Pengusaha peci dari Kediri Lombok Barat Ahmad Zaki memeriksa bahan untuk membuat peci haji yang dikirim ke Surabaya dan Jakarta. |
Sekitar tahun
1990-an, peci atau songkok haji asal Kediri Lombok Barat (Lobar) menembus pasar
domestik dan Timur Tengah. Namun, belakangan, usaha yang dirintis almarhum
H.Syamsi di Kota Santri Kediri Lobar itu kewalahan menerima order atau pesanan
dari pelanggan.
Anak almarhum H.
Syamsi yang meneruskan usaha tersebut, Ahmad Zaki mengatakan saat ini dirinya
menghadapi beberapa kendala. Di antaranya masalah Sumber Daya Manusia (SDM)
yang terbatas.
Kemudian masalah klasik yang sering menjadi keluhan UMKM, akses permodalan yang masih sulit.
Kemudian masalah klasik yang sering menjadi keluhan UMKM, akses permodalan yang masih sulit.
Ahmadi Zaki
memulai usaha peci hajinya sejak tahun 2001. Kini, ia sudah memiliki bengkel
kerja dengan 7 orang pekerja. "Cuma sekarang berkurang kapasitas
produksinya, karena SDM dan modal," ujarnya kepada Suara NTB beberapa waktu lalu.
Terkait dengan
kekurangan SDM, Zaki mengatakan para anak muda sekitar jarang yang berminat.
Pada awal-awal pendirian usaha peci Kediri itu, tutur Zaki, jumlah karyawan
mencapai 50 orang. Sehingga pada waktu itu, peci Kediri diekspor ke Timur
Tengah minimal satu kontainer melalui Solo Jawa Tengah.
"Dulu zaman
Bapak sampai 50 orang karyawannya, sekarang 7 orang. Bahkan kita karena
keterbatasan tenaga di sini, kita sering nolak pesanan. Soalnya kalau kita
iyakan, tahunya nggak bisa dipenuhi nanti orang komplain," ungkapnya.
Dengan jumlah
karyawan sebanyak 7 orang saat ini, pihaknya hanya memenuhi permintaan dari
dalam daerah dan beberapa pengusaha dari Pulau Jawa seperti Surabaya. Satu
orang karyawan mampu memproduksi sebanyak dua kodi peci per hari. Satu kodi
artinya 40 buah peci. Artinya, lanjut Zaki, dalam sehari usahanya memproduksi
sebanyak 200 biji peci.
Ia menyebutkan,
tiga bulan menjelang Ramadhan biasanya pesanan meningkat lima kali lipat
dibandingkan hari-hari biasa. Selain itu, pesanan juga meningkat menjelang
lebaran haji dan maulid. "Belum lagi tahun ajaran baru, kita banyak
pesanan. Itu teman-teman konveksi mereka dapat pesanan dari sekolah-sekolah
banyak memesan. Kemudian kita yang dikontak untuk dibuatkan," imbuhnya.
Mengenai jenis
peci yang diproduksi, ia menyebutkan ada enam model yang paling banyak dipesan.
Di antaranya, peci berbentuk oval, datar,
peci Bima yang dimodifikasi atau
peci ustadz, peci rudat, peci jengki dan lainnya. Ada juga peci model
kain. "Yang paling banyak dipesen model peci ustadz dan model datar
itu," terangnya.
Untuk
pengembangan usaha peci tersebut, Zaki mengatakan kendala SDM dan modal itu
saja yang dihadapi saat ini. Untuk masalah SDM, pihaknya berniat mendatangkan
dari luar, karena anak muda setempat kurang berminat.
Pada bagian
lain, dirinya tak mengharapkan apa-apa dari pemerintah. Selama ini, katanya,
perhatian pemerintah baik dalam pembinaan dan lainnya tak pernah ada.
"Saya ndak pernah berharap semeton.
Mereka hanya ke sini mendata, kemudian tak ada follow up-nya. Pada saat pameran mereka ke sini atas nama instansi
tertentu, barangnya bapak mau dibawa ke Dubai. Namun setelah beberapa minggu ke
depan ndak ada konfirmasi. Kalau memang barang saya ndak laku, bilang saja ini
ndak cocok produk side (Anda, red).
Pembinaan tak ada, pembinasaan mungkin iya," keluhnya.
Pernah suatu
ketika Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lobar datang ke dirinya, berencana akan membuat
sentra pembuatan peci di Kediri. Pasalnya, kata Zaki, saat ini banyak di antara
anggota keluarga yang membuat peci di rumah masing-masing. Sehingga untuk
menyatukannya menjadi sebuah sentra pembuatan peci maka pemda menjanjikan akan
membuat paguyuban.
"Tapi
sampai sekarang tak terealisasi sejak 2005/2006. Padahal mereka yang ngusulkan,
tapi ndak ada tindak lanjutnya. Sampai sekarang hilang, susah makanya kalau
berharap sama pemerintah," imbuhnya.
Sebagai salah
satu UMKM, ujarnya, paling tidak ada
pembinaan pemda terutama masalah promosi atau pembukaan pasar. "Pembukaan pasar
ndak ada dari pemerintah. Kita sendiri yaang cari pasar. Harusnya seperti itu
mereka membantu dari sisi pemasaran. Kita jangan dijual-jual saja bahwa ini
binaannya. Pas ada kegiatan baru datang ke sini," tandasnya. (Muhammad Nasir)
0 komentar:
Post a Comment