Kerajinan buah kering khas Lombok NTB berbentuk pohon Natal dan banyak dipesan di luar negeri. |
Berbagai jenis kerajinan buah kering ini, semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan permintaan luar negeri alias ekspor. Di bawah brand Lombok
Natural, produk-produk yang dihasilkan kemudian dikirim ke berbagai negara,
seperti Israel, Amerika Serikat, Jerman, Arab Saudi dan India. Negara lainnya,
Jepang dan Australia, kendati dua negara ini masih berat menembusnya.
Dalam sekali kirim, minimal satu kontainer. Dalam setahun
bisa sampai empat kali kirim. Bisa dibilang produk Lombok Natural ini telah
mendunia. Tingginya permintaan itulah, bahkan tidak jarang Ari Aditya harus
melibatkan tenaga yang banyak untuk memenuhi permintaan tersebut.
Sayangnya, untuk kegiatan ekspor ini harus melibatkan para
eksportir luar daerah. Maklum saja, belum ada pelabuhan ekspor di NTB. Akibatnya, bisa saja nilai ekspor tersebut didapatkan
manfaatnya oleh daerah-daerah eksportir. “Tapi tetap kita menggunakan nama
Lombok Natural,” ujar Ari Kanti pada Suara
NTB.
Kerajinan dari buah kering berbentuk burung dan buah-buahan. |
Penjualannya, biasanya menggunakan dolar Amerika Serikat. Artinya,
ketika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar membuat pedagang untung besar
meski ada kenaikan harga bahan-bahan kimia pendukung lainnya. Namun, masih
tetap ada nilai tambah yang didapatkan pengusaha.
Alasan pasar luar negeri dilirik, karena jenis-janis hiasan
ruangan yang bahan bakunya murni dari alam. Sehingga perbandingan pasar
penjualannya 50 persen lebih adalah untuk ekspor.
Tetapi ada masanya permintaan juga berkurang, untuk
menyiasati itu. Lombok Natural juga
menggarap pasar dalam negeri, yang paling utama adalah NTB atau dalam daerah.
Sebab, NTB dengan daerah wisatanya telah menyedot banyaknya pembangunan hotel,
vila, home stay, termasuk pembangunan
perumahan. ‘’Itu juga menjadi sasaran pasarnya. Meskipun tidak seempuk pasar
ekspor,’’ akunya.
Kerajinan buah kering khas Lombok yang banyak dikirim ke beberapa negara Eropa Asia dan Amerika |
Untuk mempertahankan permintaan luar negeri. Ari Aditya juga
menambahkan tetap harus memutar otak untuk menciaptakan kreasi produk yang
baru. Sebab, disadarinya selera pasar itu akan selalu berubah-ubah, ada
zamannya sambung Ari Kanti.
Dukungan pemerintah daerah juga dirasakannya untuk
mempertahankan selera pasar ini. Sebab tidak jarang juga Lombok Natural
dilibatkan dalam setiap pelatihan-pelatihan. Di antaranya pelatihan desain,
pelatihan pemasaran yang kerap kali dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM,
serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB, termasuk Kantor Bea dan
Cukai.
Pada bagian lain, pelaku industri kerajinan jenis ini belum
begitu banyak, masih bisa dihitung dengan jari. “Karena memang membutuhkan
orang-orang yang punya nilai seni dan kreativitas tinggi,” kata Jamaludin salah
satu perajin.
Kerajinan buah kering ini sendiri sebenarnya tidak murni
hasil kerajinan yang muncul di dalam daerah. Membuat kerajinan kayu kering,
didapatkannya bersama dengan mengabdi di salah satu rumah kreatif milik orang
asing.
Selama kurang lebih tujuh tahun, setelah merasa bisa,
barulah Jamal juga memberanikan diri untuk melepas diri dari tuannya dan
bergabung dengan Ari Aditya di bawah brand Lombok Natural. Meski telah
bertahun-tahun kerajinan buah kering berkembang, tetap saja tidak banyak yang
tertarik dan menggeluti industri kerajinan jenis ini.
Mungkin saja, ujarnya, karena kurangnya kreativitas, belum
banyak yang bisa membuat jaringan pemasaran hingga keluar negeri. Bukan saja
untuk tenaga teknis, untuk tenaga pembantu saja masih sangat jarang menemukan
pekerja-pekerja yang sesuai.
Menurut Jamal, harus membutuhkan tenaga yang terampil dan
telaten. Bayangkan, sekedar untuk mengupas dan membersihkan akar kayu liana misalnya.
Dibutuhkan orang-orang yang memang memiliki keahlian. “Karena kalau bukan
orang-orang yang ahli, serat-seratnya bisa terangkat semua. Banyak yang mau
bekerja, tetapi tidak banyak yang bisa,” tambahnya.
Demikian juga untuk pewarnaannya, jika tidak teliti dan ahli, akan banyak celah dan serat-serat kayu yang tidak bisa tertutupi warna. Kekhawatirannya, hal-hal kecil biasanya akan menjadi nilai minus dari para buyer. Dan kepercayaan itulah yang harus dijaga untuk mempertahankan pasar. (Bulkaini)
0 komentar:
Post a Comment