"Saya pikir tidak," jawab Pangeran Kumara pendek. "Kalau memang dia mau balas dendam, kenapa tak dia lakukan saat tidur bersama beberapa waktu lalu," tambahnya.
"Tapi kenapa Kanda tertarik pada dia? Padahal Kanda belum melihat wajahnya yang asli,"
"Yah.. Mungkin itulah jodoh," jawabnya sambil mengangkat kedua bahunya. "Kalau memang jodoh, biar tidak cantik juga tidak masalah," tambahnya.
"Kanda cinta banget ya sama dia?" tanya Puspa Wangi penasaran.
"Tapi kalau dia tidak cinta sama Kanda gimana?"
"Aku akan memperjuangkan cintaku ini. Bahkan, kalau perlu nyawa pun rela aku serahkan," jawab Pangeran Kumara puitis.
"Ha ha ha ha,"
"Kenapa Dinda ketawa?"
"Lucu saja kedengarannya. Emang ada ya cowok seperti itu? Rela mati hanya karena perempuan. Mana perempuannya tidak jelas lagi,"
"Yah, tak apa-apa," jawab Pangeran Kumara bangkit dari tempat duduknya.
"Mau kemana Kanda?"
"Mau ke toilet. Ikut?" jawab Pangeran Kumara bercanda.
"Hii.... Tak sudi...," ujar Puspa Wangi sambil pura-pura merasa jijik. "Pergi sana! Bau kotoranmu sudah tercium," tambahnya sambil mendorong tubuh Pangeran Kumara.
Pangeran Kumara pun pergi meninggalkan taman. Sebelum keluar dari taman, dia pun mengolok Puspa Wangi.
"Dinda tu ada yang nunggu?"
"Siapa?"
"Pangeran Dagul," jawab Pangeran Kumara sambil berjalan cepat menuju istana.
"Awas, Kanda. Kalau ketemu tak cubit nanti,"
Setelah Pangeran Kumara berlalu. Puspa Wangi pun merenung. Dia menyadari, jika sangat sulit mendapatkan cinta Pangeran Kumara. Apalagi Pangeran Kumara jatuh cinta pada perempuan lain, mesti perempuan yang dicintai masih misterius.
"Barangkali, saya harus terima saja perjodohan ini. Toh, Pangeran Dagul juga baik dan perhatian pada wanita," ujarnya dalam hati.
Puspa Wangi pun bangkit dari tempat duduknya. Dia kemudian berlalu menuju kediamannya.
Di balik bunga kembang sepatu, seorang laki-laki memandangnya dengan senyuman tersungging di bibirnya. "Mudah-mudahan Dinda mengerti dengan pilihanku," gumamnya dalam hati. (BERSAMBUNG)
0 komentar:
Post a Comment