Be Your Inspiration

Tuesday, 10 April 2018

Alat Dapur dari Monjok Bersaing dengan Produksi Pabrik


Perajin perabotan rumah tangga, Marianah sedang memotong aluminium untuk membuat berbagai jenis perabotan dapur. 

TIDAK hanya Babakan yang dikenal sebagai sentra kerajinan perabotan rumah tangga yang terbuat dari stainless steel dan aluminium. Tetapi kawasan Monjok Baru juga sejak dulu dikenal sebagai sentra kerajinan ini, terbukti dari banyaknya warga yang berprofesi sebagai perajin perabotan rumah tangga ini. Hasilnya pun tidak kalah dengan perabotan rumah tangga produksi pabrik.
Di jalan baru yang menghubungkan Monjok dengan Rembiga, terdapat sebuah rumah di pinggir jalan yang memajang hasil karya perajin yang merupakan peralatan rumah tangga, terutama peralatan dapur.

Adalah Marianah, perempuan berusia 46 tahun yang merupakan perajin sekaligus penjual peralatan rumah tangga yang sejak puluhan tahun lalu sudah berkecimpung di usaha ini. “Ini merupakan usaha turun temurun dari keluarga saya sejak dulu, jadi saat saya masih kecil sudah mulai bisa buat karena sering melihat,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Jumat (6/4/2018).

Ia menerangkan bahwa dirinya merupakan satu-satunya perajin perempuan stainless steel dan aluminium di sini. “Yang lainnya laki-laki, paling yang perempuan hanya buat sutil saja. Kalau saya, semua proses saya lakukan,” aku ibu 6 anak ini.

Selama puluhan tahun berkecimpung, ia sudah biasa membuat berbagai peralatan rumah tangga seperti panci kukus, oven, cetakan kue, dan lainnya. Bahan baku yang digunakan pun merupakan stainless steel dan aluminium dengan kualitas terbaik yang didapatkannya di Sweta. “Jadi semua bahan yang dipakai ini anti karat dan tahan lama,” ujarnya.

Proses membuat peralatan dapur, semisal panci, kata Marianah, dimulai dari memotong lembaran stainless steel dan aluminium sesuai ukuran yang diinginkan. “Baru kemudian digambar sesuai bentuk yang dimau, lalu dipotong,” jelasnya.
Alat rumah tangga produksi Monjok Kota Mataram
Karena sudah terlalu terbiasa, dirinya mengaku tidak perlu menggunakan ukuran baku karena sudah hafal di luar kepala. “Karena itu saja yang kita lakukan tiap hari, jadinya hafal,” imbuhnya. Setelah dipotong, barulah potongan desain tadi dirangkai menjadi perabotan yang diinginkan.

Dalam sehari, Marianah mengaku bisa membuat puluhan sutil, 3-5 panci dan oven berbagai ukuran tergantung ketekunan sang perajin. “Pegawai saya bagi-bagi tugas untuk menyelesaikannya, biar cepat selesai,” terangnya.

Ia lantas menunjukkan tumpukan sutil buatannya yang dikerjakan dari pagi yang berjumlah puluhan. “Semua keluarga saya juga turut serta dalam proses produksi ini,” tambahnya.

Meski proses pembuatannya masih sederhana, Marianah mengatakan bahwa produknya ini tidak kalah saing dengan produk serupa yang beredar di toko maupun supermarket. “Produk saya tahan lama, apalagi kalau beli langsung di sini bisa datang servis jika ada yang rusak,” jelasnya. Pasaran produknya pun sudah merambah sampai seluruh Pulau Lombok dan Sumbawa karena dirinya telah memiliki banyak langganan tetap yang setiap hari datang mengambil barang. 

“Tiap hari ada saja yang datang ambil barang ke sini. Barang saya juga banyak dijual di Sweta dan Bertais, serta lewat online juga,” ceritanya. Harganya pun bervariasi mulai Rp80 – 300 ribuan untuk panci, Rp 150 ribu – Rp 1 jutaan untuk oven, dan Rp200 – 500 ribuan untuk dandang nasi.

Dirinya mengaku tidak pernah menjual sendiri produk buatannya ke pasar maupun toko. “Pengepulnya yang datang langsung ke sini karena sudah tahu dari dulu. Dari Lotim dan Loteng sudah biasa ambil sendiri barangnya,” cerita Marianah.

Apalagi sejak penjualan secara online merebak, semakin banyak yang tertarik menjual produknya karena kualitas yang tidak kalah dengan merk ternama. “Kan ambil di sini juga harganya murah dan dijual kembali dengan harga yang lumayan menguntungkan. Sama-sama untunglah,” imbuhnya.

Marianah mengaku, barangnya memiliki ciri khas yaitu memiliki telinga 4 dan 2 jika dijual di pasaran. “Jadi saya tahu kalau ada yang mau coba-coba datang bohong dengan mengatakan itu produk buatan saya,” ujarnya.

Ia menambahkan biasanya untuk dijual ke pasar, dirinya menggunakan bahan baku yang lebih tipis dibandingkan yang dijualnya sendiri. “Pengepul yang datang kesini ambilnya polos tanpa merk, baru pas dijual mereka pakaikan merk mereka sendiri,” tambahnya.

Dalam sehari, Marianah mengaku mendapatkan omzet minimal Rp 400-500 ribu/hari. “Setidaknya dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak-anak saya dan mampu memberikan pekerjaan bagi yang lainnya,” tukasnya.

Meski setiap hari bekerja membuat peralatan rumah tangga, ia tidak melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. “Anak-anak saya juga sudah paham, jadi mereka turut serta membantu ibunya dalam mengurus rumah jika melihat saya capek,” jelasnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive