Umpak batu bermotif kala tanpa rahang tipe zaman klasik Jawa Tengah abad 10 - 12 dan
keramik China Dinasti Sung ditemukan di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah
|
Temuan sejumlah artefak atau benda-benda purbakala di
Desa Sintung Kecamatan Pringgarata, membuat masyarakat setempat sangat
antusias. Terlebih tim dari Balai Arkeologi Bali langsung datang dan berkunjung
ke lapangan untuk mencari data-data tambahan sebagai pendukung temuan tersebut.
Saridin, salah seorang warga Sintung mengatakan,
sebagian artefak tersebut sebenarnya sudah ditemukan cukup lama oleh
masyarakat, saat warga memugar pembangunan masjid. Namun berkali-kali ditimbun
karena dinilai benda yang kurang penting. Namun kini benda tersebut digali dan
ditempatkan di salah seorang rumah tokoh masyarakat setempat sambil dilakukan
penelitian oleh para arkeolog.
Ia mengatakan, benda-benda purbakala yang ditemukan oleh
masyarakat tersebut kemungkinan besar ke depannya akan disimpan di satu
bangunan tertentu menjadi museum agar bisa dilihat oleh masyarakat secara luas.
‘’Secara umum temuan ini belum terpublikasi, saya yakin
masyarakat di Desa Sintung ini merasa bangga dengan adanya temuan yang
dilakukan oleh para arkeolog ini. Kami masyarakat ingin memelihara temuan ini,
dan melestarikan dengan baik,’’ katanya.
Keramik dari China yang ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah |
Pada Jumat (22/11/2019), Tim Balai Arkeologi Bali
melakukan kunjungan ke beberapa situs bersejarah di Desa Sintung dalam rangka
survei lapangan. Salah satu situs yang dikunjungi adalah lokasi pemujaan zaman
dahulu yang disebut dengan Pedewa di Dusun Lempenge, Desa Sintung. Meski
sekarang situs tersebut sudah rusak, namun tim arkeolog sangat antusis
melakukan penelitian.
Tim juga mendapatkan sejumlah informasi penting dari
warga sekitar terkait keberadaan situs bersejarah tersebut. Para penutur
berasal dari tetua desa yang memiliki ingatan penting tentang situs itu.
Misalnya Papuk Saidi (80) menuturkan, situs petilasan Pedewa tersebut dulunya tempat orang mencari berkah. Terdapat bangunan semacam tempat pemujaan yang lokasinya berada di dekat sungai dan sumber mata air. ‘’Dulu ada bangunan di sini, saat kita masih kecil. Kalau ada orang mau begawe, kita ke sini dulu baru dikasi makan,’’ katanya. (Zainuddin Safari/Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment