanti, si Fadil penyamaran dari Putri Santana, Raja Kerajaan Mantang yang kau bunuh bagaimana? Apa masih tetap jatuh cinta?"
"Saya sempat juga kepikiran seperti itu. Mudah-mudahan itu bukan Putri Faradilla," jawab Pangeran Kumara pendek.
"Kalau dia Putri Faradilla, saya khawatir dia akan balas dendam," ujar Dagul mengingatkan.
"Tapi mudah-mudahan tidak. Sekarang mari kita latihan balapan kuda di pinggir sungai," ajak Pangeran Kumara.
"Sori, aku tak bisa. Aku ada janji dengan Dende Pandan Seroja ketemu di taman kerajaan. Mau ikut? Siapa tahu ada cewek cantik di sana," jawabnya.
"Kamu saja duluan. Kalau saya minat, ntar saya menyusul ke sana," ujar Pangeran Kumara.
"Baiklah kalau gitu. Nanti, kalau ke sana, kami duduk dekat patung singa," jawab Dagul sambil membalikkan badan dan pergi meninggalkan Pangeran Kumara sendirian.
"Yoi," jawab Pangeran Kumara pendek. (BERSAMBUNG)
Pangeran Kumara merasa seperti ada yang beda dengan laki-laki yang bernama Fadil. Sesuatu yang membuatnya mendambakan sosok perempuan yang bisa menjadi pendamping hidupnya.
Untuk itu, dia berharap pada pertemuannya minggu depan akan bisa menjadi bukti kalau Fadil itu bukan laki-laki. "Mudah-mudahan, dia itu seorang perempuan yang menyamar sebagai laki-laki," ujarnya sambil tersenyum sendiri.
"Kenapa kau tersenyum sendiri? Kayak orang gila saja," tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul di depannya.
"Ah tak ada," jawabnya tersipu. "Kamu Gul. Mau kemana?" tanya Pangeran Kumara pada sepupunya Pangeran Dagul -- putra dari Rende Sasaka.
''Saya udah dari tadi di sini. Saya perhatikan kamu senyum-senyum sendiri. Kayak orang lagi jatuh cinta. Apa benar? " terang Dagul sambil bertanya balik.
"Ah ngak juga!" jawabnya sambil tersenyum. "Tapi tebakanmu benar Gul," tambahnya.
"Boleh tahu siapa nama cewek itu?" tanya Dagul balik.
"Saya tidak tahu. Saya ketemu dia saat menyamar jadi laki-laki di Kopang dan acara ritual di mata air yang kemarin itu," terang Pangeran Kumara.
"Ah kamu mungkin salah lihat. Atau kamunya yang tertarik pada laki-laki daripada perempuan," seloroh Pangeran Dagul sambil tertawa.
"Aku masih normal, Gul. Aku masih bisa bedakan mana laki-laki dan perempuan," bantah Pangeran Kumara.
"Di sini kan banyak putri kerajaan. Mereka cantik-cantik," ujar Dagul berpromosi.
"Tapi saya tak tertarik sama mereka," jawab Kumara pendek.
"Kenapa kamu tak tertarik? Selain cantik, mereka juga pandai dan bisa bela diri," tanya Dagul lagi.
"Entahlah," desah Pangeran Kumara. "Saat lihat Fadil yang menyamar seperti laki-laki itu ada suatu yang beda. Dan saya menemukan kedamaian di matanya," tambahnya lagi.
"Ah jangan-jangan kamu sakit," ujar Dagul sambil memegang dahi Pangeran Kumara. "Lihat laki-laki dikira cewek," tambahnya sambil tertawa.
"Aku tak sakit. Aku serius," jawabnya sambil menurunkan tangan Dagul.
"Kumara. Saya ini saudaramu. Jadi, kamu tak usah terlalu memikirkan siapa tu namanya...?"
"Fadil,"
"Iya Fadil. Kalau memang dia jodohmu aku tak keberatan. Bagaimana ya rupanya, orang laki-laki kawin sama laki-laki," selorohnya. "Emang mau main anggar?" tambahnya pura-pura serius.
"Sialan kamu," cetusnya tertawa. "Besok minggu kita buktikan," tambahnya optimis.
"Kumara,"
"Eee.."
"Kalau nanti, si Fadil penyamaran dari Putri Santana, Raja Kerajaan Mantang yang kau bunuh bagaimana? Apa masih tetap jatuh cinta?"
"Saya sempat juga kepikiran seperti itu. Mudah-mudahan itu bukan Putri Faradilla," jawab Pangeran Kumara pendek.
"Kalau dia Putri Faradilla, saya khawatir dia akan balas dendam," ujar Dagul mengingatkan.
"Tapi mudah-mudahan tidak. Sekarang mari kita latihan balapan kuda di pinggir sungai," ajak Pangeran Kumara.
"Sori, aku tak bisa. Aku ada janji dengan Dende Pandan Seroja ketemu di taman kerajaan. Mau ikut? Siapa tahu ada cewek cantik di sana," jawabnya.
"Kamu saja duluan. Kalau saya minat, ntar saya menyusul ke sana," ujar Pangeran Kumara.
"Baiklah kalau gitu. Nanti, kalau ke sana, kami duduk dekat patung singa," jawab Dagul sambil membalikkan badan dan pergi meninggalkan Pangeran Kumara sendirian.
"Yoi," jawab Pangeran Kumara pendek. (BERSAMBUNG)
0 komentar:
Post a Comment