![]() |
Inaq Aris di Lombok Timur sedang membuat tungku dari tanah liat. |
BEBERAPA tahun lalu, peralatan rumah tangga
terbuat dari tanah liat yang mudah ditemukan di mana saja. Seiring
perkembangan zaman peralatan rumah tangga dari tanah liat mulai ditinggalkan
karena kalah saing dengan peralatan modern yang lebih praktis. Lantas
bagaimana nasib peralatan masak tradisional sekarang ini?
Sebut saja, setelah pemerintah melakukan
konversi dari bahan bakar minyak tanah ke elpiji, penggunaan alat masak
tradisional tidak banyak digunakan lagi. Bahkan, penggunaan kompor juga jarang
kita temukan. Jika dulu banyak warung, usaha-usaha kecil hingga kalangan rumah
tangga menggunakan kompor berbahan bakar minyak tanah, kini semakin jarang
ditemukan, khususnya di kota-kota besar.
Meski demikian, di pedesaan, alat
masak tradisional masih digunakan. Misalnya, penggunaan tungku tanah liat.
Harus diakui, penggunaan tungku tanah liat untuk memasak masih banyak
ditemukan. Bahkan, perajin tungku tanah liat masih terus berproduksi, meski
dalam jumlah yang tidak besar.
Inaq Aris, salah satu perajin tungku
tanah liat di Dusun Lantan, Desa
Masbagik Timur, Lombok Timur, mengaku, tungku tanah liat masih banyak diminati. Alasan masih
banyaknya masyarakat menggunakan tungku tanah liar, karena rasa masakan yang dihasilkan.
“Beda rasanya yang dimasak dengan tungku dengan tungku
tanah liat. Jadi orang-orang lebih pilih pakai ini, juga karena banyak tersedia
kayu yang sayang jika tidak dimanfaatkan,” terangnya pada Ekbis
NTB, Rabu (8/3/2017).
![]() | |
|
Selain itu, dalam acara-acara pesta atau hajatan
pernikahan tungku
lebih banyak digunakan karena bisa memasak lebih cepat dan praktis. Terlebih,
kayu yang dipergunakan untuk memasak banyak tersedia di tengah masyarakat.
Diakuinya, dalam sehari, Inaq Aris bisa membuat 25 tungku tanah
liat. Proses pembuatannya bisa memakan waktu 2 hari. 1 hari untuk buat dan 1
harinya untuk dihaluskan, dijemur dan dibakar,” tukasnya. Tungku tanah liat
memiliki berbagai model, tapi yang paling umum dikenal yaitu 1 tungku dan 2
tungku.
“Ada yang namanya tungku sampak, karena sudah ada sampaknya, jangkih jembatan karena ada jembatannya,
tungku bongkang yang polos, dan
tungku belo,” jelasnya.
Harga tungku tanah liat sendiri bervariasi, tergantung
model yang dipilih. Kalau yang 1 tungku harganya Rp 10 -15 ribu. Sedangkan yang
dua tungku harganya Rp 25-30
ribu. Tungku buatan ini dijual kepala rumah tangga ke pasar atau keliling kampung untuk
menawarkannya. “Tungku ini bisa bertahan lama tergantung pemakaian penggunanya
soalnya semakin lama semakin kuat dia,” jelasnya.
Hasil dari membuat tungku ini, diakuinya, mampu menghidupi kehidupannya
sehari-hari. "Hasilnya dipakai untuk menyekolahkan kedua anak saya. Sampai
anak saya tamat SMA dari uang buat ini," terangnya. (uul/Ekbis NTB)
1 komentar:
dimana bisa beli tungku ini
Post a Comment