JADI HUTAN - Inilah bekas tambang PTNMR yang sudah berubah. Kawasan yang dulu banyak bangunan dan aktivitas lalu lalang kendaraan berat sudah berubah menjadi hutan belantara |
Operasional PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) sudah ditutup 2004 silam. Lokasi tambang yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara Sulawesi Utara ini kini sudah tidak terlihat lagi. Pusat pengolahan, kamp bagi pekerja, pipa-pipa yang dulu menunjukkan ada aktivitas tambang sudah berubah kembali menjadi hutan.
Burung-burung maupun binatang yang dulu mengungsi akibat
pertambangan sudah kembali. Malahan bekas lokasi tambang menjadi tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi dari Australia ke daratan Asia dan sebaliknya.
Tidak hanya itu, perusahaan tambang emas yang beroperasi sangat singkat ini, yakni sejak tahun 1996 hingga 2004 ini, di tahun 2015 kini sudah mulai mengembalikan area pinjam pakai pada pemerintah.
Mereka menjadi perusahaan tambang pertama yang mengembalikan area pinjam pakai pada pemerintah. Malahan, area pinjam pakai yang dikembalikan pada pemerintah sesuai dengan foto satelit terbaru jauh lebih baik ketika sebelum dipinjam.
Menurut Presiden Direktur PT. NMR David Sompie, pihaknya sudah lama ingin mengembalikan area pinjam pakai. Namun, belum siapnya pemerintah daerah mengelola kawasan yang cukup luas, yakni 400 hektar dengan luas lahan yang direklamasi 221 hektar membuat PTNMR masih tetap bertahan. "Pemerintah daerah masih meminta PTNMR tetap sampai mereka siap," tuturnya saat menerima rombongan wartawan dari NTB, akhir pekan lalu.
Tidak hanya itu, pihaknya ingin menunjukkan pada semua orang, jika perusahaan tambang yang sudah tutup tidak akan membuat kota di sekitarnya mati. Dalam hal ini, meski tambang ditutup, perekonomian kota dan masyarakat di sekitarnya semakin bagus. Malahan, bekas tambang bisa dijadikan sebagai sebuah destinasi baru dan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD).
Atas dasar itulah, Pemda Minahasa Tenggara dan PTNMR akan menjadikan bekas tambang sebagai kebun raya. Malahan, Bupati Minahasa Tenggara James Sumendap, SH, sudah bertemu dengan pihak Kebun Raya Bogor membahas rencana pengembangan bekas lokasi tambang jadi kebun raya.
Jika ini terealisasi, ujarnya, maka bekas tambang PTNMR menjadi satu-satunya kebun raya yang dibangun dari bekas tambang. Ini artinya, persepsi banyak orang jika daerah bekas tambang akan jadi kota mati atau kota hantu tidak terbukti.
‘’Isu jadi kota hantu setelah tidak ada tambang tidak sepenuhnya benar. Karena sudah ada pemekaran wilayah, tingkat perekonomian meningkat dan kota ini tidak akan jadi kota hantu seperti dikhawatirkan,’’ terangnya.
Meski demikian, ujarnya, dalam membangun sebuah kebun raya membutuhkan waktu lama. Untuk itu, pihaknya komit mendampingi Pemkab Minahasa Tenggara dalam menjadikan daerah bekas tambang menjadi kebun raya. Pihaknya mengklaim penutupan area pertambangan itu menjadi salah satu contoh kesuksesan pemulihan alam pasca-pertambangan yang dilakukan melalui program terpadu yang melibatkan berbagai pihak.
Sementara Manager Environmental PTNMR Jerry Kojansow, menegaskan komitmen pihaknya dalam mereklamasi daerah bekas tambang. Bergelut selama 20 tahun, Jerry bersama tim berusaha menjadikan kawasan yang dulunya banyak disangsikan bisa berkembang menjadi daerah destinasi wisata baru.
Kawasan yang dulu gundul kini telah menghijau dengan pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi. Habitat burung dan hewan lainnya telah kembali ke kawasan ini. Begitu juga di laut, pihaknya ikut membantu konservasi hayati laut, seperti terumbu karang dan perhatian pada nelayan. Malahan, pihaknya sudah memasang 3.000 reef ball (terumbu karang buatan) di Teluk Totok, Kecamatan Ratatotok Minahasa Tenggara.
