Be Your Inspiration

Monday, 25 April 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (22)

''Kami mau ke pasar,'' jawab mereka pendek.

''Ngapaian kalian di sini? Bersembunyi sambil mengendap-endap lagi,'' tanya mereka dengan keras.

''Kami mencari kepeng. Tadi jatuh di sekitar pohon pisang ini,'' jawab Pangeran Kumara sambil pura-pura membongkar daun pisang yang jatuh di dekatnya.



''Kamu jangan bohong!'' bentak salah satu di antara mereka dengan agak keras.

''Mana kami bohong,'' jawab Pangeran Dagul pura-pura ketakutan.

''Hemmm, baiklah,'' ujar salah satu pimpinan dari prajurit Mantang ini.

''Kalau kalian tidak bohong, baiklah, kalian boleh pergi,''

Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul pun segera berbalik menuju jalan perkampungan. Tapi baru beberapa meter melangkah, tiba-tiba terdengar suara.

''Tunggu dulu,''

''Iya, tuanku,'' jawab Pangeran Dagul sambil balik menghadap belakang.

''Kalian kenal Pangeran Kumara?''

"Pangeran Kumara? Siapa itu?" jawab Pangeran Kumara pura-pura tidak tahu.

"Itu, Pangeran dari Kerajaan Sari Gangga,"

"Kami ini dari udik tuanku. Kami tidak pernah ke Kerajaan Sari Gangga. Kami hanya di sawah saja seharian," jawab Pangeran Kumara sambil terus menunduk.

"Ya sudahlah. Kalian pergi sana," ujar salah satu di antara mereka.

Pangeran Kumara dan Pangeran Dagul pun segera berlalu. Mereka menuju tempat kudanya ditambat yang lokasinya agak jauh dari tempat itu. Mereka pun segera memacu kudanya menuju kawasan yang aman dari pengawasan prajurit Kerajaan Mantang.

Sementara Putri Faradilla dan Pangeran Sentanu masih berdebat mengenai upaya menangkap dan membunuh Pangeran Kumara. Mereka tidak tahu, jika buruan mereka sudah berlari jauh meninggalkan Kopang.

"Sudahlah Dilla, serahkan semua pada paman," tegas Pangeran Sentanu dengan nada tinggi. "Kalau masih ngotot membela pangeran brengsek itu, bersiap-siaplah terima kondisi terburuk dari paman," tambahnya.

"Paman kejam. Paman tidak tahu diri," ujar Putri Faradilla sambil keluar dari rumah makan.

"Kacek," teriak Putri Faradilla. "Kacek ikut saya atau Paman Sentanu?"

"Hamba tuan putri. Hamba siap ikut tuan putri," jawab Kacek sambil menyembah.

"Sekarang kita balik ke Mantang. Secepatnya," ujar Putri Faradilla sambil menuju tempat penambatan kudanya.

Mereka pun memacu kudanya tanpa mempedulikan Pangeran Sentanu dan pengawalnya di rumah makan.

"Ranggang," teriak Pangeran Sentanu.

"Hamba Gusti Pangeran," jawab Ranggang.

"Awasi mereka! Kalau mereka ketemu dengan Pangeran Kumara, segera kabari aku," perintah Pangeran Sentanu.

"Baik Gusti Pangeran," ujar Ranggang. Setelah itu, Ranggang menuju tempat kudanya ditambat dan mengikuti Putri Faradilla dan Kacek dari kejauhan.

Di rumah makan, Pangeran Sentanu sedang berbicara dengan orang kepercayaannya, Dadoq.

"Doq, kamu harus upayakan dapat informasi mengenai kebenaran upaya percintaan Putri Faradilla dan Pangeran Kumara,"

"Baik, Gusti Pangeran," jawab Dadoq. "Hamba sedang upayakan. Makanya, hamba minta Kacek terus mencari tahu mengenai hubungan keduanya," tambahnya.

"Bagus," ujarnya pendek.

"Malahan, saya minta Kacek juga memantau kondisi Kerajaan Sari Gangga setelah dia ke sana minggu lalu,"

"Baiklah. Untuk lebih detailnya, nanti kita bicara dengan Buceng dan Putri Bonger. Sekarang kita balik ke Mantang. Saya pikir, Pangeran Kumara kayaknya juga tidak ke sini, karena melihat banyak orang di sini,"

Pangeran Sentanu dan anak buahnya kemudian keluar dari rumah makan. Dengan kecepatan sedang mereka memacu kudanya balik menuju Mantang.

Namun, tanpa mereka sadari, dua pasang mata mengawasi mereka dari bebatuan tersembunyi dan pohon lebat di sekitar daerah Bujak.

''Awasi Pangeran Sentanu dan anak buahnya,'' ujar salah satu di antara mereka. (BERSAMBUNG)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive