Ketua PW NU NTB Prof. H. Masnun Tahir |
Konferensi Wilayah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU)
Nusa Tenggara Barat (NTB) akhirnya memilih Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag.,
sebagai Ketua Tanfidziah PWNU NTB dan Tuan Guru H.Lalu Turmudzi Badaruddin
sebagai Ro’is Syuriah PWNU NTB, di Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok
Tengah, Sabtu (19/1/2019) malam.
“PWNU NTB dan segenap jamaah Nahdiyin mempercayai Masnun
sebagai ketua lima tahun berikutnya,” ujar Suaeb Quri, salah satu peserta
Konferwil.
Sementara terpilihnya Tuan Guru H. Lalu Turmudzi Badaruddin
sebagai Ro’is Syuriah PWNU NTB atas kesepakatan forum khusus para Halul Wali
Wal Akdi terdiri dari sembilan tuan guru termasuk penasehat NU di NTB.
Prof. Masnun, sebelumnya pada pembukaan Konferwil,
mengatakan siap memimpin dan dipimpin. “Saya siap dipimpin dan siap memimpin,”
ujarnya ditemui di Pondok Pesantren NU Qamarul Huda Bagu.
Sementara untuk Sekretaris PWNU NTB akan diberi waktu tujuh
hari untuk dipilih. Prof. Masnun mengaku sejumlah nama sebagai sekretaris pun
sudah muncul seperti Ketua KPU NTB saat ini Lalu Aksar Ansori, mantan Ketua GP
Ansor NTB, Suaeb Quri, Sekretaris PW NU NTB hari ini, Lalu Winengan dan juga
Tauhid Rifai yang saat ini sebagai Tim Ahli Pendamping Desa Provinsi NTB.
“Banyak nama diusulkan untuk jadi partner saya kalau saya dimandatkan
pimpin NU. Saya welcome saja. Saya
sudah biasa berpartner dengan siapa saja,” katanya
Sementara itu Lalu Aksar Ansori yang dikonfirmasi terpisah,
melalui pesan singkatnya mengaku dia sama sekali tidak pernah menginginkan
jabatan apa saja di NU. Ia pun tidak mencalonkan diri apalagi sebagai calon
sekretaris. Menurut Aksar ada banyak senior yang dilihatnya lebih mampu bahkan
dari sisi pendidikan juga masih banyak yang lebih tinggi.
“Ada yang S3 dan S2, ada ustadz, ada yang punya akses dan
jaringan, ada yang menulis buku tebal tebal dan banyak membesarkan pondok
pesantren. Kalau saya ngga lah, ikut jadi apa saja dan siap melaksanakannya,”
kata pria kelahiran Penujak Lombok Tengah itu.
Posisinya sebagai anggota KPU kata dia tinggal hitungan hari,
sehingga jangan sampai dengan meminta jabatan di NU banyak pihak menganggap
akan mencari makan di NU. “Saya tinggal 2 hari menjadi anggota KPU dan tanggal
22 Januari sudah menganggur. Jangan sampai karena nganggur malah bukan
menghidupi NU malah dibilang cari hidup di NU,” kata Aksar. “Jadi sekali lagi,
ada banyak teman lain. Saya di antrean paling terakhir saja. kalau ada 10
calon, saya di antrean ke 11 saja,” tambahnya.
Berbeda dengan Suaeb Quri yang berharap agar ada regenerasi
di NU alias tidak hanya orang-orang lama saja. Tidak hanya itu Suaeb juga
memberi masukan agar kaum muda bisa diakomodir apalagi ada representasi
perwakilan Pulau Sumbawa. “Ini masukan dari teman-teman muda NU,” tandasnya.
(darsono/Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment