Be Your Inspiration

Sunday, 12 November 2017

Anhar Gonggong : Gelar Pahlawan Tidak Harus yang Angkat Senjata

Anhar Gonggong
WAKIL Ketua Tim Pengkaji dan Peneliti Gelar Nasional (TP2GN), Prof. Dr. Anhar Gonggong menyebut, seorang yang dikatakan pahlawan nasional tidak hanya orang yang berjuang dengan mengangkat senjata. Seorang pahlawan nasional bisa juga lahir dari orang yang berjuang membangun sumber daya manusia, sehingga mampu melahirkan SDM yang berguna bagi bangsa dan negara.

Menurutnya, adanya persepsi orang yang layak disebut pahlawan adalah orang yang mengangkat senjata adalah salah. ‘’Sesungguhnya apa yang dilakukan Kiai itu dengan mendidik orang lewat pesantren lebih dari senjata. Tembakannya bukan peluru, tapi alatnya mengasahi sumber daya manusia pesantren berjuang melawan penjajahan,’’ ujarnya sebelum acara penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional  kepada Maulana Syeikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid dan 3 pahlawan nasional lainnya oleh Presiden RI, Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Kamis (9/11/2017)

Hal inilah menurut Anhar Gonggong yang menjadikan TP2GN tidak ragu dalam menetapkan sosok Maulana Syeikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid sebagai Pahlawan Nasional. Sosok Maulana Syeikh, ujarnya, memiliki kehebatan yang tidak dimiliki oleh semua orang. Di era perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia waktu itu, Maulana Syeikh melalui Nahdlatul Wathan (NW) berjuang mengobarkan semangat cinta tanah air (wathan) pada masyarakat NTB.

Maulana Syeikh saat itu mampu menggelorakan cinta tanah air dan membangun pesantren dan SDM saat itu. Tidak hanya itu, masyarakat diajak tidak hanya cinta pada agama, tapi berakal budi dan cinta pada tanah air.

Sepanjang hidup Maulana Syeikh, ujarnya, terus berjuang memberikan bekal pendidikan kepada anak anak muda pada zamannya, adalah kehebatan luar biasa. Termasuk, memiliki keperdulian yang tinggi kepada masyarakat untuk bisa keluar dari kebodohan dan keterbelakangan. ‘’Inilah nilai-nilai kepahlawanan yang terpenting dan sesungguhnya,’’ ujarnya.

Untuk itu, Anhar Gonggong mengajak pada generasi muda NTB memperkuat dan menyiapkan diri dengan pendidikan. Selain itu, berusaha menguasai teknologi serta menyiapkan diri untuk mampu bersaing sekaligus mampu menyiapkan untuk pandai bekerja sama.

Menurutnya, kesalahan terbesar selama ini, orang cenderung hanya menggembar-gemborkan untuk bekerja dan bersaing, tetapi bersaing belum tentu bisa bekerja sama. "Jika hanya bersaing dan tidak mampu bekerja sama, bagaimana mungkin bisa mencapai hasil yang maksimal," tegasnya.
Untuk itu, dia meminta agar persepsi yang keliru ini harus dihentikan. Generasi muda tidak hanya pandai bersaing, namun juga pandai bekerja sama. (Marham)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive