Be Your Inspiration

Wednesday, 20 January 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (13)


"Hemmm... Aku penasaran sama Fadil," gumam Pangeran Kumara dalam hati. "Aku akan buktikan, kalau dia adalah perempuan dan bukan perempuan sembarangan," tambahnya.

Setelah itu, Pangeran Kumara balik ke istana dan menemui kakaknya. 

"Maaf Kakak, dua teman hamba sudah keburu pergi. Mereka katanya takut kemalaman di jalan."

"Emang darimana asalnya?" tanya Putri Ayuning. 

"Dia mengaku berasal dari Kopang. Tapi saya pikir dia bukan dari sana. Mungkin dia dari Kerajaan Mantang," jawabnya berspekulasi. 

"Kenapa kau berkata seperti itu?" tanya Putri Ayuning tak percaya. 

"Bisa saja, laki-laki yang saya curigai sebagai perempuan itu seorang putri kerajaan. Atau dia anaknya Prabu Santana yang sengaja mencari kelemahan kita," ujar Pangeran Kumara berspekulasi. 

"Hemmm, bisa jadi perkiraanmu," kata Putri Ayuning semakin tertarik dengan laki-laki yang mengaku bernama Fadil. 

"Kalau memang dia dari Kerajaan Mantang, kenapa dia tidak membunuhku saat tidur bersama tadi malam? Ataukah ada maksud tersembunyi dari dia?" ujarnya penuh tanda tanya. 

"Bisa jadi," sahut Putri Ayuning. "Pantas saja, tadi mereka tidak mau menghadiri undangan kita untuk hadir," tambahnya. 

"Tapi, terus terang Kakak, saat melihat mata laki-laki yang mengaku bernama Fadil itu ada rasa kesejukan. Mungkin aku telah jatuh cinta padanya," aku Pangeran Kumara mengungkapkan perasaannya. 

"Kamu jangan gila!" Putri Ayuning mengingatkan. "Kalau dia itu benar-benar laki-laki bagaimana?" tanyanya balik.

"Ah ngak mungkin, Kanda," jawab Pangeran Kumara . "Feeling saya, dia itu perempuan. Bahkan, tadi sebelum mereka pergi, saya mendengar suara perempuan saat Fadil berteriak takut sama ular. Tapi saya sengaja pura-pura tidak tahu," tambahnya. 

"Hemm, siapa tahu ada maksud tersembunyi yang mereka inginkan. Untuk sementara, kita harus waspada, siapa tahu pihak Kerajaan Mantang sengaja mematai-matai kita," ujar Putri Ayuning mengingatkan. 

Putri Ayuning pun memanggil Pangeran Nyen Nyeh yang kebetulan baru tiba di balairung istana. 

"Nyen Nyeh, tingkatkan kewaspadaan. Jangan sampai kita lengah! Soalnya tadi, dari hasil bincang-bincang dengan Kumara, kemungkinan ada prajurit atau orang Mantang yang datang kemari." 

"Hamba Gusti Putri," jawab Nyen Nyeh sambil menyembah. "Kami siap dengan titah Gusti Putri," tambahnya. 

"Kewaspadaan penting. Penjagaan di pintu masuk istana dan kerajaan harus diperketat. Termasuk warga yang datang mengambil air suci juga harus diperiksa," 

"Baik Gusti Putri," jawab Nyen Nyeh sambil menyembah dan beranjak ke luar balairung istana. 

"Oh ya, Kanda, kalau dia anaknya Prabu Santana, bagaimana?" tanya Pangeran Kumara melanjutkan perbincangan yang tertunda. 

"Dinda bersiap-siap saja menerima pembalasan. Putri Faradila akan membunuhmu," seloroh Putri Ayuning. 

"Ah, Kanda jangan seperti itu!" jawab Pangeran Kumara merajuk. "Dinda sepertinya jatuh hati pada dia," ujarnya lagi. 

"Kita lihat saja nanti," ujar Putri Ayuning. "Yang penting, Dinda tetap siaga dan tak boleh lengah!" tambahnya.

"Yah, kalau memang harus mati di tangan dia tak masalah. Asalkan sudah mendapatkan cintanya," canda Pangeran Kumara. 

Putri Ayuning pun tersenyum memperhatikan adiknya yang sedang jatuh cinta.  (BERSAMBUNG)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive