Ribuan Jamaah memadati Masjid Hubbul Wathan Islamic Center untuk Shalat Idul Adha 1437 Hijriyah, Senin (12/9/2016) |
Islamic Center NTB yang terletak di Kota Mataram NTB, akhirnya dipergunakan sebagai lokasi Shalat Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah atau bertepatan dengan hari Senin tanggal 12 September 2016. Islamic Center yang sebelumnya jadi pusat MTQ Nasional ke XXVI Tahun 2016 akan dijadikan sebagai pusat kegiatan peradaban Islam di NTB.
Hadir pada Hari Raya IDul Adha ini, adalah Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH, MSi, Sekda NTB Ir. H. Rosiady H.Sayuti, MSc, PhD, Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Wakil Walikota Mataram. H. Mohan Roliskana dan ribuan masyarakat lainnya.
Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi mengatakan, Hari Raya Idul Adha
bermakna mengokohkan pengorbanan dalam kebaikan. Termasuk dalam membangun
daerah, bangsa dan negara butuh pengorbanan.
‘’Hidup itu butuh pengorbanan. Bekerja membangun daerah, membangun
bangsa, membangun negara itu semua butuh pengorbanan. Dan pengorbanan terbaik
adalah yang dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah SWT,’’ ujar gubernur
ditemui usai salat hari raya Idul Adha di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center
NTB, Senin (12/9/2016).
Dikatakan, Hari Raya Idul Adha merupakan momentum rasa syukur kepada
Allah SWT karena dalam hari raya ini banyak sekali karunia dan nikmat yang
diberikan Allah SWT. ‘’Dan juga kesempatan bagi seluruh warga NTB untuk lebih banyak mendekat
kepada Allah SWT. Karena tidak ada yang
bisa kita selesaikan urusan dunia kecuali dengan pertolongan Allah,’’ katanya.
Gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini menambahkan, Hari
Raya Idul Adha bermakna untuk
mengokohkan pengorbanan dalam kebaikan. Ia menjelaskan, kenapa masjid IC
dinamakan Hubbul Wathan. Menurut TGB, nama Hubbul Wathan bermakna cinta tanah
air.
Tanah air, bangsa dan negara merupakan amanah dari Allah SWT yang sangat
besar. Menurutnya, amanah ini tidak kalah dengan amanah ibadah lainnya
seperti salat, puasa dan lainnya.
‘’Masjid ini dinamakan Hubbul Wathan untuk mengingatkan kita semua bahwa
bumi Indonesia, NTB, Lombok ini adalah
amanah bagi kita semua. Karena ini amanah maka wajib kita cintai,’’ imbuhnya.
TGB mengatakan, dengan adanya rasa cinta maka akan melahirkan semangat untuk menjaga dan
memelihara. Pada saat memberikan sambutan sebelum pelaksanaan salat Hari Raya
Idul Adha, TGB mengatakan pemberian nama Hubbul Wathan, mungkin tidak lazim
dalam pemberian nama masjid.
Tetapi, bumi yang dipijak, tanah air merupakan suatu amanah atau titipan
Allah SWT yang sangat besar tanggung jawabnya. Sehingga ia mengajak supaya
masjid tersebut diisi, dimakmurkan sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai
luhur yang dimiliki masyarakat NTB.
‘’Masjid Hubbul Wathan ini dimulai pemanfaatannya pada Hari Raya Idul
Adha ini untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa semangat kurban perlu kita
tanamkan dalam kehidupan sehari-hari,’’ pungkasnya.
Sementara Khatib, Dr. KH. Abdul Malik Madaniy, MA, dalam khutbahnya, mengajak umat
Islam, baik muslimin dan muslimat untuk kembali kepada jati diri sebagai
pemeluk agama yang sangat mencintai perdamaian.
Dijelaskan, salah satu arti pokok kata Islam adalah keselamatan dan
kedamaian. Atas dasar pengertian inilah para ulama dan cendekiawan muslim
menyebut Islam sebagai agama perdamaian. ‘’’Penyebutan ini sangatlah tepat,
karena memang komitmen Islam terhadap kehidupan. Yang damai sungguh sangat
kuat,’’ katanya.
Upaya penyadaran umat akan jati dirinya sebagai pemeluk agama perdamaian
dan kasih sayang ini, lanjut Malik Madaniy, dirasakan sangat penting dan
mendesak beberapa tahun terakhir. Terutama setelah munculnya gerakan
terorganisir atas nama agama Islam yang menebar kekerasan dan kekacauan serta
menimbulkan petaka kemanusian yang sangat mengerikan.
Dikatakan, ribuan nyawa manusia, baik muslim dan non muslim telah
menjadi korban kebiadaban gerakan terorganisir tersebut. Serta ratusan ribu
orang terpaksa mengungsi, meninggalkan kampung halaman dan tanah air mereka,
menyeberang ke benua lain yang lebih aman.
Hal itulah yang dialami umat Islam di Timur Tengah dan Afrika. Di Timur
Tengah, katanya, bercokol gerakanan Islamic
State of Iraq and Syiria (ISIS). Sedangkan di Afrika muncul gerakan Boko
Haram. Di mana mereka menganggap berbagai bentuk teror dan kebrutalan yang
dilakukan merupakan realisasi dari perintah jihad fi sabilillah.
Malik Madaniy mengatakan sangat ironis, jihad yang merupakan konsep
ajaran Islam yang mulia telah berubah menjelma menjadi sebuah monster yang
sangat mengerikan dan menakutkan. Jihad yang dalam Islam bertujuan untuk
memperjuangkan kelangsungan hidup manusia berbalik menjadi sesuatu yang
menghancurkan kemanusiaan akibat pemahaman yang salah.
‘’Mereka telah keliru memaknai jihad dan menerapkannya dalam
memperjuangkan agama Allah. Sehingga bukan jihad yang mereka lakukan tapi irhab
(menebar teror di tengah-tengah kehidupan yang damai),"kata Dosen Fakultas
Yariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Salah satu argumen yang sering dilontarkan oleh pelaku kekerasan atas
nama agama Islam ini adalah dalam rangka membela Islam dan umatnya dari
perlakuan yang tidak adil dari kekuatan negara adidaya dan sekutu serta
anteknya yang memerintah negeri muslim. Tetapi, kata Malik Madaniy, mereka tak
menyadari cara perlawanan yang mereka tempuh kejam dan biadab dengan korban
nyawa manusia yang tak berdosa.
Para pendiri bangsa ini telah menyepakati perjanjian kebangsaan tentang
bentuk negara yang kita yakini yakni NKRI. Sebagai generasi penerus, maka wajib
setia dan menjaga perjanjian tersebut. Indonesia tidak mengimpikan bentuk
negara yang lain termasuk khilafah yang diusung ISIS.
‘’Berbagai
perbedaan pendapat, pandangan dan pilihan di antara kita, kita carikan titik
temunya dengan cara damai. Jauh dari semangat kekerasan dan pemaksaan.
Kekerasan bukanlah solusi permasalahan. Sebaliknya kekerasan akan mengundang
terjadinya kekerasan yang lain,’’pungkasnya. (Muhammad Nasir)
0 komentar:
Post a Comment