Be Your Inspiration

Friday 15 November 2019

Membangun Desa di NTB Lewat Desa Wisata

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah bersama Bupati Lombok Tengah H. M. Suhaili FT meresmikan Desa Wisata Bilelando Kecamatan Praya Timur, 17 Februari 2019 lalu. 

Sesuai RPJMD-NTB 2019-2023 dan telah ditindaklanjuti dengan SK Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah, ditetapkan 99 Desa untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata. Tahun 2019, ditargetkan digarap 20 Desa Wisata. Desa-desa itu tersebar di seluruh kabupaten/kota di NTB, dengan beragam pesona, keunikan dan ke-khasannya masing-masing. Apalagi, konsep desa wisata adalah pembangunan dan pengembangan potensi desa secara  terintegrasi.

Mengembangkan desa wisata telah dimulai jelang akhir pemerintahan Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan H. Muh. Amin, SH., MSi., beberapa waktu lalu. Di mana, muncul beberapa desa wisata di Lombok Tengah yang memiliki inisiatif sendiri untuk mengembangkan potensi yang dimiliki desanya. Misalnya, seperti di Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata dan Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat.

Sebuah desa wisata di samping harus didukung oleh modal potensi baik pesona alam serta keunikan tradisi dan sosial budayanya. Juga harus memiliki unsur ketangguhan atau aman dan mantap, tersedianya infrastruktur dan aksesibiltas wilayah yang memadai sehingga pergerakan barang dan orang serta aktivitas sosial dan bisnis menjadi lancar. 

Keberhasilan pengembangan desa wisata ini ternyata menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di NTB. Jika selama ini, pihak desa belum serius menjadikan potensi yang ada di desanya sebagai sumber PADes baru dan lapangan kerja bagi warga sekitarnya. Sebagai contoh, Desa Kembang Kuning dan Desa Jeruk Manis Kecamatan Sikur Lombok Timur, terus mengembangkan potensi yang ada di desanya. Apalagi, lokasinya di bawah kaki Gunung Rinjani dan banyak memiliki objek wisata alam yang tidak kalah indahnya.


Aspek yang tidak kalah pentingnya bagi sebuah desa wisata adalah penyediaan fasilitas pendukung aktivitas sosial ekonomi, termasuk program-program pemberdayaan masyarakat. Seperti pembinaan dan pengembangan berbagai produk handycraf, UMKM, kuliner, atraksi seni, pengembangan beragam produk-produk kearifan lokal, BUMDes Bersaing dan wisata agro lainnya, beserta jaringan pemasarannya harus tersedia. Tidak terkecuali pada aspek pelestarian nilai-nilai aneka tradisi, sehingga menjadi daya pikat tersendiri sekaligus persyaratan bagi terwujudnya sebuah desa wisata.

Pengembangan desa wisata juga membutuhkan dukungan infrastruktur digital yang memadai. Karena sangatlah sulit potensi desa wisata yang indah, akan dapat dipromosikan secara luas ke mancanegara, jika tidak ada akses internet yang memadai.

Keberhasilan pengembangan beberapa desa wisata ini ternyata menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di NTB untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara lebih maksimal. Jika selama ini, pihak desa belum serius menjadikan potensi yang ada di desanya sebagai sumber PADes baru dan lapangan kerja bagi warga sekitarnya. Sebagai contoh, Desa Kembang Kuning dan Desa Jeruk Manis Kecamatan Sikur Lombok Timur, terus mengembangkan potensi yang ada di desanya. Apalagi, lokasinya di bawah kaki Gunung Rinjani dan banyak memiliki objek wisata alam yang tidak kalah indahnya.

Termasuk Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah mengembangkan potensi wisata yang dimiliki, yakni Pantai Ujung Kelor yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lombok Timur.

Belum lagi, desa-desa yang ada di Lombok Barat, Lombok Utara, Sumbawa, Bima, Dompu, Sumbawa Barat, baik yang ada di kaki gunung dan pantai ‘’berlomba’’ mengembangkan potensi yang ada. Masing-masing desa memiliki keunikan dan kekhasannya, sehingga wisatawan yang datang berkunjung ke satu desa akan disajikan potensi wisata yang berbeda dibandingkan dengan desa yang lain.

Desa Wisata Bisa Entaskan Pengangguran

Dalam mengembangkan desa wisata, boleh dikata, Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata Loteng adalah pelopor. Desa Bilebante menjadi desa wisata tahun 2013 lalu, angkatan kerja baru langsung bisa terserap lantaran ada aktivitas yang bisa mendatangkan keuntungan di sana.
“99 persen warga di sini tidak ada yang menganggur. Hanya 1 persen yang menganggur, itu pun karena dia yang tidak mau kerja,” kata Hj. Zaenab selaku salah seorang perintis Desa Wisata Bilebante kepada Ekbis NTB, Jumat (8/11/2019).

Potensi wisata Pasar Pancingan yang ada di Desa Bilebante Lombok Tengah.
Zaenab mengatakan, setiap desa wisata memiliki potensi yang bisa dijual kepada wisatawan. Kalau di Bilebante, potensi yang dijual di antaranya wisata kuliner, jalur bersepeda, terapi kebugaran bernuansa syariah dan lain sebagainya. “Wisatawan banyak yang datang, sekitar 200 – 300 orang per bulan. Mereka berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia, seperti dari Jakarta, Surabaya, Kalimantan dan daerah lainnya. Ada juga yang studi banding ke sini,” ujarnya. Sementara tamu yang menginap di homestay di desa ini belum banyak yaitu sekitar 6-8 orang per bulan.

Kelompok yang studi banding mempelajari proses sinergitas antara UMKM dan desa wisata. Karena di Bilebente, keduanya bersinergi dan saling menguntungkan. “ Misalnya masyarakat yang berjualan di desa wisata dikenakan 15 persen kontribusi untuk pengembangan desa wisata,” tuturnya.

Setelah tiga tahun tanpa bantuan dari pihak luar, barulah kemudian desa wisata ini mendapat dukungan dari pemerintah daerah, pemerintah pusat serta dari pemerintah desa melalui dana desa.” Sekarang 10 persen dari dana desa di Bilebante dialokasikan untuk pengembangan wisata desa ini,” katanya. (Marham/Zainuddin Syafari)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive