Sebanyak lima dusun di Desa Kedaro Kecamatan Sekotong
mengalami krisis air bersih, karena kekeringan yang mulai melanda daerah itu.
Akibat krisis air ini, sekitar ribuan warga yang tinggal di enam dusun itu
terpaksa jarang mandi. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sangat sulit,
warga terpaksa menempuh jarak cukup jauh. Meski ada sumur bor yang dibangun di
daerah itu, namun tak mampu mencukupi kebutuhan warga.
Kepala Dusun Mendawe,
Desa Kedaro, Safar yang dikonfirmasi via ponselnya, Senin (29/6/2015), beberapa
dusun langganan kekeringan, karena hampir setiap tahun dilanda kekeringan. Hal
ini dikarenakan posisinya juga berada di dataran tinggi. Wargapun saat ini
banyak yang kebingungan mencari air untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Apalagi bulan puasa ini jelasnya, warga banyak membutuhkan
air untuk keperluan memasak, mencuci dan lain-lain. Bahkan sebagian warga
terpaksa menempuh jarak 2 kilometer untuk mengambil air. “Warga mengambil air di lokasi yang jauh,
karena jarang air,”jelasnya.
Kondisi serupa juga
terjadi di Sekotong Tengah. Di desa ini ada ada satu hektar tanaman kedelai
terancam gagal panen, akibat mengalami krisis air. Amaq Raseh salah seorang
petani setempat mengaku, tanaman kedelainya seluas 1 hektar banyak yang
mati.”Satu hektar tanaman kedelai saya tidak bisa dipanen kali ini, karena
kering kekurangan air,’’ akunya.
Hal senada diakui Anggota DPRD Dapil Sekotong, H. Mustafa.
Ia mengakui, banyak menerima keluhan dari masyarakat khususnya di Desa Kedaro
yang mengalami krisis air, karena kekeringan. Ia mengaku ada enam dusun di desa
itu yang rawan diterjang bencana kekeringan.
Dari 12 dusun yang ada di Desa Kedaro separuhnya sering
dilanda kekeringan, yakni Mendawe Selatan, Menjot,Lendang Guar Timur, Batu
Sati, Lendang Guar Selatan, Lendang Guar Barat. Kondisi masyarakat setempat
ketika musim kering seperti ini, jelasnya, warga jarang mandi bahkan untuk
kebutuhan minum sulit. Dampak lainnya, jalanan yang tak beraspal berdebu, sehingga
menimbulkan polusi.
Sementara Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lobar, Akhmad Alwan, SP, mengaku, segera
mengecek informasi terkait dusun yang mengalami krsis air. Dalam hal ini, pihaknya
siap siaga mendrop air, jika ada permintaan dari masyarakat. Namun, pihaknya
belum menerima permintaan air bersih dari masyarakat yang dilanda kekeringan.
Sementara
di Kabupaten Lombok Utara (KLU), BPBD
mengidentifikasi ada 16 desa yang berpotensi mengalami kekeringan. Sebaran lokasi itu
ada di 5 kecamatan yang ada, dari Pemenang hingga Bayan.
Menurut
Kepala Pelaksana BPBD KLU, Raden Tresnawadi, daerah rawan kekeringan ada di Desa Malaka, Desa
Pemenang Barat dan Desa Pemenang Timur di Kecamatan Pemenang. Di Kecamatan
Tanjung yakni Desa Medana dan Desa Sigar Penjalin. Di Kecamatan Gangga yakni
Desa Sambik Bangkol dan Desa Gondang. Di Kecamatan Kayangan yakni Desa
Gumantar, Desa Dangiang, Desa Salut, dan Desa Selengen. Serta di Kecamatan
Bayan yakni Desa Akar-Akar, Desa Sukadana, Desa Anyar, Desa Loloan, Desa Sambi
Elen, dan Desa Senaru.
“Ada sekitar 62 dusun dari seluruh desa yang berpotensi kekeringan.
Kecamatan Pemenang yang sebelumnya jarang terkena kekeringan, tahun ini
diprediksi juga terkena dampak kekeringan,” ungkap Tresnawadi.
Ketujuh dusun yang disebutkan rawan kekeringan di Desa Sesait
dan Gumantar, turut masuk dalam daerah radius kekeringan. Namun demikian,
pihaknya tidak sekadar mengitung jumlah titik melainkan berupaya untuk
menanggulangi bencana kekeringan yang terjadi di KLU.
BPBD KLU sudah menyiapkan bantuan air bersih yang sudah
mulai disalurkan ke dusun-dusun yang membutuhkan. Untuk air bersih, katanya,
telah disiapkan 1.000 tangki air bersih. (Heru/Johari)
0 komentar:
Post a Comment