Gunung Tambora dengan awan putih yang menyelimutinya |
Kepala
Taman Nasional Gunung Tambora Agus Budi menargetkan agar Tambora bisa
mendapatkan kategori Bisphere Reserves (Cagar Biosfer) dari Unicef. Saat ini,
pihaknya bersama Pemerintah tengah berupaya agar Tambora dapat disejajarkan
dengan cagar biosfer lainnya di dunia.
“Tambora
tahun ini juga akan kita proses untuk mendapatkan status dari Unesco berupa
Biosphere Reserves (Cagar Biosfer) dan sekaligus sebagai Universal Global
Geopark,” kata Agus Budi melalui pesan singkat, Senin (19/3/2018).
Mantan
Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani ini tengah berupaya untuk membawa nama
Tambora mendunia seperti yang dilakukan pada Rinjani. Ia berharap dengan
berbagai upaya yang dilakukan oleh TNGT bersama Pemda dan masyarakat sekitar,
Tambora bisa mendatangkan lebih banyak wisatawan. Sehingga bisa memberikan
manfaat bagi masyarakat sekitar. “Ini
tujuannya tidak lain untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Cagar
biosfer merupakan suatu kawasan ekosistem yang keberadaannya diakui dunia
internasional sebagai bagian dari program Man and Biosphere Badan
Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Keberadaan
cagar biosfer bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara melestarikan
keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi dan kebudayaan. “Semoga
ini berjalan dengan baik. Sehingga masyarakat bisa mengambil manfaat lebih dari
keberadaan TNGT ini,” harapnya.
Tahun
ini, pihaknya juga menargetkan untuk mendatangkan setidaknya 5.000 wisatawan ke
Tambora. Diketahui bahwa pada tahun sebelumnya, jumlah kunjungan wisatawan ke
Tambora masih kurang menggembirakan. Angkanya bahkan berada di bawah 2.000
kunjungan. Namun dengan adanya berbagai upaya promosi dan berbagai status TNGT
yang saat ini tengah diupayakan, diharapkan bisa meningkatkan pamor TNGT
sebagai salah satu destinasi wisata. “Untuk
Tambora akan ada historical trail
(jejak bersejarah) juga,” ujarnya.
Dengan
demikian, wisatawan akan diinformasikan tentang sejarah Gunung Tambora.
Sehingga wisatawan bisa mengetahui bahwa gunung yang sedang didaki dan
dikunjungi itu memiliki sejarah panjang di mana letusannya bahkan dirasakan
hingga lintas benua. Ia juga berharap jejak sejarah ini mampu memikat lebih
banyak wisatawan untuk berkunjung. (Linggauni/Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment