Waktu pun berlalu dengan cepat. Tidak terasa waktu seminggu seperti perjanjian Pangeran Kumara dan Putri Faradilla pun datang.
Setelah berpamitan pada kakaknya, Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul memacu kudanya menuju Kopang. Dengan menyamar sebagai pengelana, Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul ingin segera sampai di lokasi.
Panas matahari yang menyengat pun tak mereka rasakan. Mereka terus memacu kudanya melewati padang rumput dan sungai yang banyak ditemui.
Sementara di Mantang, Putri Faradilla didampingi Kacek juga melakukan perjalanan yang sama. Jarak yang dekat antara Mantang dan Kopang tidak membuat mereka terburu-buru mengendarai kudanya.
Putri Faradilla yang menggunakan pakaian samaran laki-laki terlihat gagah di atas punggung kudanya. Tidak ada nampak di penampilannya, dia seorang putri yang cantik dan mempesona. Kini yang kelihatan hanyalah sosok pria yang ganteng.
Kacek yang mendampingi Putri Fadilla siap melindungi sang putri dari gangguan orang yang berniat jahat selama di perjalanan. Setelah menunggang kudanya selama seperempat hari atau 3 jam mereka pun tiba di Kopang.
Mereka pun menuju rumah makan tempat mereka makan dengan Pangeran Kumara alias Dabok seminggu lalu. Setelah sampai, mereka mengikat tali kekang kudanya di tempat yang telah disiapkan.
Saat mereka datang sejumlah orang melihat ke arah mereka. Namun, keduanya tidak peduli dan seolah tidak ada apa-apa.
Putri Faradilla alias Fadil pun masuk ke dalam rumah makan dan langsung menuju kursi dan meja yang masih kosong.
Rumah makan yang tidak terlalu besar ini pun ramai didatangi orang untuk makan. Terutama para pembeli atau pedagang yang berjualan di Pasar Kopang.
Sementara Kacek masih melihat situasi sekitar dan memastikan tidak ada gangguan yang berarti. Setelah itu, Kacek kemudian memesan makanan ke pemilik warung.
"Minta tolong dua porsi ayam kampung dan sayur hijau ke meja pojok,"
"Apa ndak coba menu baru ni meton?" tanya pemilik warung.
"Menu apa?"
"Menu spesial, Kepait Kelak Kuning (anak ikan dimasak dengan bumbu kuning berbahan kunyit),"
"O bolehlah," ujar Kacek. "Tapi apa sudah matang?"
"Tenang meton, semuan ya sudah beres. Tinggal disuguhkan," jawabnya..
Setelah itu Kacek pergi ke tempat Putri Faradilla duduk. Dia kemudian berbisik mengenai menu makan yang sudah dipesan.
"Ampun tuan putri. Makanannya sudah siap. Ada Kepait Kelak Kuning," bisik Kacek.
"Jangan sebut itu!" ujar Putri Faradilla pelan. "Panggil saja, aku Fadil," tambahnya.
"Baik Dil," jawab Kacek.
Mereka diam sesaat ketika pemilik warung membawa menu pesanan ke meja.
"Silakan meton. Makanan sudah siap dimakan," ujar pemilik rumah makan mempersilakan.
"Dil, tunggu dulu. Biar saya cicipi," ujar Kacek sambil mencicipi makanan yang disuguhkan.
Kacek pun memberikan isyarat pada Putri Faradilla, jika makanan yang disuguhkan tidak beracun.
"Wow enak Dil," ujar Kacek sambil mengunyah.
Namun, baru saja Putri Faradilla akan mengambil makanan, tiba-tiba Kacek memegang perutnya. Kacek merasa ada sesuatu yang mengaduk-aduk isi perutnya.
"Aduhh.. Perutku kok sakit," keluh Kacek sambil memegang perutnya. "Ini pasti makanan sudah diracun," teriaknya kesakitan.
Putri Faradilla pun bangkit dan siaga terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Sementara beberapa orang yang sedang makan di rumah makan itu berdiri sambil menghunus pedang.
