Matanya kemudian mengawasi ke sekeliling dusun. Di kejauhan dia melihat seorang kakek tua sedang merintih kesakitan. Ambara kemudian melompat turun dan mendekati kakek tua itu.
Sementara kakek tua itu merintih kesakitan sambil memegang perutnya yang berdarah.
"Aduh, aduh," teriak kakek ini merintih kesakitan.
"Kakek kenapa?" tanya Ambara setelah sampai di dekat kakek itu.
"Ada gerombolan yang menyerang dusun kami. Mereka sangat kuat dan merampok harta benda yang kami miliki," ujarnya sambil menahan sakit.
"Terus warga yang lain kemana?"tanya Ambara penasaran.
Sebelum menjawab pertanyaan Ambara, rombongan Putri Ambarwati sudah tiba di dekat mereka.
Sejumlah prajurit turun dari kudanya dan berusaha memberikan pertolongan pada kakek itu.
"Ada apa ini Ambara?" tanya Putri Ambarwati setelah turun dari kudanya.
"Ampun Gusti, ada gerombolan orang yang menyerang dusun ini," jawabnya pendek.
"Gerombolan orang? Siapa mereka?" tanyanya penasaran.
"Hamba tidak tahu, Gusti," jawab Ambara.
"Oh ya yang lain kemana?" tanyanya balik.
"Ampun Gusti," jawab kakek itu. "Mereka bersembunyi di balik hutan yang dibuat khusus untuk bersembunyi," jawabnya.
"Kalau kakek kenapa bisa terluka?" tanya Ambara.
"Ta... tadi hamba co co ba melawan mereka. Tapi ke.... kuat... an mereka tidak bisa tertandingi," jawabnya terbata-bata.
"O ya, siapa nama kakek?" tanya Ambara lagi.
"Na... na... ma ham... ba, Amaq Cang... king," jawabnya sambil merintih kesakitan.
"Amaq Cangking,. Pendekar dari utara. Benarkah demikian?," gumam Putri Ambarwati.
"Itu dulu, Gusti," jawabnya pelan.
"Baiklah pendekar, sekarang istirahat dulu. Prajurit Sangayun akan mencoba mengobati pendekar," ujarnya.
"Sangayun, obati Amaq Cangking dengan obat yang kau miliki," tambahnya sambil berjalan melihat kondisi sekitarnya.
"Baik Gusti," jawab Sangayun sambil membuka kotak obatnya. Dia mencari obat luka dan meracik menggunakan alat yang dimilikinya. Setelah itu, dia menempelkan obat yang diracik ke tubuh Amaq Cangking yang terluka.
"Ambara," teriak Putri Ambarwati memanggil Ambara.
"Hamba Gusti," jawab Ambara sambil menyembah.
"Sekarang, kita kembali ke ibukota. Suruh beberapa prajurit siaga di sini sambil memberitahu penduduk yang sedang sembunyi untuk tetap waspada,"
"Baik Gusti," jawabnya singkat. Setelah itu, dia meminta 6 prajurit untuk berjaga-jaga dan segera menginformasikan kondisi terkini ke pusat kerajaan.
"Amaq Cangking," kata Putri Ambara. "Kami segera kembali ke ibukota. Mudah-mudahan Amaq Cangking lekas sembuh dan bisa menghadapi para pengacau dusun," tambahnya.
"Hamba Gusti," jawab Amaq Cangking sambil menyembah. (Bersambung)
Sementara kakek tua itu merintih kesakitan sambil memegang perutnya yang berdarah.
"Aduh, aduh," teriak kakek ini merintih kesakitan.
"Kakek kenapa?" tanya Ambara setelah sampai di dekat kakek itu.
"Ada gerombolan yang menyerang dusun kami. Mereka sangat kuat dan merampok harta benda yang kami miliki," ujarnya sambil menahan sakit.
"Terus warga yang lain kemana?"tanya Ambara penasaran.
Sebelum menjawab pertanyaan Ambara, rombongan Putri Ambarwati sudah tiba di dekat mereka.
Sejumlah prajurit turun dari kudanya dan berusaha memberikan pertolongan pada kakek itu.
"Ada apa ini Ambara?" tanya Putri Ambarwati setelah turun dari kudanya.
"Ampun Gusti, ada gerombolan orang yang menyerang dusun ini," jawabnya pendek.
"Gerombolan orang? Siapa mereka?" tanyanya penasaran.
"Hamba tidak tahu, Gusti," jawab Ambara.
"Oh ya yang lain kemana?" tanyanya balik.
"Ampun Gusti," jawab kakek itu. "Mereka bersembunyi di balik hutan yang dibuat khusus untuk bersembunyi," jawabnya.
"Kalau kakek kenapa bisa terluka?" tanya Ambara.
"Ta... tadi hamba co co ba melawan mereka. Tapi ke.... kuat... an mereka tidak bisa tertandingi," jawabnya terbata-bata.
"O ya, siapa nama kakek?" tanya Ambara lagi.
"Na... na... ma ham... ba, Amaq Cang... king," jawabnya sambil merintih kesakitan.
"Amaq Cangking,. Pendekar dari utara. Benarkah demikian?," gumam Putri Ambarwati.
"Itu dulu, Gusti," jawabnya pelan.
"Baiklah pendekar, sekarang istirahat dulu. Prajurit Sangayun akan mencoba mengobati pendekar," ujarnya.
"Sangayun, obati Amaq Cangking dengan obat yang kau miliki," tambahnya sambil berjalan melihat kondisi sekitarnya.
"Baik Gusti," jawab Sangayun sambil membuka kotak obatnya. Dia mencari obat luka dan meracik menggunakan alat yang dimilikinya. Setelah itu, dia menempelkan obat yang diracik ke tubuh Amaq Cangking yang terluka.
"Ambara," teriak Putri Ambarwati memanggil Ambara.
"Hamba Gusti," jawab Ambara sambil menyembah.
"Sekarang, kita kembali ke ibukota. Suruh beberapa prajurit siaga di sini sambil memberitahu penduduk yang sedang sembunyi untuk tetap waspada,"
"Baik Gusti," jawabnya singkat. Setelah itu, dia meminta 6 prajurit untuk berjaga-jaga dan segera menginformasikan kondisi terkini ke pusat kerajaan.
"Amaq Cangking," kata Putri Ambara. "Kami segera kembali ke ibukota. Mudah-mudahan Amaq Cangking lekas sembuh dan bisa menghadapi para pengacau dusun," tambahnya.
"Hamba Gusti," jawab Amaq Cangking sambil menyembah. (Bersambung)
1 komentar:
Nobimovie adalah website Nonton Film Online yang sangat powerful. Jangan Lupa Share Website Kami Kepada Teman-Teman Anda dan Social Media Anda. Tanpa Kalian Nobimovie Bukan Apa-apa Terima Kasih.
Post a Comment