Menurutnya, Teluk Totok yang letaknya bersebelahan dengan Teluk Buyat cocok dikembangkan untuk wisata snorkeling dan diving, karena di perairan tersebut terdapat sekitar 26 famili, 72 genera, 150 spesies dan 9.006 individu ikan yang hidup pada terumbu karang buatan. Untuk itu, pihaknya berharap apa yang dilakukan PTNMR mampu memberikan kontribusi besar bagi daerah, khususnya dalam mengembangkan kebun raya dan pariwisata buatan di sepanjang pantai di Minahasa Tenggara. (Marham)
Burung-burung maupun binatang yang dulu mengungsi akibat
pertambangan sudah kembali. Malahan bekas lokasi tambang menjadi tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi dari Australia ke daratan Asia dan sebaliknya.
Tidak hanya itu, perusahaan tambang emas yang beroperasi sangat singkat ini, yakni sejak tahun 1996 hingga 2004 ini, di tahun 2015 kini sudah mulai mengembalikan area pinjam pakai pada pemerintah.
Mereka menjadi perusahaan tambang pertama yang mengembalikan area pinjam pakai pada pemerintah. Malahan, area pinjam pakai yang dikembalikan pada pemerintah sesuai dengan foto satelit terbaru jauh lebih baik ketika sebelum dipinjam.
Menurut Presiden Direktur PT. NMR David Sompie, pihaknya sudah lama ingin mengembalikan area pinjam pakai. Namun, belum siapnya pemerintah daerah mengelola kawasan yang cukup luas, yakni 400 hektar dengan luas lahan yang direklamasi 221 hektar membuat PTNMR masih tetap bertahan. "Pemerintah daerah masih meminta PTNMR tetap sampai mereka siap," tuturnya saat menerima rombongan wartawan dari NTB, akhir pekan lalu.
Tidak hanya itu, pihaknya ingin menunjukkan pada semua orang, jika perusahaan tambang yang sudah tutup tidak akan membuat kota di sekitarnya mati. Dalam hal ini, meski tambang ditutup, perekonomian kota dan masyarakat di sekitarnya semakin bagus. Malahan, bekas tambang bisa dijadikan sebagai sebuah destinasi baru dan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD).
Atas dasar itulah, Pemda Minahasa Tenggara dan PTNMR akan menjadikan bekas tambang sebagai kebun raya. Malahan, Bupati Minahasa Tenggara James Sumendap, SH, sudah bertemu dengan pihak Kebun Raya Bogor membahas rencana pengembangan bekas lokasi tambang jadi kebun raya.
Jika ini terealisasi, ujarnya, maka bekas tambang PTNMR menjadi satu-satunya kebun raya yang dibangun dari bekas tambang. Ini artinya, persepsi banyak orang jika daerah bekas tambang akan jadi kota mati atau kota hantu tidak terbukti.
‘’Isu jadi kota hantu setelah tidak ada tambang tidak sepenuhnya benar. Karena sudah ada pemekaran wilayah, tingkat perekonomian meningkat dan kota ini tidak akan jadi kota hantu seperti dikhawatirkan,’’ terangnya.
Meski demikian, ujarnya, dalam membangun sebuah kebun raya membutuhkan waktu lama. Untuk itu, pihaknya komit mendampingi Pemkab Minahasa Tenggara dalam menjadikan daerah bekas tambang menjadi kebun raya. Pihaknya mengklaim penutupan area pertambangan itu menjadi salah satu contoh kesuksesan pemulihan alam pasca-pertambangan yang dilakukan melalui program terpadu yang melibatkan berbagai pihak.
Sementara Manager Environmental PTNMR Jerry Kojansow, menegaskan komitmen pihaknya dalam mereklamasi daerah bekas tambang. Bergelut selama 20 tahun, Jerry bersama tim berusaha menjadikan kawasan yang dulunya banyak disangsikan bisa berkembang menjadi daerah destinasi wisata baru.
Kawasan yang dulu gundul kini telah menghijau dengan pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi. Habitat burung dan hewan lainnya telah kembali ke kawasan ini. Begitu juga di laut, pihaknya ikut membantu konservasi hayati laut, seperti terumbu karang dan perhatian pada nelayan. Malahan, pihaknya sudah memasang 3.000 reef ball (terumbu karang buatan) di Teluk Totok, Kecamatan Ratatotok Minahasa Tenggara.
Menurutnya, Teluk Totok yang letaknya bersebelahan dengan Teluk Buyat cocok dikembangkan untuk wisata snorkeling dan diving, karena di perairan tersebut terdapat sekitar 26 famili, 72 genera, 150 spesies dan 9.006 individu ikan yang hidup pada terumbu karang buatan. Untuk itu, pihaknya berharap apa yang dilakukan PTNMR mampu memberikan kontribusi besar bagi daerah, khususnya dalam mengembangkan kebun raya dan pariwisata buatan di sepanjang pantai di Minahasa Tenggara. (Marham)
0 komentar:
Post a Comment