ATM BRI yang tidak bisa dipergunakan, karena sedang dalam perbaikan. |
Kasus
pembobolan dana milik nasabah bank atau skimming
menjadi momok yang menakutkan. Kejahatan tersebut yang belakangan ini kerap
terjadi, membuat nasabah khawatir melakukan transaksi di Anjungan Tunai Mandiri
(ATM).
Kejahatan skimming pertama kali terungkap menimpa
nasabah Bank BRI pada tahun 2016 silam. Kasus pertama itu, membuat masyarakat
khususnya nasabah bank mulai meragukan keamanan bertransaksi melalui ATM. Peristiwa serupa kembali terulang Maret 2018.
Tak sedikit warga, khususnya nasabah Bank BRI di beberapa daerah di Indonesia
mengalami hal yang sama. Tiba-tiba tanpa melakukan transaksi, dana mereka yang
disimpan di bank hilang. Kasus skimming
kembali terulang.
Setelah
polisi memastikan bahwa kasus yang terjadi Maret 2018 lalu adalah kejahatan skimming, pihak perbankan pun bergerak
cepat. Pihak perbankan, khususnya Bank BRI langsung mengirim SMS ke pada ribuan
nasabahnya untuk mengganti pin ATM. Nasabah yang sangat tergantung pada
transaksi di ATM pun ramai-ramai mendatangi Kantor Bank BRI untuk mengganti
nomor pin.
Seperti yang terlihat di Kantor Bank BRI Mataram, Kamis
(29/3/2018). Ribuan nasabah rela antre hingga berjam-jam. Selain mengganti
nomor pin, mereka juga menunggu penjelasan dari pihak bank mengenai nasib rekening
mereka yang tiba-tiba terblokir sejak beberapa hari terakhir.
Lukman, salah seorang nasabah Bank BRI yang ditemui Ekbis NTB, mengaku, dirinya sebelumnya
tidak mendapatkan pemberitahuan dari pihak bank akan pemblokiran rekeningnya. ‘’Tiba-tiba
saja diblokir. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya,’’ terangnya.
Pemakaian semua kartu yang dimilikinya otomatis tidak bisa
digunakan untuk bertransaksi. ‘’Makanya saya datang ke sini untuk minta
penjelasan terkait hal ini,” imbuhnya.
Ia mengaku rekeningnya tidak bisa digunakan sejak beberapa
waktu lalu. ‘’Katanya pemblokiran itu untuk menghindari skimming. Karena itu, saya datang ke sini sekarang untuk mengganti
nomor PIN,’’ kata Lukman.
Ia mengaku proses penggantian nomor PIN memakan waktu cukup lama.
Karena banyaknya nasabah yang juga melakukan hal sama. Namun, karena merasa
penggunaan ATM sangat penting dan berharap jaminan uang yang disimpan di bank
tetap aman, Lukman tidak mempermasalakan lamanya antre.
Antrean nasabah Bank BRI yang akan mengganti nomor PIN di BRI Cabang Mataram, Kamis (28/3/2018) |
Hal senada juga diungkapkan nasabah lainnya, Asiah. Ia mengaku
datang ke Kantor Bank BRI untuk meminta keterangan terkait rekeningnya yang
diblokir. ‘’Kata pihak bank, ATM saya diblokir untuk antisipasi biar saldo
tetap aman,’’ jelasnya.
Pemblokiran dilakukan oleh pihak Bank BRI langsung kepada
nasabah yang terindikasi rawan terkena skimming
kartu ATM. Pihak bank juga menyarankan Aisah agar mengganti nomor pin sehingga
ATM nya bisa digunakan kembali. ‘’Katanya untuk antisipasi skimming itu,’’ kata Asiah.
Muliadin, nasabah lainnya mengaku ATM-nya mulai diblokir
sejak tanggal 24 Maret 2018. Muliadin baru menyadari, ATM-nya diblokir setelah
mengecek ATM-nya. ‘’Makanya saya datang ke sini, ngantre dari pagi,’’ ujarnya.
Sebelumnya, Muliadin mendapatkan pemberitahuan dari pihak bank
akan pemblokiran nomor itu melalui pesan singkat. Alasannya, untuk menghindari
kasus skimming yang sedang merebak. ‘’Saya
pribadi tidak merasa terganggu dengan adanya pemblokiran rekening ini,’’ kata
Muliadin.
Ia memang sengaja mendatangi kantor pusat Bank BRI di Jalan Pejanggik,
Mataram. Ia berharap ke depannya keamanan terhadap dana nasabah yang tersimpan
di bank bisa ditingkatkan. Sehingga kepercayaan masyarakat pada perbankan bisa
lebih baik. ‘’Sebenarnya bukan dari Bank BRI saja, tetapi juga dari bank-bank
lainnya,’’ imbuhnya.
Kondisi serupa juga dialami L. Dita. Ia adalah salah seorang
nasabah yang mendapat kabar via SMS untuk mendatangi Kantor Pusat Bank BRI Mataram. SMS tersebut jelas
memintanya untuk sesegara mungkin menggantikan nomor PINnya. SMS itu juga
diterima oleh nasabah-nasabah BRI lainnya, yang terindikasi berpeluang menjadi
korban skimming.
Sebelum berangkat dinas, ia mendatangi Kantor BRI Mataram.
Antreannya di atas nomor seribuan. Waktu mengantrenya sangat lama, dari pagi
hari, nomor antreannya dapat dilayani oleh petugas bank, menjelang sore
hari. ‘’Sangat melelahkan, kerjaan saya
jadi korban. Mau bagaimana lagi, dari pada kita rugi kemudian,’’ demikian
L. Dita.
Kasus ini patut menjadi perhatian serius perbankan. Agar nasabah dapat menempatkan dananya dengan nyaman. Tanpa ada rasa was-was, dan juga tidak direpotkan dengan waktu yang cukup lama, untuk mengurus ATM yang terindikasi berpeluang menjadi sasaran kejahatan perbankan. (Uul EfriyantiPrayoba/EkbisNTB)
0 komentar:
Post a Comment