Be Your Inspiration

Wednesday, 27 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 6)


Sebulan sudah Prabu Santana meninggalkan keluarga dan rakyatnya. Namun, bagi Putri Faradila, kematian ayahnya masih belum bisa diterima. Rasa dendamnya pada Pangeran Kumara yang telah membunuh ayahnya masih terus membayangi dirinya.

Bayang-bayang sang ayah membelai rambutnya dan memanjakannya selama masih hidup seakan tak pernah dilupakannya.

Gemercik air dingin air terjun Aiq Bukak dan kicauan burung menjadi teman setiap saat. Ilmu beladiri peninggalan Tatiq Badil terus dilatih. Baginya, cuma satu bagaimana membunuh Pangeran Kumara yang telah memisahkan dirinya dan ayahnya.

Suatu hari, Faradila ditemani Kacek memacu kudanya menuju Kopang melihat keramaian pasar. Dengan memakai baju biasa layaknya rakyat jelata dan menyamar sebagai laki-laki, mereka mampir di sebuah kedai warung yang cukup ramai.

Setelah mengikat tali kekang kudanya, mereka pun masuk ke dalam. Warung yang lumayan besar itu pun sudah hampir penuh. Hanya ada tempat makan di pojok bagian belakang. Kacek menuju pemilik warung untuk memesan nasi campur dan tuak manis.

"Nasi campur dua dan tuak manisnya juga dua," ujar Kacek pada pemilik warung.

"Nasinya habis tuan. Kalau mau tunggu sebentar, nasinya lagi dimasak," ujar pemilik warung.

"Sebentar. Saya tanya teman saya dulu, apakah mau menunggu," jawab Kacek sambil kembali menemui Putri Faradila.

"Nasinya habis, Gusti," Apa mau menunggu sambil menanti nasinya matang," kata Kacek dengan suara pelan.

Putri Faradila hanya mengangguk kecil sebagai tanda setuju. "Saya ingin dengar apa yang lagi diomongin sama orang-orang," ujarnya.

Putri Faradila berusaha mendengar apa yang menjadi topik pembicaraan warga desa dan para pendatang yang singgah makan di warung itu.

Saat sedang fokus memandang wajah orang-orang di sekitarnya. Tanpa disadari, seorang pendatang tiba-tiba duduk di dekat Faradila.

"Boleh saya duduk di sini, meton (saudara atau anda)," tanyanya pada Putri Faradila.

"O boleh saja. Silahkan, semeton," jawab Putri Faradila seperti suara laki-laki. (BERSAMBUNG)

Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive