Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (Disbudpar) NTB, H. Moh. Faozal, S.Sos, M.Si mengakui bahwa
jumlah tenaga pramuwisata atau guide bahasa Tiongkok di NTB masih sangat minim
sekitar empat orang. Menyikapi hal tersebut, Pemprov NTB akan menggandeng
Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Denpasar, Bali
untuk melatih sebanyak 20 orang guide di daerah ini mengenai bahasa Mandarin.
“Guide Mandarin ini
memang kita masih terbatas, hanya empat orang itu pun belajar otodidak bukan hasil pendidikan. Makanya sekarang
kita sedang kuatkan, sudah ada
fasilitasi dari Konjen Tiongkok di Bali. Kita digratiskan untuk melatih 20
orang guide, minggu depan,” ujarnya dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Senin
(10/8/2015).
Dari sisi jumlah pramuwisata atau guide bahasa
Mandarin diakuinya NTB masih belum siap. Namun dari sisi kesiapan destinasi
wisata, NTB sudah cukup siap. Pasalnya, destinasi-destinasi wisata yang diminati
wisatawan asal Tiongkok sama seperti di Bali. Mereka pada umumnya tertarik pada
kuliner, budaya, spa dan lainnya.
“Kita siap dari sisi
destinasi. Tapi dari sisi pramuwisata memang terbatas. Mereka (wisatawan
Tiongkok) kan karakternya itu berwisata keluarga
(family tourism). Dia datang dengan keuarga, dia tak sendiri-sendiri,”imbuhnya.
Mantan Kepala Museum
NTB ini menambahkan, pada tahun 2014,
kunjungan wisman Tiongkok ke Indonesia sebanyak 959.231 orang. Pada tahun 2015,
Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan wisman Tiongkok ke Indonesia
sebanyak dua juta pengunjung. Sementara itu, untuk NTB jumlah wisatawan asal
Tiongkok sampai saat ini sudah mencapai seratusan ribu orang lebih.
Faozal
menambahkan, destinasi awal wisatawan Tiongkok itu saat ini masih Bali.
Kemudian mereka berwisata ke NTB. “Sekarang teman-teman
operator, travel kita sudah bisa mengakses, mereka bisa menjadi langsung menghandle mereka berkunjung di sini. Terutama yang
resort banyak, kalau city masih minim,”tambahnya.
Ditanya apakah ada
rencana untuk kerjasama dengan perguruan tinggi di daerah ini untuk mencetak
para guide tertentu seperti bahasa Mandarin? Faozal mengatakan kerjasama dengan
perguruan tinggi di NTB agak sulit. Pasalnya, perguruan tinggi yang
spesialisasi bahasa Mandarin sangat jarang. “Jadi ini memang tantangan
kita. Nanti sebanyak 20 orang
pramuwisata itu, pelatihannya seminggu sampai kita keluarkan lisensi
guide,”pungkasnya.(muhammad nasir)
0 komentar:
Post a Comment