Gubernur H. Zulkieflimansyah dan istri Hj. Niken Saptarini dan Thomasz Szczgielsk |
Warsaw University Of Technology mengundang para pemuda NTB untuk menekuni ilmu di bidang lingkungan. Tentu saja, yang ditawarkan tersebut harus memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh pihak universitas. Terutama kualifikasi bahasa asing dan bidang ilmu terkait.
Gubernur NTB Dr. Zulkieflimansyah menyambut baik peluang beasiswa dalam bentuk magang yang ditawarkan itu. Sebab menurutnya, belum adanya lulusan S2 yang konsen pada enviromental engineering di NTB.
"Semua kandidat akan memasukkan aplikasi ke jurusan enviromental engineering, tidak hanya untuk memperdalam ilmu. Tapi, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung di bidang enviromental industry dengan program magang di perusahaan/ industri di bidang environmental, langsung di Polandia selama satu atau dua bulan,” Jelas Gubernur yang akrab disapa Doktor Zul itu.
Dengan program tersebut diharapkan pelajar bisa menerapkan dan mengaplikasinya langsung di NTB, sehingga menjadi solusi dari problematika sampah yang ada.
Prof. Thomasz menjelaskan "This case (zero Waste) is good for Lombok and be good to promote for tourism because tourism from Europe like this kind of clean island,” Jelasnya.
Usai bertemu Gubernur, Prof. Thomasz didaulat untuk menyampaikan kuliah singkat di hadapan puluhan ASN, perwakilan dari OPD di di Lingkup Pemerintah Provinsi NTB. Kegiatan itu juga diikuti sejumlah komunitas penggiat lingkungan yang terlibat langsung dalam pengolahan sampah di NTB.
Prof. Thomasz menggagas Program Zero waste bagi NTB. Program ini katanya tidak akan terwujud bila masyarakat belum mengubah mindset-nya. Maka, pendidikan adalah salah satu cara menembus batasan itu. "Zero waste is for better life and the incentive is tourist to come,” Jelasnya
Thomasz, didampingi Gubenur memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk berdialog. Peserta bernama Ahmad, penggiat pariwisata di Gili Air, yang menggeluti bidang recycle, menjelaskan manfaat pengolahan sampah bagi kesejahteraan masyarakat. “Kegiatan ini telah dijadikan sarana alternatif pendapatan baru masyarakat dengan mengubahnya menjadi cinderamata berefek besar mengurangi jumlah polusi plastik di Gili Air,” Jelasnya. (Humas NTB)
0 komentar:
Post a Comment