Be Your Inspiration

Monday, 12 March 2018

Keris, Koleksi Sejarah yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu

L. Erwin menunjukkan koleksi keris yang dimiliki. 

KERIS adalah identitas Indonesia. Benda ini adalah warisan kuno.meski begitu, ia justru masih banyak peminat. Tidak saja dari dalam negeri, di luar negeripun permintaan masih menjanjikan.

Tak banyak orang yang menjaga warisan leluhur ini eksis. Produksinya pun terbatas. Di tahun 2018 ini, ada beberapa kolektor keris yang masih bertahan, khususnya di Kota Mataram.  Pada masa lalu, keris berfungsi sebagai senjata dalam peperangan,sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian.
Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesoris (ageman) dalam berbusana , memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetika.

Dalam sebuah literatur, asal usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah "keris" telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi. Pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa prasasti  dan laporan-laporan penjelajah asing ke nusantara.



Media ini menjumpai salah satu kolektor keris di Kota Mataram, Lalu Erwin. Ia tinggal di salah satu komplek perumahan di Kota Mataram. Saat bertemu dengannya, guru SMK 4 Negeri Mataram ini terlihat sedang menghunus keris yang menjadi koleksinya.

Tangannya nampak sangat meyakinkan, ketika perlahan-lahan keris-keris itu dibersihkan. Empat bilah keris sedang dibersihkan. L. Erwin menggunakan jeruk nipis. Katanya, air jerus nipis dapat merontokkan karat. Benar saja, tak beberapa lama setelah potongan jeruk nipis digosok, bilah keris yang dibersihkannya nampak mengkilat. Besi keris-keris itu tidak terlihat seperti besi kini.

L. Erwin kemudian menunjukkan, mana keris yang usianya tua, dan mana yang usianya relative muda. Salah satu kerus yang dipegang konon usianya sudah cukup tua. Tapi tak disebut angka tahun umurnya. Besi keris nampak berbintik-bintik terang, ada juga garis-garis. Ia menyebut besinya dari batu meteor.



Memasuki rumahnya mungkin agak sedikit berbeda. Maklum, dari teras rumahnya dijejali bilahan-bilahan berbagai jenis kayu. Katanya akan dibuat sebagai gagangnya. Di dalam rumahnya, kita bisa menjumpai beberapa perkakas berusia lama. Di antaranya gentong kuno, lukisan tua, dan beberapa perkakas orang tempo dulu. Ia mendapatkan barang-barang itu dari mereka yang datang menawarkannya.

Etalase kaca berukuran besar miliknya penuh dengan gagang dan sarung keris berbagai ukuran dan ukiran. Beberapa jenis keris tersimpan disana, belati juga ada. Usia besi-besi tajam berpahat itu tentu berbeda-beda.

Lalu Erwin juga baru saja usai mengepak pesanan. Keris-keris yang dibelinya akan dikirim ke beberapa pemesan di dalam negeri. Untuk pesanan luar negeri, ia masih menunggu telpon. Sesekali ia juga bercerita tentang pengalaman supranaturalnya menyimpan keris-keris itu.

Apakah keris masih diminati? L . Erwin mengiayakannya. Peradaban modern tak membuat keris hanya menjadi kisah sejarah. Benda ini masih banyak dicari. Soal penggunaannya, pria kelahiran Rarang, Lombok Timur ini tak tak terlalu jauh menjabarkannya.

“Dari dalam negeri pemesanannya rutin. Ada juga permintaan dari Malaysia setiap bulan. Keris-keris ini juga dikirim ke Belanda. Karena disana ada museum keris,” demikian L. Erwin.


Hampir setiap hari di luar jam aktif mengajarnya, ia nampak sibuk. Berbagai kegiatan ia lakukan. Dari membersihkan keris, membuat gagang, hingga memoles gagang. Rumahnya nyaris tak pernah sepi tamu. Mereka yang mengunjunginya, rata-rata berurusan soal keris.

Berbicara harga jualnya, sejuah ini belum ada yang dihargai fantastis. Relatif normal, dari ratusan ribu, hingga jutaan rupiah. Tergantung tingkat usia keris. Soal ukuran, biasanya tak dipersoalkan.
Bagi kolektor yang beruntung, keris bahkan terjual hingga puluhan miliar diluar negeri. Orang luar negeri menganggap keris sebagai barang yang sangat antik. Karena itu, jangan pandang keris sebelah mata.(Bulkaini) 
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive