Be Your Inspiration

Monday, 1 October 2018

Perajin Perak Desa Ungga Dambakan Desa Wisata

Perajin perak Desa Ungga Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
SENTRA kerajinan perak di Desa Ungga, Praya Barat, mulai berkembang sejak tahun 1990-an dan dikenal luas oleh masyarakat sejak awal 2000-an. Pamor kerajinan dari desa ini pun tidak kalah cemerlang dibandingkan dengan kerajinan emas dan mutiara di Sekarbela, Mataram.

“Hanya saja kita kalah dari segi pemasaran, di mana produk dari sini semuanya dibawa ke sana,” terang salah satu perajin perak, Farid Rizky kepada Ekbis NTB.

Padahal dari segi model dan desain, produk aksesoris yang dihasilkan tidak kalah saing dengan produk sejenis dari luar daerah.Sebab diakui Farid, para perajin perak dulunya merupakan perajin perak di Bali yang pulang kampung dan mengembangkan kerajinan serupa.“Saya jamin, produk kerajinan perak di sini modelnya tidak ada yang sama antar satu produk.Kecuali dipesan khusus dengan model serupa,” jelasnya.

Desain model kerajinan mutiara seperti aksesoris, imbuhnya dipengaruhi daya kreativitas si perajin itu sendiri sehingga berbeda. Kebanyakan kerajinan perak di desa ini sekarang merupakan kombinasi dengan mutiara dan kulit kerang yang memang banyak diminati pasar.“Jadi model dan desainnya mengikuti bentuk kulit kerangnya, makanya unik dan kesannya eksotik,” jual Farid.

Pemasaran produk-produk kerajinan perak di Desa Ungga ini, memang kebanyakan disalurkan untuk artshop dan galleri di wilayah Lombok Barat dan Mataram. Hal ini dikarenakan di Lombok Tengah, jumlah artshop masih sedikit.Jika pun ada, hanya diisi dengan satu jenis produk saja.“Makanya kita sangat bergantung dengan pesanan dari langganan di Mataram dan Lombok Barat,” ujarnya.

Lesunya pariwisata beberapa waktu lalu, diakuinya juga berpengaruh terhadap produksi perak miliknya.Penurunan produksi bahkan sampai menyentuh angka 30% dari hari biasa.“Baru beberapa hari ini baru mulai normal produksinya soalnya sudah ada langganan yang pesan,” terangnya.Dalam sekali produksi, perajin bisa membuat sampai 50-150 buah tergantung model dan kerumitan desain kerajinan.Satu perajin bisa menyelesaikan 1 buah kerajinan mutiara dalam 3 hari.

Farid mengatakan, perajin di Desa Ungga sebenarnya menginginkan adanya inisiatif dari pemerintah desa atau Pemda Lombok Tengah menjadikan Ungga sebagai desa wisata dengan perak sebagai jualan utamanya. “Konsepnya seperti di Sukarara, dimana wisatawan bisa berkunjung melihat proses pembuatan perak, lalu beli,” terangnya. Tentunya desa wisata ini nanti akan memberikan lapangan pekerjaan luas bagi warga Desa Ungga dan sekitarnya.

Jika desa wisata ini bisa terealisasi, tentunya perajin perak akan lebih bersemangat untuk berproduksi sebab ada jaminan pasar. “Minimal ada artshop kita dibuatkan, pasti nanti jalan.Itu nanti kita bisa tawarkan ke travel serta wisatawan untuk datang ke Ungga,” harapnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive