Willy Ahyar sedang membuat keris di bengkel kerjanya di Kamasan Karang Baru Mataram. |
KERIS merupakan salah satu tradisi dari nenek moyang
yang keberadaannya dilengkapi dengan berbagai kepercayaan akan daya magis bagi
sang pemiliknya. Apalagi sejak keris diakui UNESCO sebagi warisan budaya
non-bendawi sejak tahun 2005 semakin menambah minat para pecinta dalam
mengoleksi keris.
Maka, tidak heran banyak pemilik keris rela
mengeluarkan kocek yang dalam untuk mempercantik tampilan kerisnya. Di daerah
Kamasan, Karang Baru, Mataram, terdapat salah satu sentra penyamplengan keris
yang sudah banyak belasan tahun menekuni dunia itu.
Adalah Willy Ahyar, pengelola Keris Art, menuturkan jika
dirinya memilih penyamplengan keris untuk melanjutkan tradisi nenek moyang yang
sudah ada di Kamasan yang sejak dahulu dikenal sebagai daerah pande. “Di sini dikenal sebagai daerah
pande khususnya perak dan emas, sebelum kalah oleh daerah Sekarbela,” terangnya
saat ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Willy, panggilan akrabnya, menuturkan baru pada tahun
2001 dirinya serius menekuni bisnis penyamplengan keris dikarenakan
kecintaannya akan keris. Sampleng keris sendiri merupakan
penambahan logam, baik emas, perak, tembaga, dan lainnya, pada gagang dan
sarung keris.
Keris Kamasan Kota Mataram NTB |
Willy menjelaskan biasanya dirinya mengarahkan sang
pemilik keris saat memesan untuk memilih motif yang cocok bagi kerisnya.
“Pemesan membawa keris sendiri ke sini, sedangkan bahan baku kita yang
menyediakannya,” terangnya.
Keris Art juga melayani berbagai motif keris yang
dikenal seperti motif Lombok, Bali,Sumbawa, Melayu dan Bugis. Motif
inilah biasanya dipesan
oleh konsumen. “Kalau motif Lombok memiliki ciri khas yaitu biji
mentimun di bagian penyejer sarung keris, sedangkan warangka (gagang keris)
motifnya hampir sama dengan motif Bali,” terang Willy.
Sedangkan motif Melayu dan Bugis lebih banyak mengarah
kepada motif tumbuh-tumbuhan menjalar.
Pengurus Paguyuban Keris Selaparang Mandalika Mataram
ini menambahkan jika dalam pembuatan samplengan keris membutuhkan waktu kurang
lebih 1-3 minggu tergantung tingkat kesulitan motif yang dipesan dengan dibantu
6 orang pegawainya. Biasanya setelah dilakukan penyamplengan, logam akan
diberikan suatu obat khusus yang membuat tampilannya terlihat antik dan
berkelas.
“Kalau masalah harga, kisarannya mulai dari Rp 1
jutaan tergantung bahan yang digunakan,” kata Willy. Biasanya konsumennya,
selain menyampleng keris, juga meminta untuk dibuatkan gagang kerisnya karena
sudah rusak atau memperbaiki tampilan. “Kalau untuk gagang keris biasanya saya
menyarankan untuk memakai kayu Berora yang memiliki motif sendiri, tapi saya arahkan
kemana buatnya,” jelasnya.
Keris Kamasan Karang Baru Kota Mataram NTB |
Sedangkan untuk perawatan samplengan, tidak
membutuhkan perlakuan khusus, tidak seperti keris yang harus rajin dibersihkan
dengan cairan anti karat agar motif keris tidak hilang.
Ia menuturkan jika beberapa tahun belakangan memang
minat masyarakat akan keris mulai banyak, terbukti dari banyaknya pelanggan
yang meminta sampleng keris padanya. “Konsumen saya mulai dari pejabat sampai
masyarakat biasa, mulai dari Lombok, Sumbawa, bahkan ada yang dari Madura.
Mereka tahu karena saya sering ikut pameran,” kata Willy.
Di paguyuban yang diikutinya, ia menerima dengan
terbuka bagi masyarakat yang ingin belajar dan mengenal tentang keris. “Yang
penting datang saja ke sini, kita akan jelaskan panjang lebar tentang keris,”
terangnya. (Uul Efriyanti Prayoba)