"Ada apa ini?" tanya Putri Faradilla. "Siapa kalian?" (BERSAMBUNG)
Setelah berpamitan pada kakaknya, Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul memacu kudanya menuju Kopang. Dengan menyamar sebagai pengelana, Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul ingin segera sampai di lokasi.
Panas matahari yang menyengat pun tak mereka rasakan. Mereka terus memacu kudanya melewati padang rumput dan sungai yang banyak ditemui.
Sementara di Mantang, Putri Faradilla didampingi Kacek juga melakukan perjalanan yang sama. Jarak yang dekat antara Mantang dan Kopang tidak membuat mereka terburu-buru mengendarai kudanya.
Putri Faradilla yang menggunakan pakaian samaran laki-laki terlihat gagah di atas punggung kudanya. Tidak ada nampak di penampilannya, dia seorang putri yang cantik dan mempesona. Kini yang kelihatan hanyalah sosok pria yang ganteng.
Kacek yang mendampingi Putri Fadilla siap melindungi sang putri dari gangguan orang yang berniat jahat selama di perjalanan. Setelah menunggang kudanya selama seperempat hari atau 3 jam mereka pun tiba di Kopang.
Mereka pun menuju rumah makan tempat mereka makan dengan Pangeran Kumara alias Dabok seminggu lalu. Setelah sampai, mereka mengikat tali kekang kudanya di tempat yang telah disiapkan.
Saat mereka datang sejumlah orang melihat ke arah mereka. Namun, keduanya tidak peduli dan seolah tidak ada apa-apa.
Putri Faradilla alias Fadil pun masuk ke dalam rumah makan dan langsung menuju kursi dan meja yang masih kosong.
Rumah makan yang tidak terlalu besar ini pun ramai didatangi orang untuk makan. Terutama para pembeli atau pedagang yang berjualan di Pasar Kopang.
Sementara Kacek masih melihat situasi sekitar dan memastikan tidak ada gangguan yang berarti. Setelah itu, Kacek kemudian memesan makanan ke pemilik warung.
"Minta tolong dua porsi ayam kampung dan sayur hijau ke meja pojok,"
"Apa ndak coba menu baru ni meton?" tanya pemilik warung.
"Menu apa?"
"Menu spesial, Kepait Kelak Kuning (anak ikan dimasak dengan bumbu kuning berbahan kunyit),"
"O bolehlah," ujar Kacek. "Tapi apa sudah matang?"
"Tenang meton, semuan ya sudah beres. Tinggal disuguhkan," jawabnya..
Setelah itu Kacek pergi ke tempat Putri Faradilla duduk. Dia kemudian berbisik mengenai menu makan yang sudah dipesan.
"Ampun tuan putri. Makanannya sudah siap. Ada Kepait Kelak Kuning," bisik Kacek.
"Jangan sebut itu!" ujar Putri Faradilla pelan. "Panggil saja, aku Fadil," tambahnya.
"Baik Dil," jawab Kacek.
Mereka diam sesaat ketika pemilik warung membawa menu pesanan ke meja.
"Silakan meton. Makanan sudah siap dimakan," ujar pemilik rumah makan mempersilakan.
"Dil, tunggu dulu. Biar saya cicipi," ujar Kacek sambil mencicipi makanan yang disuguhkan.
Kacek pun memberikan isyarat pada Putri Faradilla, jika makanan yang disuguhkan tidak beracun.
"Wow enak Dil," ujar Kacek sambil mengunyah.
Namun, baru saja Putri Faradilla akan mengambil makanan, tiba-tiba Kacek memegang perutnya. Kacek merasa ada sesuatu yang mengaduk-aduk isi perutnya.
"Aduhh.. Perutku kok sakit," keluh Kacek sambil memegang perutnya. "Ini pasti makanan sudah diracun," teriaknya kesakitan.
Putri Faradilla pun bangkit dan siaga terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Sementara beberapa orang yang sedang makan di rumah makan itu berdiri sambil menghunus pedang.
"Ada apa ini?" tanya Putri Faradilla. "Siapa kalian?" (BERSAMBUNG)
0 komentar:
Post a Comment